Browsing by Author "Suryana"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemKERAGAAN KERBAU RAWA (Bubalis bubalus) DI KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 2017) Subhan, Ahmad; Rohaeni, Eni Siti; Suryana; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawarawa banyak dilakukan di daerah rawa yang relatif terpencil dari daerah lain yang dilakukan secara tradisional dengan cara digembalakan di rawa-rawa secara berkelompok, ternak ini fenberkembangbiak secara alami. Hal ini dikarenakan kerbau mempunyai keistimewaan bila dibandingkan dengan sapi yakni mampu hidup dikawasan yang relatif sulit dengan pakan yang tersedia berkualitas rendah (Diwyanto dan Handiwirawan, 2006; Herianti dan Pawarti, 2009). Jika keunggulan kerbau ini dimanfaatkan dengan baik dan dibarengi penerapan sistem pemeliharaan, perkawinan dan manajemen pakan yang baik, maka produktivitasnya akan optimal (Winarto, 2010). Selanjutnya menurut Indraningsih et al. (2006), kerbau adalah salah satu ternak penghasil daging yang potensial untuk mendukung program revitalisasi pertanian dan kecukupan daging. Menurut Kandeepan et al. (2009) dan Abdolghafour dan Saghir (2014) kerbau memiliki dressing percentage antara 43-44 % dengan komposisi daging 60-70%, lemak 5-10 % dan tulang 20-24%. Kerbau jantan yang memiliki bobot badan 500 kg dan betina 400 kg memiliki persentase karkas antara 143,3–250,26% (Hamdan et al., 2010) Populasi kerbau di Indonesia pada tahun 2016 berjumlah 1.386.280 ekor dan populasi kerbau di Kalimantan Selatan berjumlah sekitar 27.723 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,2016) Populasi kerbau di Kalimantan Selatan tersebar hampir di semua kabupaten, terutama di enam wilayah Kabupaten yaitu (HSU, HST, HSS, Batola, Banjar dan Tanah Laut) dengan tingkat populasi yang berbeda. Populasi tertinggi berada di Kabupaten HSU 9.466 (35%) dari total populasi di Kalimantan Selatan, dengan kontribusi produksi daging sebesar 10,96%. Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam usaha beternak kerbau ini antara lain menurunnya produksi dan produktivitas akibat inbreeding yang terus menerus, berkurangnya lokasi padang penggembalaan akibat bergesernya tata guna lahan dari padang penggembalaan menjadi lahan perkebunan karet dan kelapa sawit serta berkurangnya hijauan pakan kerbau akibat serangan hama ulat dan keong mas (Rohaeni et al., 2008). Alternatif pemecahan masalah antara lain 1) memasukkan pejantan unggul dan berkualitas dari luar daerah/ provinsi, 2) membuat kesepakatan antara peternak dengan petani tentang batas-batas lokasi ternak dan pertanian yang diperkuat dengan Perda, dan 3) menumbuhkan gerakan gemar menanam hijauan di lokasi-lokasi tanah kosong sekitar sawah maupun kebun.
- ItemStandar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Kabupaten Sukabumi(Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, 2019) Promosiana, Anastasia; Indartiyah, Ndari; Siregar, Irma; Desmawati; Hermami, Aneng; Lipurwatini; Tobing, Poltak; Hartono, Budi; Fika, Weni; Rasjid, Misdawena; Ramdana, Dedi Wahid; Priatna, Zahmarni Endang; Darmanti, Yusie Enggar; Rusdiansyah, Asep; Hermawan, Dodi; AselshakN, Achmad Kusdinar; Fauzi, Asep; Kusmiati, Euis; Ima Y.; Asy, Dedeh; Samsudin; Ujen; Tonin; Suryana; Odang; Mustafa, Marsid; Suhendar, AnangKabupaten Sukabumi merupakan salah satu lokasi yang sudah menerapkan SOP Budidaya Temulawak, sehingga penyusunan SOP ini mengacu kepada penerapan SOP Budidaya Temulawak spesifik lokasi Sukabumi. Penyusunan Buku SOP ini berdasarkan hasil validasi beberapa prosedur/cara berbudidaya temulawak dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika, Pusat Studi Biofarmaka IPB, dan pengalaman petani temulawak di Kabupaten Sukabumi dan Purwakarta. Beberapa rujukan ilmiah, laporan kegiatan dan aturan yang ada juga dijadikan bahan-bahan dalam penyusunan ini. Hasil validasi dan rujukan tersebut didiskusikan dengan instansi dan unit kerja terkait, pengusaha dan petani temulawak serta dilengkapi dengan materi-materi yang berasal dari beberapa pustaka.
- ItemUNGGAS RAWA DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 2017) Suryana; Yasin, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan rawa di Kalimantan Selatan selain dimanfaatkan untuk usaha pertanian terpadu, juga merupakan salah satu habitat dan tempat fenberkembangbiak jenis ternak sumber plasma nutfah seperti kerbau kalang/rawa (Bubalus carabanensis), danitik Alabio(Anas platyrhynchosborneo), serta unggas rawa liar lainnya di antaranya adalah burung Belibis (Dendrocygna javanica), yang hidup di perairan tawar, rawa-rawa dan semak-semak pohon, dan mempunyai potensi sebagai alternatif penghasil daging, Burak-burak, Blekok, Bangau dan lainnya. Penulisan makalah ini bertujuan memberikan informasi tentang potensi unggas rawa dan upaya pelestariannya di Kalimantan Selatan Unggas rawa selain itik Alabio dalam perkembangnannya belum dilakukan upaya domestikasi dan penangkaran seperti halnya itik Alabio. Itik Alabio memiliki potensi sebagai penghasil telur produktif dan daging (dual purpose).Populasi itik Alabiodi Kalimantan Selatan tahun 2016 sebanyak 4.182.1704 ekor, dengan tingkat pertumbuhan 4,54%.Untuk mengantisipasi terjadinya penggerusan materi genetik ternak lokal Indonesia, dilakukan program pewilayahan yang dibagi atas: a) wilayah sumber bibit, yang bersifat pengembangbiakan secara murni, dengan mempertimbangkan jenis ternak dan rumpun, agroklimat, kepadatan penduduk, sosial ekonomi, budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi,yakni a) wilayah sebagai sentra penghasil bibit, b) wilayah produksi, pengembangbiakan dengan tujuan komersial yang memungkinkan menggunakan teknik-teknik perkawinan silang dan penggemukan, terutama penghasil telur konsumsi dan itik potong, dan c) wilayah konservasidengan melakukan penangkaran hewan/ternak asli yang masih ada, atau hasil dari suatu wilayah sumber bibit, baik konservasi secara in-situ maupun ex-situ.