Browsing by Author "Suprihatin"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Ekonomi Veteriner Pemeliharaan Ayam Petelur Spesific Antibody Negatif (SAN) Sebagai Penyedia TAB di IKHP BBVet Wates(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Untari, Heni Dwi; Suryanto, Basuki Rochmat; Suprihatin; Poermadjaja, Bagoes; Direktorat Kesehatan HewanInstalasi Kandang Hewan Percobaan (IKHP) Balai Besar Veteriner Wates memelihara ayam petelur dengan tujuan utama memproduksi telur ayam bertunas (TAB) untuk media isolasi virus di laboratorium Virologi. Ayam dipelihara tanpa pemberian vaksin untuk mendapatkan produk telur ayam bertunas Spesific Antibody Negatif (SAN). Penelitian ini bertujuan untuk menilai biaya dan manfaat pemeliharaan ayam petelur di IKHP dibandingkan dengan pengadaan TAB dari pembelian. Variabel yang digunakan adalah input (biaya produksi) dan output (hasil produksi). Variabel operasional dari penelitian ini mencakup analisa produksi, ekonomi veteriner, dari pemeliharaan ayam petelur SAN. Metode yang digunakan adalah metode analisa deskriptif melalui survei dan observasi. Dari hasil kajian ini diketahui bahwa pemeliharaan ayam SAN di BBVet Wates mengalami peningkatan jumlah populasi, tahun 2018 sejumlah 125 ekor dan tahun 2019 menjadi 170 ekor, produksi telur utuh yang dihasilkan rata-rata 1000 butir perbulan. Kesimpulan dari kajian ini bahwa pemeliharaan ayam petelur SAN di IKHP BBVet Wates didapatkan data bahwa angka Break Even Point (BEP) harga telur adalah Rp 13.743.98,- perbutir, nilai ini lebih hemat dan efisien dibandingkan pengadaan telur dari pemasok luar yang berkisar dari Rp 15.000,- untuk telur SAN atau clean egg dan Rp 35.000,- sampai dengan Rp 100.000,- per butir untuk telur SPF (Specific Pathogen Free). Angka R/C Return Cost Ratio didapatkan nilai 1,16 sehingga disarankan pemeliharaan ayam petelur SAN di IKHP BBVet Wates layak untuk tetap dilanjutkan. Pemanfaatan telur SAN dipertimbangkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan laboratorium Virologi BBVet Wates melainkan laboratorium dari instansi lain.
- ItemKasus Cemaran Dioksin pada Telur Ayam Akibat Pembakaran Sampah Plastik(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Rachmawati, M.A; Suprihatin; Niyati, S; Direktorat Kesehatan HewanDioksin adalah kelompok zat yang berbahaya yang dihasilkan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan unsur halogen pada temperatur tinggi (200◦ C-400◦ C). Dioksin merupakan kelompok zat-zat berbahaya yang termasuk ke dalam golongan senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF (Chlorinated Dibenzo Furan), dan PCB (Poly Chlorinated Biphenyl). Terdapat ratusan senyawa yang termasuk dioksin, salah satunya adalah TCDD (2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin) yang dikenal paling beracun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran dioksin terhadap telur ayam yang berada di sekitar lokasi pembakaran sampah plastik dalam proses pembuatan tahu dan membandingkannya dengan tingkat pencemaran dioksin pada telur ayam yang berasal dari lokasi penimbunan sampah plastik. Sebanyak 20 butir telur ayam yang berasal dari tempat pembakaran sampah plastik di Desa Tropodo Sidoarjo Jawa Timur dan 20 butir telur ayam yang berasal dari lokasi penimbunan sampah plastik di Desa Bangun Mojokerto Jawa Timur, dilakukan uji untuk mengetahui kandungan dioksin dalam telur tersebut. Berdasarkan hasil laboratorium diperoleh hasil bahwa telur yang berasal dari tempat pembakaran sampah plastik kandungan dioksinnya 41,74285 pg/g fat dan terdapat 4,444 pg/g fat TCDD, melebihi standar maksimal dioksin yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kepala Badan POM sebesar 0,91 pg/g fat dan telur yang berasal dari lokasi penimbunan sampah plastik mengandung dioksin 2,83545 pg/g fat, dan tidak terdeteksi TCDD. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kadar cemaran dioksin di lokasi desa Tropodo Sidoarjo sudah sangat tinggi, dan menghentikan penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar pembuatan tahu dan menggantinya dengan bahan bakar yang lebih aman merupakan solusi terbaik termasuk menghentikan impor sampah plastik yang telah berlangsung bertahun-tahun.
- ItemOptimalisasi Penerapan Prinsip Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) pada Hewan Coba di BBVET Wates untuk Mendukung Diagnosis Laboratorium(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Untari, Heni Dwi; Suryanto, Basuki Rochmad; Famia, Zaza; SuprihatinHewan percobaan atau hewan coba merupakan hewan laboratorium, yang dipelihara khusus untuk tujuan percobaan dan lain sebagainya. Kesejahteraan hewan (animal welfare) adalah hewan yang memiliki keadaan fisiologis dan psikologi yang sesuai untuk menunjang kualitas hidupnya. Kesejahteraan hewan menjadi suatu hal yang sangat penting dan prinsip dalam manajemen pemeliharaan hewan mencakup hewan coba maupun peternakan rakyat pada umumnya. Prinsip kesejahteraan hewan mewajibkan semua hewan yang dipelihara atau hidup bebas di alam memiliki hak-hak/kebebasan, meliputi bebas dari rasa haus/lapar, bebas dari rasa ketidaknyamanan, bebas dari rasa sakit/cedera, bebas untuk mengekspresikan perilaku alamiah, dan bebas dari rasa takut dan tertekan. Penelitian ini dengan melakukan pengamatan dari tahun 2015, 2016 dan 2017 tentang pemeliharaan hewan coba seperti, ayam petelur, mencit, marmut, kelinci, domba dan sapi di instalasi kandang hewan percobaan (IKHP) BBVet Wates. Pemeliharaan dengan memperhatikan prinsip animal welfare, pemeriksaan hewan yang intensif, adanya masukan dari kunjungan pre assessment kesmavet pusat dan perbaikan fasilitas IKHP adalah hasil dari optimalisasi penerapan kesejahteraan hewan. Penerapan kesejahteraan hewan di IKHP BBVet Wates telah mengalami perubahan yang lebih baik secara nyata dalam menerapkan prinsip kesejahteraan hewan, dengan adanya dokumentasi dan data hasil pemeriksaan laboratorium yang baik, sehingga mampu memberikan benefit bagi hewan coba dengan semakin layak dan meningkat mutu produknya yang dimanfaatkan untuk diagnosis laboratorium. Membentuk tim komisi etik kesejahteraan hewan dan membuat SOP menjadi salah satu solusi dalam optimalisasi penerapan kesejahteraan hewan coba di laboratorium maupun peternakan rakyat sebagai sampel hewan coba di lapangan.