Browsing by Author "Suprihanto"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemBioekologi Virus Sebagai Dasar Strategi Pengendalian Kerdil Hampa dan Kerdil Rumput Pada Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Nuryanto, Bambang; Suprihanto; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenyakit virus kerdil pada padi yang ditularkan wereng cokelat, di Indonesia dikenal dengan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Kedua penyakit berkembang dan menyebar hampir di seluruh pertanaman padi di Pulau Jawa pada tahun 2010. Perkembangan pesat penyakit seiring dengan meladaknya populasi wereng cokelat. Penelitian tentang bioekologi virus perlu dilakukan untuk menyusun strategi pengendalian ke dua penyakit tersebut. Penelitian dilakukan di rumah kaca lingkup proteksi tanaman Balai Besar penelitian Tanaman Padi pada musim tanam 2013. Penelitian diawali dengan pengambilan populasi wereng dan inokulum tanaman sakit dari lahan sawah pertanaman petani, kemudian diperbanyak di rumah kaca. Penelitian meliputi uji efektivitas instar dan populasi lapang wereng sebagai penular virus. Efektivitas penularan pada tanaman yang terinfeksi ganda virus. Efektivitas berbagai stadia tanaman padi sebagai sumber inokulum virus dan uji ketahanan beberapa varietas padi terhadap kedua penyakit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa wereng cokelat instar 2 dan 3 dibanding wereng instar 4, mempunyai potensi lebih besar menularkan virus kerdil hampa dan kerdil rumput. Populasi wereng dari Klaten lebih efektif menularkan penyakit dibanding populasi wereng dari Subang dan Sleman. Penyakit kerdil hampa lebih mudah ditularkan dari pada penyakit kerdil rumput. Sumber inokulum penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang berasal dari stadium vegetatif tanaman sakit, mengandung virus yang lebih mudah untuk ditularkan. Varietas Cilamaya Muncul dan Inpari 13 menunjukkan tahan terhadap penyakit kerdil hampa, sedangkan Inpari 30 tahan terhadap penyakit kerdil rumput. Wereng cokelat yang mengandung virus, bila semakin lama/banyak dipaksa melakukan inokulasi mengakibatkan makin sedikit menularkan penyakit pada tanaman yang diinokulasi.
- ItemDaftar Periksa Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi (Indonesia Rice Check)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017) Wahab, Moh. Ismail; Abdulrachman, Sarlan; Satoto; Suprihanto; Guswara, Agus; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSistem produksi padi sawah irigasi telah mengalami evolusi, dari anjuran dan adopsi paket teknologi budidaya pada awal penerapan teknologi revolusi hijau tahun 1970an, menuju tahap manajemen teknologi pada tahun 2000, dan seterusnya. Pengelolaan Sumberdaya dan Tanaman Terpadu (PTT) adalah salah satu model pengelolaan teknologi budidaya padi sawah. Dalam sistem produksi padi secara modern, penerapan komponen teknologi yang sesuai dan adaptif merupakan suatu keharusan. Komponen teknologi utama yang menjadi faktor penentu produktivitas padi perlu diidentifikasi secara tepat, baik yang berasal dari pengalaman empiris, yang berasal dari negara lain, maupun teknologi hasil penelitian yang terbukti keunggulannya. Daftar Periksa Budidaya (DPB) Padi yang merupakan adaptasi Rice Check (Australia), terdiri dari komponen utama sistem produksi padi sawah, yang harus dilakukan oleh petani produsen, apabila menghendaki diperolehnya produktivitas optimal. DPB Padi sawah disusun oleh peneliti padi atas dasar informasi/teknologi tersebut di atas, terdiri dari komponen teknologi yang nyata menentukan produktivitas yang tinggi. Bagi ekologi spesifik, DPB Padi dapat dimodifikasi menyesuaikan dengan kebutuhan agroekologi spesifik tersebut. Dalam panduan Daftar Periksa Budidaya padi sawah ini, dipilih 13 komponen teknologi yang harus dikelola dan diterapkan oleh petani, yang meliputi : (1) waktu tanam; (2) pilihan varietas dan benih; (3) persemaian; (4) penyiapan lahan; (5) pemeriksaan kandungan hara dalam tanah; (6) tanam dan populasi tanaman; (7) pemupukan; (8) pengelolaan air; (9) pengendalian gulma; (10) pengendalian OPT; (11) pemeriksaan status hara N dalam daun; (12) drainasi tanah; dan (13) panen dan penanganan pasca panen. DPB Padi sawah harus dipahami oleh penyuluh guna tindakan penyuluhan, dan dipahami oleh petani untuk memastikan pengadopsiannya. Dengan mengadopsi DPB Padi, senjang hasil antar petani dan antar hamparan sawah serta antar wilayah dapat diminimalisasi, sehingga produksi padi nasional dapat meningkat.
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Sasmita, Priatna; Satoto; Rahmini; Agustiani, Nurwulan; Handoko, Dody Dwi; Suprihanto; Guswara, Agus; SuharnaBuku ini menginformasikan karakteristik VUB padi secara rinci, antara lain potensi hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik, dan toleran terhadap cekaman abiotik.
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi, 2023) Thamrin, Muhammad; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Ardhiyanti, Shinta Dewi; Suhartini; Nugroho, Nurkholis; Wening, Rina Hapsari; Pramudyawardani, Estria Furry; Nafisah; Usyati, N.; Hikmah, Zaqiah Mambaul; Handoko, Dody Dwi; Norvyani, MutyaBeras adalah pangan pokok masyarakat Indonesia yang bukan hanya harus dipenuhi dari kecukupan jumlahnya, tetapi juga dari sisi kecukupan gizinya (nutrisi). Sebagai gambaran bahwa di Indonesia dalam dua dekade terakhir dilaporkan jumlah orang dewasa dengan obesitas meningkat dua kali lipat, sementara itu ada sebesar 27,67% balita Indonesia mengalami stunting. Dengan mengkonsumsi beras yang cukup mengandung nutrisi di dalamnya, maka diharapkan dapat mengurangi kondisi tersebut. Melalui biofortifikasi, Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi) telah melepas beberapa VUB dengan kandungan gizi tinggi, antara lain kandingan Zn yang cukup tinggi pada Varietas Inpari IR Nutrizinc, Inpago 13 Fortiz yang telah dimanfaatkan dalam program pemerintah mengatasi stunting. Tantangan dalam produksi padi pada musim-musim mendatang akan semakin besar. Adanya ancaman oleh perubahan iklim yang ekstrim dewasa ini dimana musim telah bergesar, hujan dan kemarau sulit diprediksi, adanya banjir dan kekeringan yeng terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi, serta serangan OPT yang meningkat diperlukan upaya antisipasi dan mitigasi. Untuk itu diperlukan produk inovasi teknologi padi terstandar untuk menjawab tantangan tersebut. Varietas Unggul Baru (VUB) padi adalah salah satu komponen utama yang telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani dalam menghadapi berbagai kondisi di lapangan. BSIP telah melepas lebih dari tiga ratus VUB padi melalui BBPSI Padi, sehingga petani dapat lebih leluasa memilih yang sesuai dengan teknik budidaya dan kondisi lingkungan setempat. Ketersediaan berbagai alternatif pilihan VUB pada suatu wilayah diharapkan akan berdampak terhadap stabilitas produksi sebagai representasi dari keunggulan adaptif dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik di suatu wilayah. Buku ini memuat tentang informasi beberapa VUB padi populer yang dilepas tahun 2000- 2023. Informasi yang disajikan dalam buku ini adalah tentang karakteristik dari masing-masing VUB. Dengan informasi yang disajikan dalam diskripsi VUB ini diharapkan dapat membantu pengguna khususnya petugas lapang dan petani dalam menentukan pilihan varietas yang akan digunakan sesuai dengan agroekosistem dan karakteristik spesifik lokasi.
- ItemPengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi(Pertanian Press, 2024) Suprihanto; Sulaiman, Andi Amran; Djufry, Fadjry; Thamrin, Muhammad; Sasmita, Priatna; Usyati, N.; Dewi, Ratna Sari; Anggara, Agus Wahyana; Effendi, Baehaki Suherlan; Santoso; Kurniawati, Nia; Suhartini; Wening, Rina Hapsari; Hasmi, IndrusTanaman pangan merupakan sub sektor yang paling rentan di pengaruhi iklim. Adanya kenaikan suhu dan peningkatan curah hujan akan berpengaruh pada pola tanam sekaligus berpengaruh terhadap perilaku organisme pengganggu tanaman (OPT). Peningkatan serangan OPT akan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Tanaman padi memiliki beragam potensi cekaman biotik berupa hama dan penyakit yang sangat mempengaruhi kehilangan hasil sehingga diperlukan pengendalian hama dan penyakit padi, diperlukan pemahaman yang baik tentang jenis dan karakteristik hama dan penyakit tersebut. Berdasarkan Permentan Nomor 13 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Standardisasi Instrumen Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) berganti nama menjadi Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi). Sesuai dengan tugasnya, BBPSI Padi melaksanakan pengujian standar instrumen padi. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan upaya-upaya dalam membuat standar instrumen padi salah satunya adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman padi yang dapat diimplementasikan di lapangan dan sesuai dengan peraturan dan kebutuhan pertanian modern. Buku Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi ini memberikan informasi dan tuntunan praktis yang sangat cukup mengenal jenis dan bioteknologi hama dan penyakit utama padi serta solusi pengendalian terbaik berdasarkan rekomendasi BBPSI Padi.
- ItemRekomendasi Budidaya Padi pada Berbagai Agroekosistem(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2020) Susanti, Zuziana; Rumanti, Indrastuti A; Rahmini; Sukarman; Mulyani, Anny; Setyorini, Diah; Syahbuddin, Haris; Sasmita, Priatna; Widowari, Ladiyani Retno; Anggara, Agus Wahyana; Wijanarko, Andy; Nugroho, Yudhistira; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Rohaeni, Wage Ratna; Handoko, Dody Dwi; Susanto, Untung; Safitri, Heni; Hairmansis, Aris; Widyantoro; Kasno, A.; Jumali; Roza, Celvia; Norvyani, Mutya; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
- ItemRekomendasi Budidaya Padi untuk Berbagai Agroekosistem(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2022) Sasmita, Priatna; Sastro, Yudi; Satoto; Nugraha, Yudhistira; A, Agus Wahyana; Hairmansis, Aris; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Zusanti, Zuziana; Rumanti, Indrastuti Apri; Rahmini; Handoko, Dody Dwi; Agustini, NurwulanUpaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditem puh melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah. Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian, terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani. Saat ini produksi padi nasional sudah mencapai angka 56,54 juta ton GKG. Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mentargetkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 7%. Aspek penting yang menjadi perhatian dalam peningkatan produksi padi tersebut antara lain adalah peningkatan efisiensi dan pelestarian lingkungan karena berkaitan dengan daya saing produksi berkelanjutan yang didasarkan pada agroekosistem padi.
- ItemVariasi Virulensi Penyakit Kerdil Hampa Tanaman Padi Dari Beberapa Daerah Endemis Di Jawa(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI), 2017) Suprihanto; Somowiyarjo, Susamto; Hartono, Sedyo; Trisyono, Y. Andi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI)Adanya ledakan serangan hama wereng coklat pada tanaman padi di Indonesia dewasa ini hampir selalu diikuti oleh adanya serangan penyakit virus yang ditularkannya, yaitu penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang masing- masing disebabkan oleh rice ragged stunt virus dan rice grassy stunt virus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman virulensi penyakit kerdil hampa dari beberapa daerah endemis di Jawa. Penelitian dilakukan dengan didahului pengambilan sampel di beberapa daerah serangan wereng coklat di DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Dari sampel tanaman sakit tersebut selanjutnya dilakukan deteksi berdasarkan gejala dan dengan transmission electron microscope (TEM). Uji keragaman virulensi selanjutnya dilakukan dengan penularan pada kultivar TN1 menggunakan vektor wereng coklat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit kerdil hampa ditemukan di Cisaat - Cirebon, Gamping - Sleman, Ciberes - Subang, Bendosari - Sukoharjo, Juwiring - Klaten, Pabuaran - Subang, dan Mungkid -Magelang, serta secara biologi mempunyai variasi virulensi pada kultivar TN1. Berdasarkan indeks penyakit, virulensi tertinggi ditunjukkan oleh inokulum RRSV dari Juwiring - Klaten dan Pabuaran - Subang, meskipun dalam hal penurunan tinggi tanaman dan jumlah anakan tidak berbeda dibandingkan dengan sampel dari Bendosari - Sukoharjo dan Mungkid - Magelang.