Browsing by Author "Sumarno"
Now showing 1 - 14 of 14
Results Per Page
Sort Options
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Jatim, 1996) Sumarno
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Jatim, 2000) Sumarno
- ItemBuletin Teknologi dan informasi Pertanian(BPTP Karangploso, 1999) Sumarno
- ItemJagung Teknik Produksi dan Pengembangan(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007) Sumarno; Suyamto; Widjono, Adi; Hermanto; Kasim, HusniDewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan, tetapi juga untuk pakan dan bahan baku beberapa industri strategis dengan kebutuhanyang terus meningkat. Produksi nasional jagung tampaknya belum mampumemenuhi semua kebutuhan dalam negeri sehingga adakalanya pemerintah harus mengimpor. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi jagung melalui berbagai kebijakan dan program, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi. Penelitian terhadap komoditas ini terus pula dilakukan untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mampu memberikan kontribusi bagi upaya peningkatan produksi. Melalui penelitian jangka panjang, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan telah menghasilkan inovasi teknologi jagung dari berbagai aspek. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi nasional, hasil-hasil penelitian tersebut antara lain dipublikasikan dalam buku Jagung yang diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1985. Buku ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan dan dijadikan sumber rujukan dalam penelitian dan pengembangan jagung. Dengan makin berkembangnya penelitian dan inovasi teknologi jagung selama dua dasawarsa terakhir, Puslitbang Tanaman Pangan menerbitkan buku Jagung yang baru. Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan telaah pustaka, yang diharapkan dapat menjadi “pegangan utama” bagi penentu kebijakan, akademisi, penyuluh pertanian, peneliti, dan pihak lain yang berminat mengembangkan jagung. Dalam buku setebal lebih dari 500 halaman ini dibahas secara komprehensif tentang morfologi tanaman,plasma nutfah, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul, budi daya, pengelolaan organisme pengganggu tanaman, pascapanen, pengolahan jagung untuk pakan dan pangan, baik secara tradisional maupun modern, sosial-ekonomi, dan aspek kebijakan
- ItemManajemen Penelitian dan Pengembangan Pertanian(IAARD Press, 2016) Sumarno; Harnowo, DidikBuku Manajemen Penelitian dan Pengembangan Pertanian ini dimaksudkan sebagai acuan teknis para pejabat manajemen Eselon II, III, dan IV dalam rangka memimpin program penelitian pada unit kerjanya, untuk memperoleh inovasi teknologi seperti yang disebutkan di atas. Kami menganjurkan kepada para pejabat struktural Eselon II. III dan IV, terutama yang membidangi hal-hal teknis, untuk mempelajari buku ini dan menerapkannya atau mengadaptasikan dengan kondisi unit kerja masing-masing.
- ItemMembumikan IPTEK Pertanian. Seri 1(IAARD Press, 2012-08) Sumarno; Soedjana, Tjeppy D.; Suradisastra, Kedi; Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianPemerintah telah menetapkan sejumlah target dalam pembangunan pertaniain, termasuk dalam kaitannya dengan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3MI). Sektor pertanian masih dipandang penting dan strategis sebagai salah satu sektor penting untuk memperkokoh ketahanan pangan, mengentaskan kemiskinan di perdesaan, dan membangun agro-industri. Tantangan pembangunan pertanian semakin "berat" dan kompleks, diantaranya adalah perubahan iklim, pertambahan penduduk, konversi lahan yang sulit dibendung, degradasi dan fragmentasi lahan, sert aperubahan pasar pangan global, terutama konversi pangan ke bioenergi.
- ItemMembumikan IPTEK Pertanian. Seri 2(IAARD Press, 2013) Sumarno; Soejana, Tjeppy D.; Suradisastra, Kedi; Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianPembangunan pertanian di Indonesia sebagaimana di negara lain senantiasa dilandasai oleh hasil inovasi para penelitinya. Keberhasilan swasembada beras beberapa waktu yang lalu merupakan salah satu contoh keberhasilan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta pengembangan ilmu dan teknologi pertanian terutama adanya varietas baru tanaman hasil inovasi para pemulia tanaman serta dukungan paket teknologinya dari peneliti Indonesia.
- ItemAn Overview Soybean Production in Indonesia(Central Research Institute for Food Crops, 2001-02) Sumarno; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemPenggunaan Bioteknologi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah Tumbuhan untuk Perakitan Varietas Unggul(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2002) Sumarno; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan dalam waktu 20 tahun ke depan (atau bisa lebih) masih harus ditangani secara teknik konvensional, yaitu dengan konservasi ex situ atau in situ, dalam wujud seluruh tanaman atau benih, disertai rejuvinasi dan pelestarian jangka panjang dalam ruang pendingin. Pemanfaatan plasma nutfah sebagai sumber daya genetik terutama adalah berfungsi sebagai donor gen, untuk tetua persilangan, atau sebagai materi seleksi, dalam rangka perakitan varietas unggul. Teknik bioteknologi, yang beroperasi pada tataran jaringan, sel, atau DNA tanaman, berfungsi mendukung kegiatan pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah, dalam perakitan varietas unggul. Untuk tanaman tertentu (spesifik) seperti tebu, anggrek, pelestarian plasma nutfah menggunakan kultur jaringan mungkin dapat menggantikan teknik konvensional penanaman di lapang. Bioteknologi juga berfungsi mendukung perakitan varietas unggul, dan tidak dapat dipisahkan dari teknik konvensional hibridisasi dan seleksi. Bidang cakupan kerja operasional antara pengelolaan sumber daya genetik plasma nutfah dan pengelolaan gen pada bioteknologi sangat berbeda, oleh karena itu hams ditangani oleh tenaga-tenaga ahli yang berbeda. Pada saat ini sistem pengelolaan plasma nutfah tumbuhan di Indonesia masih lemah dan kalah maju dibandingkan dengan negara lain. Untuk meningkatkan kinerja sistem pengelolaan plasma nutfah perlu dibentuk Lembaga Plasma Nutfah Nasional, dengan memprioritaskan penggunaan teknik konvensional dalam program pengelolaannya.
- ItemPENGKAJIAN TEKNIK PRODUKSI BENIH VARIETAS UNGGUL KACANG HIJAU(BPTP Karangploso, 1999) GATOT KUSTIONO; Sahun; Sumarno
- ItemPerakitan Varietas Unggul Jagung Fungsional(IAARD Press, 2014) Yasin, Muhammad; Sumarno; Nur, AminBuku Varietas unggul jagung fungsional ini diharapkan dapat memberi sumbngan bagi pengembangan jagung dalam upaya peningkatan produksi menuju swasembada berkelanjutan
- ItemPerencanaan Penelitian dan Analisis Data(Balitbangtan, 2017-11-20) Sutoro; Sumarno; Editor, Haris Syahbuddin; Balitbangtan
- ItemPerwilayahan Komoditas Pertanian di Jawa Timur Prospek dan Masalah Operasionalisasinya Dalam Pembangunan Pertanian(BPTP Karangploso, 1992) WIDJAJANTO, Dasi Dian; Z. Arifin; Sumarno
- ItemSorgum Inovasi teknologi dan pengembangan(IAARD Press, 2013-12) Sumarno; Djoko Said Damardjati; Mahyuddin Syam; HermantoSorgum merupakan tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan diusahakan oleh sebagian petani di Jawa dan Nusatenggara. Pengelolaan secara tradisional yang tercermin dari penggunaan benih dan pupuk seadanya menyebabkan hasil panen hanya 1-2 ton per hektar. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan pertanaman sorgum yang terdapat di beberapa negara lain seperti India dan Thailand yang juga memberikan hasil panen yang rendah. Penggunaannya sebagai pemenuhan pangan keluarga bagi petani subsisten menyebabkan kurangnya dorongan untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi. Sebaliknya, di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan beberapa negara Eropa, tanaman sorgum telah dikelola secara modern menggunakan teknologi maju seperti benih hibrida berkualitas dan pemupukan yang disesuaikan dengan kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Penggunaannya pun beragam, untuk pangan, pakan, industri, dan bioenergi. Rendahnya areal panen sorgum dibandingkan komoditas lain, dalam dekade terakhir hanya sekitar 25 ribu hektar per tahun, menyebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan tanaman ini. Hal serupa terjadi di beberapa negara lain seperti Thailand yang areal panennya menurun cukup tajam dari sekitar 400 ribu hektar pada tahun 1980an menjadi hanya tinggal sekitar 50 ribu hektar dalam beberapa tahun terakhir. India yang dikenal mempunyai areal pertanaman sorgum terluas di dunia, ternyata juga mengalami penurunan areal panen dari 14 juta hektar pada tahun 1990 menjadi 6 juta hektar pada tahun 2012. Meski termasuk tanaman minor, sorgum sebenarnya mempunyai beberapa kelebihan dari tanaman pangan lain seperti lebih toleran terhadap kekurangan dan kelebihan air, tidak memerlukan masukan tinggi, dapat tumbuh baik di lahan marginal, dan relatif lebih sedikit terserang organisme pengganggu tanaman (OPT). Penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian maupun instansi lain seperti perguruan tinggi dan BATAN menunjukkan bahwa melalui pengelolaan yang baik serta penggunaan varietas unggul, tanaman sorgum mampu memberi hasil tinggi. Kajian lapang yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang (kini Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) pada tahun 1980-1990an membuktikan bahwa dengan waktu tanam dan pengelolaan yang tepat, hasil panen sorgum dapat mencapai 5-7 t/ha. Selain melepas beberapa varietas unggul sorgum, Badan Litbang Pertanian pun telah menginisiasi penelitian sorgum hibrida pada tahun 1990an melalui kerja sama dengan lembaga internasional ICRISAT (International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics). Di sisi lain pengembangan sorgum juga dihadapkan kepada masalah keunggulan komparatif dan kompetitif dengan tanaman lainnya seperti padi dan jagung. Ketidaktersediaan pasar menyebabkan harga sorgum relatif rendah dibandingkan komoditas lain. Kemajuan teknologi yang menghasilkan jagung hibrida dengan hasil di atas 8 t/ha menyebabkan petani semakin enggan menanam sorgum. Sementara itu, selain mudah terserang hama gudang pada waktu penyimpanan, biji sorgum juga mengandung tanin yang memerlukan pengolahan untuk menghilangkannya sebelum dikonsumsi. Melonjaknya harga minyak dunia yang dibarengi oleh terus meningkatnya kebutuhan akan pangan dan pakan telah mendorong berbagai kalangan untuk mengembangkan sorgum sebagai sumber energi terbarukan. Filipina, misalnya, telah mencanangkan pengembangan sorgum manis untuk bioetanol dan pakan. Bioetanol dari sorgum manis diharapkan dapat mensubstitusi sebagian bahan bakar negara lain yang sepenuhnya tergantung dari impor. India juga mempunyai rencana yang serupa dengan menjalin kerjasama dengan ICRISAT. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah melakukan Demfarm Sorgum di beberapa provinsi dalam beberapa tahun terakhir sementara Kementerian BUMN juga melakukan pengembangan sorgum di beberapa lokasi di NTB dan NTT. Suatu kajian yang komprehensif tampaknya perlu dilakukan apakah sorgum memang bermanfaat untuk dikembangkan lebih lanjut dan bagaimana strategi pengembangannya. Beberapa pertanyaan yang memerlukan jawaban termasuk apakah sorgum yang akan dikembangkan adalah sorgum biji untuk mendukung ketahanan pangan dan pakan atau sorgum manis untuk bioetanol, pakan, dan industri atau keduanya. Wilayah pengembangan dan petaninya perlu pula diidentifikasi secara tepat melalui kerjasama berbagai pihak: Pemerintah Pusat dan Daerah, swasta, kelompok tani dan lembaga terkait lainnya. Dukungan penelitian diharapkan mampu menyediakan teknologi yang diperlukan sebagaimana halnya peralatan panen dan pascapanen serta jaminan harga yang layak.