Browsing by Author "Sukmadjaja, Deden"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemPengadaan benih tanaman melalui teknik kultur jaringan(IAARD Press, 2014-12) Sukmadjaja, Deden; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemPengaruh Waktu Perendaman Dengan Asam GIBERELAT Terhadap Viabilitas Benih SOLANUM KHASIANUM CLARKE(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 1989) Sukmadjaja, Deden
- ItemPengujian Planlet Abaka Hasil Seleksi terhadap Fusarium oxysporum(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Sukmadjaja, Deden; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSerangan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam usaha pertanaman abaka (Musa textilis Nee). Penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit tersebut merupakan cara yang paling cocok dalam menanggulangi masalah tersebut. Akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan varietas abaka yang tahan terha-dap penyakit tersebut. Seleksi in vitro merupakan salah satu metode seleksi dalam upaya memperoleh tanaman abaka yang tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berupa biakan abaka yang telah diinduksi keragaman somaklonalnya dengan radiasi 1 krad. Dua macam komponen seleksi yang digunakan adalah asam fusarat dan filtrat dari F. oxysporum dalam beberapa konsentrasi. Seleksi secara in vitro dilaku-kan melalui dua tahap berurutan, di mana pada seleksi tahap II konsentrasi asam fusarat dinaikkan satu tingkat dari seleksi I. Setelah itu, dilakukan seleksi silang dengan filtrat atau asam fusarat untuk mengetahui kestabilan perubahan sifat yang dihasilkan. Nomor-nomor yang tahan hasil seleksi secara in vitro di-perbanyak untuk dilakukan pengujian ketahanannya terhadap F. oxysporum di kamar kaca. Hasil pengujian ketahanan terhadap Fusarium di kamar kaca me-nunjukkan bahwa penggunaan bahan tanaman dari perlakuan radiasi 1 krad umumnya menghasilkan tanaman yang relatif lebih tahan terhadap Fusarium di-bandingkan dengan bahan tanaman yang tidak diradiasi. Kombinasi perlakuan radiasi 1 krad dengan seleksi menggunakan asam fusarat 30-45 ppm serta di-lanjutkan dengan seleksi silang dengan filtrat Fusarium 50% dapat menghasil-kan tanaman abaka yang mempunyai persentase hidup paling tinggi (75%) se-telah diinokulasi dengan konidia F. oxysporum. Dari 30 nomor planlet yang diuji di kamar kaca terdapat 20 nomor yang tahan terhadap F. oxysporum. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara ketahanan terhadap toksin murni asam fusarat dengan ketahanan terhadap suspensi konidia F. oxysporum. Perlakuan radiasi yang dikombinasikan dengan seleksi in vitro da-pat menghasilkan tanaman abaka yang tahan terhadap patogen F. oxysporum.
- ItemPerbanyakan Bibit Abaka Melalui Kultur Jaringan(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003) Mariska, Ika; Sukmadjaja, Deden; Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyediaan bibit berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa datang. Perbanyakan bibit melalui teknik kultur jaringan merupakan salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan terbukti memberikan keberhasilan. Teknik ini menawarkan cara perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak dan waktu cepat dengan memanfaatkan bahan tanaman asal yang terbatas. Tanaman abaka merupakan jenis pisang yang memiliki kegunaan cukup luas dengan nilai produk yang cukup tinggi, seperti bahan tekstil dan bahan kertas untuk surat berharga. Sebagai komoditas yang baru untuk dikembangkan, sumber bahan tanaman unggul yang memenuhi syarat permintaan pasar jumlahnya relatif terbatas. Padahal untuk memenuhi permintaan pasar atas produk abaka sangat besar, sehingga membutuhkan area penanaman yang cukup luas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) atau sebelumnya dikenal dengan nama Balitbiogen telah sejak lama mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk memperbanyak bahan tanaman abaka. Teknik ini telah banyak diadopsi oleh berbagai institusi baik melalui pelatihan atau magang di BB Biogen. Sebagai upaya untuk mendesiminasikan teknologi, buku ini mengupas aspek teknis perbanyakan tanaman abaka.
- ItemPerbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur Jaringan(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003) Sukmadjaja, Deden; Mariska, Ika; Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTanaman jati merupakan tanaman tahunan yang memiliki nilai produk yang sangat ekonomis. Bahan bangunan dan meubel yang berasal dari kayu jati memiliki kelas pasar tertentu dengan nilai jual tinggi. Umumnya tanaman jati dipanen setelah berumur lebih dari sepuluh tahun. Terobosan teknologi menghasilkan jenis-jenis jati tertentu yang berumur genjah dengan kualitas produk yang baik. Umumnya tanaman jati diperbanyak dengan anakan. Namun untuk kebutuhan pengembangan luas seperti pembangunan hutan industri, misalnya, perbanyakan konvensional sangat menyulitkan. Perbanyakan bibit melalui teknik kultur jaringan merupakan salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan terbukti memberikan keberhasilan. Teknik ini menawarkan cara perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak dan waktu cepat dengan memanfaatkan bahan tanaman asal yang terbatas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) atau sebelumnya dikenal dengan nama Balitbiogen telah sejak lama mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk memperbanyak bahan tanaman jati. Teknik ini telah banyak diadopsi oleh berbagai institusi baik melalui pelatihan atau magang di BB Biogen. Sebagai upaya untuk mendesiminasikan teknologi, buku ini mengupas aspek teknis perbanyakan tanaman jati.