Browsing by Author "Sudjindro"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudi Daya Tanaman Abaca (Musa textilis NEE)(Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, 1998) Setyo-Budi, Untung; Sudjindro; Heliyanto, Bambang; Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman SeratAbaca (Musa textilis NEE) merupakan tanaman penghasil serat dari kelopak daun, termasuk famili Musaceae atau jenis pisang-pisangan. Tumbuh liar di Pulau Mindanao (Filipina) dan Pulau Sangihe (Indonesia). Penduduk pulau-pulau tersebut sebelum Perang Dunia II memperoleh benang-benang halus dari pelepah daun untuk dijadikan kain yang sejuk. Tanaman abaca berasal dari Filipina, dengan pangsa arealnya mencapai lebih dari 95%. Karenanya abaca disebut sebagai Manila Hemp. Karena kuat dan tahan air garam, maka serat abaca baik untuk industri tali-temali kapal laut dan tali-temali lainnya. Selain itu serat abaca juga merupakan bahan baku pulp kertas berkualitas tinggi seperti kertas uang, kertas dokumen, kertas cheque, kertas plaster, kantong teh, kertas mimeograph, serta untuk tekstil.
- ItemInovasi Varietas Unggul Kenaf Untuk Pemberdayaan Lahan Sub Optimal di Indonesia(IAARD Press, 2012) Sudjindro; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPamanfaatan serat alam termasuk kenaf sangat terkait dengan isu hangat yang menjadi perhatian dunia saat ini yaitu keselamatan lingkungan. Sesuai dengan deklarasi FAO tanggal 20 Desember 2006 tentang International Year of Natural Fibre 2009 atau disingkat IYNF 2009, dianjurkan bahwa pemanfaatan serat alam termasuk kenaf harus ditekankan untuk bahan baku berbagai industri, karena serat alam dapa t memperbaiki lingkungan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
- ItemKERAGAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN RAMI DI INDONESIA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) Sudjindro; A. Sastrosupadi; Mukani; Budi Santoso; Winarto B.W.; Supriyadi Tirtosuprobo; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemPERAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN KAPAS DAN RAMI(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) HASNAM; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor; Emy Sulistyowati; Nurheru; Sudjindro; Rr. Sri Hartati; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor - Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratTeknologi-teknologi sudah tersedia untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha tani kapas dan rami, adopsinya dapat ditingkatkan jika dilakukan pembinaan yang intensif, peningkatan pelayanan lembaga keuangan pedesaan, dan penguatan lembaga pendukung lainnya. Dengan status benih kapas dan rami yang masih bersifat barang publik, pengadaan benih seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Untuk reformasi sistem perbenihan perlu dikembangkan suatu sistem yang melibatkan semua potensi nasional. Pengembangan kapas dan rami harus diintegrasikan dengan agro-industri dan penumbuhan industri hilirnya. Untuk itu perlu disusun rencana induk yang holistik; tanpa pengintegrasian tersebut usaha tani kapas dan rami tidak akan menarik petani, karena nilai produk primer yang semakin turun. Selain itu, perlu segera diambil langkah-langkah untuk implementasi UU no. 13/2005 dan Perpres no. 8/2005 untuk meningkatkan akses petani terhadap permodalan/dana. Perlu diambil langkah-langkah untuk mengefektifkan penyuluhan dengan meningkatkan mutu SDM, peran P4S, dan BPP; pertukaran aktivitas peneliti-penyuluh secara periodik diharapkan akan mempercepat proses alih-teknologi.
- ItemResponse of Five Kenaf Accessions to Shoot Regeneration(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 1999) Purwati, Rully Dyah; Sudjindro; Sudarmadji; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratThis experiment was aimed to study response of fives kenfa accession to shoot regeneratioo and to establish an appropriate regeaeraiea protocol for kenaf The experiment was performed at Tissue Culture Laboratory Research Institute for Tobacco and Fibre Crops (RITFC), MaJang, from June to Octo- ber 1997. Crtyledons with plumules attached were used as explants and culture medium for callus induction was MS-based medium with BAP (2 mgfl) and NAA (0.5 mgfl). Calli produced in this cultures were transferred into MS-based medium containing BAP (2 mgfl) and GAJ (5 mgfl) for shoot initiatioo. All shorts obtained were then sub-cultured in MS-based medium without regulators (MSO) for root formation. Rooted shorts (plantlets) were acclimatized in the sterile sand and transferred into sterile soil in the glass house. Results of this experiment showed that the most respoosive accessions were Cuba 10811, followed by KK 60, He 48, PI 324922, aid CRNI 056 H with the average number of shoots per explant 4.32 ± 4.21, 4.00± 4.01, 3.05 ± 2.98, 2.80± 1.47, and 2.72 ± 2.49, respectively, at 40 days after transferring on shoot regeneratica medium. Shoots rooted after 14 days on MSO medium with frequencies of 81.50-93.30%. Healthy plaatlets survived and grew well in soil media in the glass house. Therefore, an appropriate short regeneration protocol for kenafwas found,