Browsing by Author "Sudaryono, Tri"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya Ternak Itik Petelur(BPTP Jateng / FETI, 2012) Sudaryono, Tri; Maharso Yuwono, Dian; Joko Paryono, Trie; Ernawati; Rudi Prasetyo Hantoro, F.; BPTP JatengUsaha peternakan itik petelur semakin banyak diminati sebagai salah satu alternatif usaha peternakan unggas penghasil telur yang cukup menguntungkan, khususnya dengan pemeliharaan secara intensif. Dalam meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha peternakan itik, pemeliharaannya perlu ditingkatkan dari cara tradisional ke arah yang lebih intensif dengan menerapkan teknologi yang terkait dengan budidaya itik, meliputi pemilihan bibit, pencegahan penyakit, perkandangan, dan pemberian pakan dengan gizi seimbang. Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah melalui Program Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI) menyusun Buku Budidaya Ternak Itik Petelur yang memuat informasi mengenai perbibitan, pemeliharaan, pakan, penanganan penyakit, dan analisis kelayakan usaha itik petelur.
- ItemEfektivitas Pembenah Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sugiono; Sa’adah, Sri Zunaini; Asnita, Rika; Sudaryono, Tri; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuLahan pertanian yang mengalami degradasi rata-rata kandungan bahan organik < 2%, sehingga berdampak terhadap penurunan kualitas fisik anah, karena rendahnya unsur yang dapat berperan dalam perbaikan struktur tanah. Penambahan bahan organik dengan kualitas yang baik dan dalam jumlah yang mencukupi merupakan kunci pemeliharaan dan perbaikan kualitas tanah. Fungsi pembenah tanah diharapkan mampu memantapkan agregat tanah untuk mencegah erosi dan pencemaran, merubah kapasitas tanah menahan air, meningkatkan kapasitas tukar kation, mampu menyuplai unsur hara tertentu dan dapat segera diguanakan untuk tanaman. Pengujian pembenah tanah untuk mempengetahui efektifitas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, karena merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi sebagai sumber karbohidrat, serta digunakan sebagai pakan ternak yang mencapai sekitar 51% dari komposisi pakan, dan bahan baku industi diantaranya adalah: minyak goreng (corn oil), gula rendah kalori, tepung maizena dan bioetanol. Penelitian dilakukan pada MK (bulan Mei 2015 s/d bulan Agustus 2015) di Desa Keboan Kecamatan Ngusikan, Kab. Jombang dengan jenis tanah alluvial dan ketinggian tempat 50 m dpl, Rancangan yang digunakan RAK, diulang 3 kali, 10 perlakuan, dengan jarak tanam 75cm x 20cm, 1 tanaman per lubang. Kandungan pembenah tanah yang dikaji Nitrophos (%): MgO (19,80), CaO (29,37), Al2 O2 dan FE2O (1,28), SiO3 (1,75), varietas jagung yang digunakan hibrida Pioner-21. Hasil penelitian berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, aplikasi pembenah tanah Nitrophos: perlakuan petani (NPK 200, Urea 200 kg/ha produksi pipilan kering 9,93 ton/ha. Perlakuan pemupukan (Urea 100, SP-36 125, KCL 100 kg/ha dan pembenah tanah 2 ton/ha) produksi jagung pipilan kering tertinggi 12,73 ton/ha berpengaruh meningkatkan hasil jagung sebesar 11,67 % dibanding dengan perlakuan (Urea 100, SP-36 125, KCL 100 kg/ha dan pembenah tanah 1 ton/ha) dengan produksi 11,4 ton/ha.
- ItemFormulasi Penggunaan Biofarmaka pada Pembuatan Berbagai Produk Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Antarlina, S. S.; Khamidah, Aniswatul; Sudaryono, Tri; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianIndonesia merupakan daerah sentra produksi tanaman biofarmaka. Rimpang tanaman biofarmaka mempunyai efek untuk kesehatan, sehingga budidaya dan teknologi olahannya perlu dikembangkan. Saat ini pemanfaatannya masih terbatas untuk minuman jamu dan bumbu masakan. Minuman jamu semakin kurang diminati karena rasanya. Perlu inovasi teknologi untuk menghasilkan produk yang diminati masyarakat, disukai dan layak jual. Penelitian bertujuan membuat formulasi produk olahan pangan berbahan rimpang kencur dan jahe. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen BPTP Jawa Timur. Pembuatan produk kue kering stik kencur, minuman beras kencur, dan kue kering bidaran jahe. Analisis fisiko-kimia dan uji organoleptik produk olahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, produk olahan disukai. Produk kue kering stik kencur, maksimal penambahan pasta kencur sebanyak 15%. Kadar air kue kering stik kencur cukup rendah (0,45— 1,14% basis basah), hal ini menunjukkan tingkat kerenyahannya. Kadar protein kue kering stik kencur cukup tinggi yaitu 18,32—20,64% bb, penambahan pasta kencur meningkatkan kadar proteinnya. Penambahan pasta kencur meningkatkan aktivitas antioksidan kue kering stik kencur, dari 45,98% menjadi 73,53%, dan minuman beras kencur dari 20,180% (50 g kencur) menjadi 50,899% (100 g kencur). Konsentrasi jahe berpengaruh terhadap kadar air kue kering bidaran jahe, energi dan aktivitas antioksidan. Kadar air kue kering bidaran jahe dari 3,737% bb meningkat menjadi 5,045% bb, namun menurunkan energi yaitu dari 434,50 kal (tanpa pasta jahe) menjadi 410,32 kal. Formulasi produk olahan ini, diharapkan dapat berkembang sebagai produk industri pangan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah.
- ItemKERAGAAN BEBERAPA VARIETAS AMPHIBI UNTUK ANTISIPASI KEKERINGAN DI SENTRA PRODUKSI PADI KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Sudaryono, Tri; Krisnadi, L.Y; BPTP Jambienuhi kebutuhan pangannya melalui program swasembada pangan, utamanya padi, jagung dan kedelai. Tantangan dalam melaksanakan program swasembada pangan adalah adanya anomali iklim. Dalam menghadapi anomali iklim, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan varietas Amphibi yang toleran pada kondisi kering maupun basah. Varietas amphibi tersebut perlu dimasifkan/dideraskan ke lapangan untuk membantu petani menghadapi anomali iklim. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh keragaan beberapa varietas Amphibi dilaksanakan di Desa Pungpungan, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro pada MH (September 2015-Januari 2016). Beberapa varietas Amphibi yang diuji meliputi Situ Patenggang, Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, dan Inpari 10. Hasil penelitian mewujudkan bahwa Inpari 10, selain toleran terhadap serangan beberapa OPT juga menampilkan keragaan vegetatif dan generatif yang lebih baik,dibandingkan varietas lainnya. Dengan keragaan vegetatif dan generatif yang baik, varietas Inpari 10 menghasilkan gabah kering panen (GKP) sebesar 8,09 ton/ha.
- ItemPenggemukan Sapi Potong(BPTP Jateng/FEATI, 2012) Sudaryono, Tri; Joko Paryono, Trie; Ernawati; Maharso Yuwono, Dian; BPTP JatengPEMBELAJARAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PENGGEMUKAN SAPI POTONG MELALUI ARF (ACTION RESEARCH FACILI TY) TELAH DILAKSANAKAN DI U P- FMA DESA JOGONAYAN KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG. TUJUANNYA AGAR PARA PETANI MEMAHAMI DAN MENERAPKAN INOVASI TEKNOLOGI PENGGEMUKAN SAPI POTONG SESUAI ANJURAN. HAL INI SANGAT PENTING AGAR PENINGKATAN BOBOT BADAN SAPI YANG DIPELIHARA DAPAT LEBIH OPTIMAL DAN PADA GILIRANNYA DAPAT MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN PETANI.
- ItemPENGKAJIAN BEBERAPA VARIETAS AMPHIBI DI SENTRA PRODUKSI PADI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR(2016-05-31) Sudaryono, Tri; Korlina, EliPerubahan iklim akibat pemanasan global telah berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan terutama sektor pertanian yang mengalami dampak paling serius, oleh sebab itu perlu tersedia beberapa varietas amphibi padi yang dapat ditanam pada saat kondisi air kurang. Untuk mempercepat penyebaran varietas amphibi kepada pengguna, dilaksanakan pengkajian dengan menerapkan PTT. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi amphibi, sehingga VUB tersebut dapat mensubstitusi dan mengantisipasi kekeringan pada tanaman padi guna mengatasi kegagalan panen di musim kering panjang (fenomena el-nino). Pengkajian dilaksanakan di Desa Maduran Kec. Maduran Kab. Lamongan pada bulan Agustus – November 2015. Pengkajian menggunakan varietas Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, Inpari 10, Situ Patenggang dan varietas Ciherang sebagai pembanding dengan total luasan 10 ha. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Parameter yang diamati meliputi komponen pertumbuhan, serangan hama penyakit dan produksi. Hasil kajian menunjukkan bahwa perlakuan varietas amphibi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan. Dari 5 (lima) varietas amphibi yang dikaji, produksi Inpago 9 lebih tinggi (8,31 t/ha) dibanding empat varietas lainnya Kata kunci : Varietas amphibi, PTT, Padi sawah
- ItemPENGKAJIAN KELANGKAAN TENAGA KERJA DAN KONTRIBUSI MEKANISASI PERTANIAN PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Sudaryono, Tri; Pangarso, Nugroho; BPTP JambiSampai saat ini, pelaku/pekerja di sektor budidaya padi, masih didominasi petani tua, sementara pelaku berusia produktif minim. Kondisi tersebut dapat mengancam keserentakan waktu tanam, produktivitas dan susut panen yang pada akhirnya mengancam swasembada beras. Salah satu strategi agar terhindar dari ancaman tersebut adalah dengan intervensi mekanisasi pertanian khususnya untuk alat tanam dan panen padi, sekaligus menarik minat pemuda terjun kesawah. Untuk mengetahui kontribusi dan opsi kebijakan mekanisasi pada sektor budidaya padi, maka telah dilakukan pengkajian di 9 kabupaten di Jatim (Juni-Oktober 2015), dengan responden petani, bengkel, penjual jasa dan pengusaha Alsin. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa ada beberapa jenis transplanter yang secara nyata dapat mempercepat waktu tanam, mengurangi biaya tanam, serta combine harvester yang dapat mengurangi biaya panen, meningkatkan harga gabah serta mengurangi susut panen. Jenis/merk Alsin yang berada di lapangan sangat banyak dan mempunyai kinerja yang bermacam-macam, sehingga diperlukan rumusan kebijakan dari pemerintah yang mengatur pemanfaatan, penggunaan dan produksi Alsin. Opsi kebijakan yang sesuai antara lain sebagai berikut : (1) Pemerintah menguji dan merekomendasi jenis Alsin yang dapat dioperasionalkan, bermanfaat, menguntungkan dan menunjang swasembada, (2) Pemerintah membina pabrikan Alsin, (3) Sebelum Alsin dibantukan, terlebih dahulu dilatih tenaga teknis mesin dan tenaga operatornya, (4) Bantuan Alsin seyogyanya satu paket dengan tenaga pendampingnya, (5) Demplot Alsin yang dilakukan pemerintah harus “berhasil”, untuk meyakinkan petani, (6) Pemerintah hendaknya memfasilitasi suku cadang dan kredit Alsin, (7) Belum semua wilayah siap menerima Alsin, pemerintah daerah perlu melakukan pendekatan aktif pada masyarakat, (8) Perlu pengkajian cara tanam spesifik lokasi sesuai Alsin, (9) Petani memerlukan Alsin multiguna (untuk padi dan palawija), sehingga dapat dioperasionalkan maksimal (satu tahun penuh), (10) Pemerintah membina kelembagaan petani pemanfaat Alsin, sehingga kelembagaan dan Alsin lebih berdaya guna
- ItemPENYEDIAAN BENIH KENTANG VARIETAS GRANOLA KEMBANG DENGAN SUMBER BENIH DARI PERBANYAKAN SECARA IN VITRO (G0 DAN STEK BERAKAR)(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Prahardini, P.E.R; Sudaryono, Tri; Retnaningtyas, Endah; BPTP JambiSalah satu kendala peningkatan produktivitas kentang adalah tersedianya benih yang berkualitas. Metode untuk menghasilkan benih berkualitas dengan menggunakan teknologi perbanyakan secara invitro dengan telnologi kultur meristem dan dilanjutkan penumbuhannya di screen house untuk menghasilkan benih Dasar (G0). Ukuran umbi benih G0 beragam mulai dari 1 gram - 30 gram/ umbi, disamping itu juga bisa menggunakan benih berupa stek. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh ukuran sumber benih umbi terhadap keragaan pertumbuhan dan hasil kentang Varietas Granola Kembang. Penelitian dilaksanakan di lahan petani di desa Kalitejo kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan mulai bulan Mei – Desember 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan Sumber benih antara lain: P1: G0 klas A = bobot benih 30 g, P2: G0 klas B = bobot benih 20 g, P3: G0 klas C = bobot benih 15 g, P4: G0 klas D = bobot benih 10 g, P5: G0 klas E = bobot benih 5 g, P6: G0 klas F = bobot benih 1 g dan p7: G0 berupa stek berakar. Setiap unit ulangan berupa bedengan yang terdiri dari 100 tanaman Pengamatan keragaan pertumbuhan vegetatif meliputi: tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah daun pertanaman pada umur 1 dan 2 bulan setelah tanam. Pengamatan keragaan hasil kentang meliputi : jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman dan produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata baik komponen pertumbuhan vegetatif dan produksi dari ke tujuh perlakuan tersebut. Benih stek dan umbi G0 klas A mampu menghasilkan jumlah umbi yang sama sedangkan umbi G0 klas F jumlah umbi tidak berbeda nyata dengan G0 klas lain tapi berbeda nyata jumlahnya dengan benih yang berupa stek berakar. Petani kentang mempunyai peluang yang menguntungkan dengan menggunakan benih kentang berukuran kecil (1 g) maupun benih berupa stek berakar.