Browsing by Author "Subiadi"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Subiadi; Rauf, Abdul W.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang produksinya dari tahun ke tahun terus menurun sementara konsumsinya di Indonesia terus meningkat sehingga harus dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, diperlukan adanya serangkaian kebijakan yang dirumuskan berdasarkan analisis yang komprehensif terhadap sistem produksi kedelai dengan menggunakan simulasi dinamika sistem berdasarkan data historis dari tahun 2004-2012. Model simulasi peningkatan produksi kedelai di Provinsi Papua Barat bertujuan untuk membuat skenario kebijakan peningkatan produksi kedelai di Papua Barat. Skenario kebijakan yang digunakan yaitu 1) peningkatan produktivitas yang semula 1,03 ton/ha menjadi 1,7 ton/ha, dengan tambahan biaya produksi Rp. 1.075.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, 2) mengurangi kehilangan hasil pada saat panen (biji tercecer) yang semula 2,5% menurun menjadi 2,25%, dengan tambahan biaya produksi Rp. 625.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, 3) meningkatkan persentase luas panen yang semula 90% menjadi 95%, dengan tambahan biaya produksi Rp. 500.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, 4) meningkatkan luas tanam yang semula 10% menjadi 77%, dengan tambahan biaya produksi Rp. 800.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, dan 5) skenario gabungan dengan tambahan biaya produksi Rp. 1.675.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semua skenario layak untuk diterapkan dengan nilai R/C ratio > 1. Namun untuk pencapaian target produksi > 7.000 ton/tahun, maka skenario kebijakan gabungan yang harus diterapkan. Sedangkan dari segi kelayakan usahatani, maka skenario 1 dan skenario gabungan yang paling menguntungkan.
- ItemHama Penting Tanaman padi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2013) Subiadi; Rauf, Abdul Wahid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
- ItemINOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI JALAR(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2012) Rauf, Abdul W.; Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
- ItemJagung: Teknik Budidaya dan Pengelolaan Hama Penyakit(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2013) Subiadi; Rauf, Abdul Wahid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
- ItemKajian Adaptasi Galur Padi Sawah Tahan Penyakit Tungro(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Subiadi; Uhi, Harry Triely; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian bertujuan untuk mendapatkan varietas padi sawah tahan penyakit tungro. Kajian dilakukan pada MTI tahun 2007 di SP 6 Distrik Masni Manokwari, Propinsi Papua Barat. Perlakuan yang digunakan ada 4 yaitu 3 galur padi sawah terseleksi tahan penyakit tungro (OBSTG02-131, OBSTG02-134, OBSTG02-148) dan varietas IR 64 sebagai kontrol. Penelitian dilakukan secara onfarm dengan perlakuan galur ditata menurut rancangan acak kelompok 4 ulangan. Parameter yang diamati yaitu populasi wereng hijau (Nephotettix sp.), intensitas serangan penyakit tungro, jumlah anakan produktif, tinggi tanaman, dan produksi gabah kering panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur padi sawah yang diuji bebas dari serangan penyakit tungro sedangkan varietas IR 64 (kontrol) terserang tungro dengan intensitas serangan mencapai 100% pada 9 MST
- ItemKORELASI TINGKAT SERANGAN PENGGEREK BATANG JAGUNG DENGAN PENYAKIT BUSUK BATANG PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian lapang dilaksanakan untuk melihat korelasi antara tingkat serangan penggerek batang jagung dengan tingkat serangan penyakit busuk batang pada tanaman jagung Jagung hibrida Pioneer 21 ditanam pada lahan seluas 1000 m² dengan jarak tanam 80 x 20 cm. Lahan dibagi menjadi 36 petak yang berukuran 3,2 x 2,6 m yang terdiri dari 70 tanaman per petak. Pengamatan jumlah tanaman yang terserang penggerek batang jagung dan penyakit busuk batang dilakukan satu minggu sebelum panen. Serangan penggerek batang jagung berkorelasi positif dengan serangan penyakit busuk batang pada tanaman jagung. Rata-rata tingkat serangan penggerek batang jagung sebesar 64,05% dengan tingkat serangan terendah sebesar 38,57% dan tertinggi 78,57%. Rata-rata tingkat serangan penyakit busuk batang sebesar 13,69% dengan tingkat serangan terendah sebesar 4,29% terjadi pada petak dengan tingkat serangan penggerek batang terendah dan tingkat serangan penyakit busuk batang tertinggi sebesar 32,86% juga terjadi pada petak dengan tingkat serangan penggerek batang tertinggi.
- ItemPENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN MANOKWARI(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Sipi, Surianto; Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKomoditas tanaman pangan terutama beras memilik peran strategis dalam pembangunan nasional. Selain menjadi komoditi strategis nasional, beras juga menjadi komoditi prioritas dalam hal kegiatan penelitian dan pengembangan. Peran penelitian sangat penting dalam hal perakitan komponen unggul dalam proses produksi. Salah satu upaya peningkatan produksi yaitu melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang telah dilakukan sejak tahun 2008. Kabupaten Manokwari sebagai salah satu daerah penghasil beras di Propinsi Papua Barat telah dicanangkan sebagai salah satu daerah Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan dengan komoditi padi dengan luas 2500 Ha sawah. Penerapan komponen teknologi PTT telah diperkenalkan kepada petani setempat guna diadopsi menjadi teknik baru dalam mengelola budidaya tanaman padi. Akan tetapi, setelah beberapa tahun diperkenalkan, masih terdapat beberapa komponen teknologi PTT yang belum dapat diadopsi sepenuhnya oleh petani sebagai pengguna akhir dari teknologi tersebut. Hal tersebut terlihat dari rata-rata produktivitas per hektar sawah petani di Kabupaten Manokwari pada 6 tahun terakhir (2013-2014) yaitu 4,1 ton/Ha, masih jauh dari rata-rata nasional yaitu 5,1 ton/Ha.
- ItemPENYAKIT TUNGRO DAN KERACUNAN Fe PADA TANAMAN PADI(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Sipi, Surianto; Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPencegahan awal terhadap perkembangan serangan penyakit sangat ditentukan oleh sejauh mana petani, penyuluh pertanian, dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT) dapat mengidentifikasi serangan sejak awal. Kemampuan mengidentifikasi tersebut terkait erat dengan pengetahuan tentang gejala serangan, karena semua penyakit dan keracunan mempunyai gejala yang khas dan dapat tampak secara visual pada organ tanaman mulai dari akar sampai tajuk tanaman. Seringkali terjadi perbedaan pendapat dikalangan petani, penyuluh dan POPT terhadap suatu gejala yang muncul di lapangan. Hal tersebut dapat mempengaruhi ketepatan waktu penanganan, kesimpangsiuran gejala dan tindakan yang harus dilakukan. Oleh karena itu perlu adanya keterangan yang menjelaskan secara tegas perbedaan dari setiap gejala yang muncul di lapangan. Penyakit tungro dan keracunan Fe merupakan cekaman pada tanaman padi yang sering muncul di beberapa sentra tanaman padi di Kabupaten Manokwari. Sering terjadi perdebatan antara beberapa pihak mengenai kedua gejala tersebut. Oleh Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan secara tegas aspek-aspek yang terkait dengan kedua gejala. Gejala tanaman yang telah terinfeksi penyakit tungro dengan jelas dapat dibedakan dengan gejala keracunan Fe. Letak perbedaan yang paling mencolok yaitu pada organ daun. Dimana, daun tanaman yang terserang penyakit tungro akan berwarna kuning atau kuning mendekati orange. Sementara gejala keracunan Fe daun tidak menguning akan tetapi terlihat pucat dan terdapat bagian yang seperti berkarat agak kemerahan.
- ItemPERAN PESTISIDA DALAM BUDIDAYA TANAMAN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2021-03) Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
- ItemPOLA SEBARAN PELETAKAN KELOMPOK TELUR OSTRINIA FURNACALIS GUENÉE (LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE) PADA BEBERAPA FASE TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L.)(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian dilaksanakan untuk mengetahui pola sebaran peletakan kelompok telur ngengat Ostrinia furnacalis pada daun tanaman jagung dan penyebarannya pada lahan pertanaman jagung. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu lahan pinggir dalam berdekatan dengan pertanaman lain, bagian tengah lahan, dan lahan pinggir luar berdekatan dengan jalan raya. Pengamatan kelompok telur dilakukan pada seluruh tanaman jagung (sensus). Periode peletakan telur berlangsung selama 34 hari, dengan periode inisiasi hingga puncak 11 hari dan periode setelah puncak hingga akhir peletakan telur 23 hari. Peletakan telur O. furnacalis pada daun tanaman jagung menyebar secara berkelompok. Pada fase V8 hingga fase V12 ditemukan sebanyak 847 kelompok telur, 80,9% diantaranya ditemukan pada daun ke 6–9. Pada fase VT (bunga jantan) hingga fase R2 (bunga betina telah kering) ditemukan sebanyak 491 kelompok telur, 80,7% diantaranya ditemukan pada daun 7–11. Penyebaran kelompok telur pada bagian lahan terjadi secara berkelompok. Jumlah kelompok telur tertinggi berturut-turut dari bagian lahan pinggir dalam, bagian tengah lahan, dan bagian lahan pinggir luar masing-masing 37,4; 32,8; dan 29,8%.
- ItemProduktivitas Beberapa Galur Padi Sawah Tahan Penyakit Blas Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Subiadi; Sipi, Surianto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBalai Besar Biogen melepas galur padi tahan penyakit blas yang merupakan hasil persilangan varietas Situ Patenggang dengan beberapa varietas Monogenik blas yang memiliki gen-gen ketahanan penyakit blas yang diberi nama Galur Padi Biosa. Galur ini diharapkan dapat menjawab permasalahan penyakit blas yang dihadapi oleh petani padi baik pada ekosistem kering (padi gogo) maupun pada ekosistem sawah irigasi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk melihat produktivitas varietas Biosa pada ekosistem sawah irigasi di Kabupaten Manokwari. Penelitian dilaksanakan dengan metode demo plot di Distrik Prafi Kabupaten Manokwari. Galur/varietas yang digunakan sebanyak 6 varietas/galur yaitu Galur Biosa 4, Biosa 5, Biosa 6, Biosa 7 dari Balai Besar Biogen, Inpari 22, dan 1 varietas eksisting (Cigeulis). Galur dan varietas tersebut ditanam dilahan petani seluas 0,5 hektar dengan rancangan acak kelompok yang diulang sebanyak 3 kali. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Galur harapan Biosa 4 dan Biosa 5 memiliki produktivitas masing-masing 6,4 ton/ha dan 6,2 ton/ha dan lebih tinggi dari varietas Cigeulis (6,1 ton/ha) yang merupakan varietas eksisting Kabupaten Manokwari dan lebih tinggi dari rata-rata produksi Kabupaten Manokwari yang hanya 4,2 ton/ha.
- ItemPRODUKTIVITAS BEBERAPA GALUR PADI SAWAH TAHAN PENYAKIT BLAS PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Subiadi; Sipi, Surianto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBalai Besar Biogen melepas galur padi tahan penyakit blas yang merupakan hasil persilangan varietas Situ Patenggang dengan beberapa varietas Monogenik blas yang memiliki gen-gen ketahanan penyakit blas yang diberi nama Galur Padi Biosa. Galur ini diharapkan dapat menjawab permasalahan penyakit blas yang dihadapi oleh petani padi baik pada ekosistem kering (padi gogo) maupun pada ekosistem sawah irigasi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk melihat produktivitas varietas Biosa pada ekosistem sawah irigasi di Kabupaten Manokwari. Penelitian dilaksanakan dengan metode demo plot di Distrik Prafi Kabupaten Manokwari. Galur/varietas yang digunakan sebanyak 6 varietas/galur yaitu Galur Biosa 4, Biosa 5, Biosa 6, Biosa 7 dari Balai Besar Biogen, Inpari 22, dan 1 varietas eksisting (Cigeulis). Galur dan varietas tersebut ditanam dilahan petani seluas 0,5 hektar dengan rancangan acak kelompok yang diulang sebanyak 3 kali. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Galur harapan Biosa 4 dan Biosa 5 memiliki produktivitas masing-masing 6,4 ton/ha dan 6,2 ton/ha dan lebih tinggi dari varietas Cigeulis (6,1 ton/ha) yang merupakan varietas eksisting Kabupaten Manokwari dan lebih tinggi dari rata-rata produksi Kabupaten Manokwari yang hanya 4,2 ton/ha.
- ItemTingkat Serangan Penyakit Blas Daun dan Penyakit Blas Leher Pada Padi Sawah Varietas Cigeulis(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Subiadi; Sipi, Surianto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratVarietas Cigeulis merupakan varietas eksisting padi sawah di Kabupaten Manokwari yang selalu terserang penyakit blas pada setiap musim tanam. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk melihat tingkat serangan penyakit blas dan pengaruhnya terhadap karakter malai dan gabah pada varietas tersebut. Varietas Cigeulis ditanam dengan sistem tanam pindah (umur bibit 21 hari). Penanaman dengan pola tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam 22 x 11 x 44 cm. Pemupukan dengan Urea 150 kg/ha dan NPK Phonska 400 kg/ha, diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada umur tanaman 2 MST sebanyak 50% dan umur tanaman 6 MST sebanyak 50%. Untuk melihat pengaruh penyakit blas terhadap varietas Cigeulis dilakukan pengamatan terhadap insiden dan skala penyakit blas daun, insiden dan keparahan penyakit blas leher, dan karakter malai dari malai sehat dan malai yang terserang penyakit blas leher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penyakit blas daun pada varietas Cigeulis menyerang pada fase anakan sampai dengan fase bunting dengan insiden 93,75% dengan rata-rata skala 3-4. Sedangkan penyakit blas leher mulai menyerang pada fase masak susu sampai dengan fase pematangan biji dengan insiden anakan produktif terserang 11,99% dengan tingkat keparahan penyakit blas leher 64,74% dan rata-rata penurunan bobot 1000 biji akibat penyakit blas leher sebesar 7,35%.
- ItemTINGKAT SERANGAN PENYAKIT BLAS DAUN DAN PENYAKIT BLAS LEHER PADA PADI SAWAH VARIETAS CIGEULIS(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Subiadi; Sipi, Surianto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratVarietas Cigeulis merupakan varietas eksisting padi sawah di Kabupaten Manokwari yang selalu terserang penyakit blas pada setiap musim tanam. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk melihat tingkat serangan penyakit blas dan pengaruhnya terhadap karakter malai dan gabah pada varietas tersebut. Varietas Cigeulis ditanam dengan sistem tanam pindah (umur bibit 21 hari). Penanaman dengan pola tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam 22 x 11 x 44 cm. Pemupukan dengan Urea 150 kg/ha dan NPK Phonska 400 kg/ha, diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada umur tanaman 2 MST sebanyak 50% dan umur tanaman 6 MST sebanyak 50%. Untuk melihat pengaruh penyakit blas terhadap varietas Cigeulis dilakukan pengamatan terhadap insiden dan skala penyakit blas daun, insiden dan keparahan penyakit blas leher, dan karakter malai dari malai sehat dan malai yang terserang penyakit blas leher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penyakit blas daun pada varietas Cigeulis menyerang pada fase anakan sampai dengan fase bunting dengan insiden 93,75% dengan rata-rata skala 3-4. Sedangkan penyakit blas leher mulai menyerang pada fase masak susu sampai dengan fase pematangan biji dengan insiden anakan produktif terserang 11,99% dengan tingkat keparahan penyakit blas leher 64,74% dan rata-rata penurunan bobot 1000 biji akibat penyakit blas leher sebesar 7,35%.
- ItemUJI EFEKTIVITAS BAHAN AKTIF FUNGISIDA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BERCAK COKELAT PADA TANAMAN PADI(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sipi, Surianto; Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenyakit bercak cokelat disebabkan oleh cendawan Bipolaris oryzae Breda de Hann (Sinonim: Helminthosporium oryzae Breda de Hann, anamorph (Cochliobolus miyabeanus Drechsler). B. oryzae menyerang pada semua fase tanaman padi, mulai dari persemaian sampai pada masa pematangan bulir dan merusak malai. Kerusakan akibat penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil dari 6-90 % di Asia. Saat ini penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit bercak cokelat masih menjadi salah satu teknik pengendalian yang paling efektif. Terdapat banyak bahan aktif fungisida yang beredar dipasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa jenis bahan aktif fungisida yang paling dominan digunakan oleh petani pada dilokasi sekitar tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan berbeda nyata dengan petak kontrol pada pengamatan 4 MST. Sedangkan pada pengamatan 6 dan 8 MST berbeda nyata pada bahan aktif Benomil (6 MST = 43.5 %, 8 MST = 57,8 %) dan Difenoconazol (6 MST = 65,6 %, 8 MST = 62 %). Tidak berbeda nyata pada bahan aktif Tebuconazol (6 MST = 68,9 %, 8 MST = 69,3 %) dan Metil Tiofanat (6 MST = 69,3 %, 8 MST = 73,3 %). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahan aktif fungisida yang dapat menekan perkembangan penyakit bercak cokelat dari yang terbaik secara berturut-turut adalah Benomil, Difenoconazol, Metil Tiofanat dan Tebuconazol. Akan tetapi keempat bahan tersebut belum mampu menekan perkembangan secara efektif. Penyebabnya diduga akibat tingginya virulensi patogen dan kondisi lingkungan abiotik yang mendukung perkembangan penyakit.