Browsing by Author "Suardi"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemBeberapa Kemungkinan Penyebab Rusaknya Material Rabies Yang Diterima di BPPH Wilayah VII(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 1992-05) Suardi; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemInvestigasi Kasus Antraks di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Yarisetouw, Nicolas; Djatmikowati, Titis Furi; Suardi; Firdaus, Taman; Hartono; Direktorat Kesehatan HewanInvestigasi dilakukan karena adanya laporan kematian delapan ekor sapi tanpa gejala klinis (ambruk) di Dusun Madumpa, Desa Lalabata Riaja, Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng dari bulan November 2019 hingga Januari 2020. Investigasi dilakukan oleh tim BBVet Maros untuk mengidentifikasi penyebab kematian sapi di Kabupaten Soppeng dengan definisi kasus peternakan yang memiliki sapi dengan tanda klinis ambruk dan atau mati mendadak dan atau hasil uji isolasi dan identifikasi Bacillus anthracis positif dari spesimen yang diambil di sekitar peternakan atau spesimen dari sapi. Pengambilan spesimen dilakukan pada dua peternakan. Data manajemen dan lingkungan diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan wawancara. Analisis data secara deskriptif berdasarkan waktu, tempat dan hewan. Angka mortalitas kematian sapi di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng sebesar 16% (8/50) dengan proporsi peternakan 37,8% (3/8). Hasil pengujian laboratorium dari dua peternakan teridentifikasi positif B. anthracis. Kemungkinan faktor risiko adanya mobilitas pedagang sapi yang menadah sapi-sapi sakit di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri bulan November 2019-Januari 2020 serta adanya banjir besar yang melanda di lokasi peternakan. Kematian beberapa ekor sapi di Dusun Madumpa Desa Lalabata Riaja Kecamatan Donri Donri Kabupaten Soppeng November 2019 – Januari 2020 disebabkan oleh Bacillus anthracis. Tindakan pengendalian yang direkomendasikan adalah pengobatan antibiotik, vaksinasi antraks pada daerah wabah sebesar 100%, sosialisasi tentang bahaya penyakit antraks kepada masyarakat peternak, penerapan, sosialisasi dan edukasi pelaksanaan biosecurity yang baik terkait penanganan bangkai dan pelarangan pemotongan dan menkonsumsi daging hewan sakit karena antraks.
- ItemInvestigasi Kasus Kematian Rusa di Kabupaten Jeneponto dan Identifikasi Faktor Resiko yang Mempengaruhinya(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Zakariya, Faizal; Supri; Hendrawati, Ferra; Suardi; Liany; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosLaporan investigasi kasus kematian rusa di Kabupaten Jeneponto, diawali dari permohonan investigasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan, yang menjelaskan bahwa telah terjadi kematian satu ekor rusa jantan milik H. M. Yusuf Gau pada tanggal 19 Agustus 2014, dengan gejala klinis keluarnya darah dari lubang hidung dan anus. Tujuan investigasi BBV Maros dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab kausatif dan faktor resiko yang mempengaruhinya serta memberikan saran dalam pengendalian dan pencegahannya. Berdasarkan pengamatan lapang, rusa dipelihara secara ekstensif mixing spesies dengan anoa, domba dan kambing pada padang savana seluas 4 hektar persegi dengan pagar tembok setinggi 2,5 m2, dengan populasi awal rusa sebesar 70 ekor. Kematian rusa terjadi sejak 1 hingga 20 agustus 2014, dengan tingkat kematian rata rata per hari 2%, dan kematian kumulatif sebesar 9%. Pemberian pakan hanya berupa daun jagung dan air minum berupa air kolam tanpa perlakuan. Pengamatan lapang menunjukkan rata rata rusa tampak kurus, bulu kusam dan berdiri. Pengambilan sampel dilakukan pada rusa dengan gejala klinis diare profus berdarah dan hidung berdarah, berupa swab nasal, swab anus, ulas darah, feses dan serum. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian multivitamin dan antibiotika tetracycline secara intra muskuler. Diagnosa kausatif menunjukkan bahwa penyebab kematian rusa adalah infestasi parasit darah Babesia sp dan Theileria sp. Tindakan pengendalian dan pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengobatan intra musculer dengan tetracycline, dan multivitamin pada hewan yang di duga terserang, melakukan perbaikan sistem nutrisi dan teknik pemeliharaan satwa liar terutama menghindari sistem pemeliharaan ekstensif mixing species serta monitoring kesehatan safwa secara berkala.
- ItemInvestigasi Kasus Penyakit Anthraks di Kecamatan Mangara Bombang, Kabupaten Takalar(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Yudianingtyas, Dini Wahyu; Siswani; Suardi; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosInvestigasi terhadap kasus kematian sejumlah ternak sapi di kecamatan Mangara Bombang kabupaten takalar telah dilaksanakan pada bulan Juni 2012. lnvestigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan dan penelusuran kasus serta melakukan pengambilan spesimen. Hasil perneriksaan laboratorium menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah dikarenakan agen Bacillus anthracis. Investigasi lanjutan, sosialisasi dan sejumlah tindakan telah dilaksanakan datam rangka pengendalian dan penanggulangan wabah anthraks di kecamatan Mangara Bombang kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan
- ItemLaporan Kasus Infestasi Haemoproteus Sp. Pada Beberapa Jenis Burung(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 1992-01) Sumiaty; Suardi; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemPembuatan Antibodi Poliklona! Rabies setragai Antisera Alternatif untuk Pengujinn Imunohistokimia Rabies(Balai Besar Veteriner Maros, 2013) Wahyuni; Pitriani; Suardi; sukri; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan pengujian terbatas untuk pembuatan poliklonal antisera rabies di laboratorium patologi BBVET Maros. Pembuatan ini memakan waktu selama 6 bulan rnulai Pebruari sarnpai Juli 2010. i. Bahan yang dipakai adalah vaksin merk rabisin dan verorab. Hewan percobaan yang digunakan adalah 5 ekor kelinci terdiri dari 1 ekor sebagai kontrol normal, 2 ekor dengan vaksin Rabisin dan 2 ekor dengan vaksin Verorab. Hasii antisera yang didapat seteiah diuji dengan Imuunohistokimia didapatkan titer yang terbaik adalah 1:100 baik antisera dari vaksin rabisin maupun dari verorab.
- ItemPembuatan Policlonal Rabies sebagai Bahan Antisera Alternatif pada Pengujian Imunohistochemistry Ra(Balai Besar Veteriner Maros, 2016) Wahyuni; Pitriani; Suardi; RamlanTelah dilakukan pengujian terbatas untuk pembuatan Policlonal Antisera Rabies pada Laboratorium Patologi BBVET Maros. Pembuatan ini memakan waktu selama 6 bulan mulai Pebruari sampai Juli 2010. Bahan yang dipakai adalah vaksin Rabisin dan vaksin Verorab. Hewan percobaan yang digunakan adalah 5 ekor kelinci, terdiri dari 1 ekor sebagai kontrol normal, 2 ekor dengan vaksin Rabisin dan 2 ekor dengan vaksin Verorab. Hasil antisera yang didapat setelah diuji dengan Imunohistochemistry didapatkan titer yang terbaik adalah 1:100 baik antisera dari vaksin Rabisin maupun dari Verorab.
- ItemPENGEMBANGAN METODE RAPID IMMUNOHISTOCHEMISTRY TEST (RIT) UNTUK DIAGNOSA RABIES PADA BALAI BESAR VETERINER MAROS.(Balai Besar Veteriner Maros, 2011) Wahyuni; Kumorowati, Enggar; Suardi; RamlanPenggunaan pengujian Rapid Immunohistochemistry Test (RIT) untuk diagnosis penyakit rabies digunakan sebagai pengembangan metode uji pada Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Maros tahun 2011. Dilakukan pengujian terhadap sampel otak Balai Besar Veteriner Maros pada bulan September 2011 sebanyak empat sampel otak dalam pengawet gliserin dan sediaan segar. Hasil pengujian Rapid lmmunohistochhemistry Test (RIT) tersebut dibandingkan dengan hasil uji Seller's dan FAT. Hasil yang didapat bahwa metode Rapid Immunohistochemistry Test (RIT) memiliki 10004 sensitif dan 100% spesifik.