Browsing by Author "Sodirun"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemHasil Sero Surveilans dalam Rangka Pembebasan Brucellosis di Propinsi Banten Tahun 2012 – 2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Yuliyanti; Panus, A.; Rahmawan, A.; Sodirun; Selviyanti; Maryamah, E.Seperti kita ketahui bahwa penyakit Brucellosis merupakan penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai baik pada ternak maupun manusia, karena penyakit ini dapat menyebabkan keguguran di usia kebuntingan 5-7 bulan. Sehingga pada ternak penyakit ini dapat mengakibatkan kerugian ekonomis yang cukup besar bagi peternak. Selain itu penyakit Brucellosis termasuk ke dalam 22 jenis Penyakit hewan menular strategis yang ada di Indonesia sesuai dengan Keputusan menteri Pertanian No 4026/Kpts./OT.140/3/2013 tentang PHMS di Indonesia. Propinsi Banten sebagai salah satu Propinsi di Pulau Jawa dengan jumlah populasi ternak yang cukup tinggi untuk sapidan kerbau sehingga mempunyai potensi besar dalam perdagangan/ekspor ternak. Syarat suatu wilayah dapat ekspor ternak antar Negara adalah bebas terhadap penyakit salah satunya adalah Brucellosis. Oleh karena itu Balai Veteriner Subang dalam rangka mendukung Propinsi Banten dalam penyelenggaraan perdagangan dan dalam rangka pengendalian penyakit zoonosis melakukan Survei pembebasan Brucellosis di Propinsi Banten. Tujuan dari surveilans ini adalah untuk mengetahui tingkat prevalensi penyakit Brucellosis di Propinsi Banten selama 5 tahun (2012-2017). Metode surveilans yang dilakukan adalah metode surveilans bertahap selama 5 tahun, tahun 2012 dilakukan dengan survei prevalensi (n=4PQ/L2), tahun 2013 – 2017 adalah survei deteksi penyakit. Metode pengujian yang digunakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 828/ Kpts/OT.210/10/98 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Hewan Keluron Menular (Brucellosis) pada ternak adalah pengujian dengan metode RBT, MRT dan CFT serta metode lain yang dapat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan (Ditjennak 1998). Dari hasil surveilans tahun 2012 - 2017dapat diketahui bahwa prevalensi Brucellosis di Propinsi banten tahun 2012 sebesar 0 % dari jumlah sampel yang diambil sebanyak 5290, hasil surveilans tahun 2013-2014diperoleh prevalensi Brucellosis sebesar 0 % dari jumlah sampel yang diambil sebanyak 1.046, dan hasil surveilanstahun 2015-2016 diperoleh prevalensi sebesar 0,011 %, sedangkan hasil surveilans tahun 2017 diperoleh prevalensi sebesar 0,011 %. Dari hasil surveilans yang dilakukan oleh Balai Veteriner Subang selama 5 tahun tingkat prevalensi Brucellosis di propinsi banten di bawah 0,2 %, maka dari itu Propinsi Banten dapat diusulkan untuk Pembebasan Brucellosis di tahun 2018.
- ItemPenyidikan Penyakit Eksotik dalam Rangka Pembebasan Wilayah Terhadap Penyakit Mulut dan Kuku dan Bovine Spongioform Encephalophaty di Wilayah Kerja BPPV Regional II Bukittinggi Tahun 2009(BPPV Regional II Bukittinggi, 2009) Helmi; Sodirun; Wilyani, Sri; Herman; Sybli, MuhammadDalam rangka perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik, BPPV Regional II Bukittinggi telah melakukan Penyidikan PMK dan BSE di Wilayah Kerja selama tahun 2009. Pemeriksaan Sampel serum sapi terhadap PMK yang diperiksa sebanyak 121 sampel dengan Metode pemeriksaan yang digunakan adalah ELISA, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa semua sampel (100%) negatif antibodi PMK. Dari hasil pemeriksaan terhadap 29 sampel otak sapi dengan Metode Histopathology dengan pewarnaan umum Haematoxylin Eosin (HE) diperoleh hasil 100% negatif BSE.
- ItemPewarnaan Immunoperoxidase (IPX) pada Biakan Sel Madin-Darby Bovine Kidney (MDBK) sebagai Salah Satu Upaya untuk Mendapatkan Isolat Lokal Virus Bovine Viral Diarrhea (BVD)(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Edi, Suryo Purnomo; Lukman; Ibrahim, Afif; Mahawan, Trian; SodirunBovine Viral Diarrhea (BVD) adalah salah satu penyakit viral yang dapat menurunkan reproduksi dan produktifitas pada sapi. Berdasarka pengujian secara laboratoris, penyakit BVD telah menjangkiti sapi-sapi di wilayah kerja Balai Veteriner Subang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat lokal asal Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 9 serum sapi yang pada pengujian sebelumnya menggunakan Antigen Capture ELISA (ACE) dinyatakan positif antigen virus BVD, digunakan sebagai sampel pada penelitian ini. Sampel berasal dari Provinsi Jawa Barat yang diambil pada tahun 2016 dan 2017. Sampel diinokulasikan ke biakan sel Madin-Darby Bovine Kidney (MDBK). Pewarnaan Immunoperoxidase (IPX) digunakan untuk menentukan adanya infeksi virus BVDV pada biakan sel MDBK. Sebagai uji konfirmasi digunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Dari 9 sampel yang diuji didapatkan 2 sampel positif BVD dan juga menjadi isolat lokal virus BVD. Penerapan metode isolasi virus BVD di Balai Veteriner sangatlah penting mengingat metode tersebut menurut OIE merupakan gold standard pengujian diagnostik terhadap BVD. Isolat lokal virus BVD tersebut selanjutnya perlu dikarakterisasi lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai bahan biologis untuk lebih memahami virus BVD yang bersirkulasi di Indonesia.
- ItemSeroprevalensi dan Faktor Risiko Influenza A pada Peternakan Babi di Provinsi Jawa Barat dan Banten, 2016-2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Nurhayati; Mahawan, Trian; Panus, Afrizal; Zaenal, Farida Camallia; SodirunInfeksi virus influenza pada babi telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak babi dan juga berpotensi mengancam kesehatan manusia karena bersifat zoonosis. Salah satu buktinya adalah dengan teridentifi kasinya material genetik babi yang telah beradaptasi terhadap virus infl uenza sebagai stain novel H1N1 di tahun 2009. Penelitian ini dilakukan untuk identifi kasi seropositive dan faktor risiko pada peternakan babi, Rumah potong dan pengumpul selama tahun 2016-2017 di Provinsi Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Pengumpulan data dilakukan melalui interview peternak dengan menggunakan quesionare yang sebelumnya telah standarisasi. Sebanyak 903 sampel serum dari peternak, rumah potong dan pengumpul babi, selanjutnya dilakukan pengujian. Sebaran kasus dianalisis menggunakan QIS, regresi linier Univariat dan multivariate menggunakan R software dilakukan dalam upaya menganalisis faktor risiko. Seroprevalen infl uenza A pada rumah potong babi 35.29% (95%Cl:21.4852.08), Peternakan Babi 30.85% (95%CI:24.48-38.05) dan Pengumpul babi 18.18% (95%Cl:5.13-47.69). Univariate regresi linier diperoleh 12 faktor yang berasosiasi (pvalue=0.1) terhadap virus infl uenza A pada babi. Namun demikian melalui uji akhir multivariable diperoleh hanya 4 faktor yang signifi kan. Keberadaan ternak/hewan lain dipeternakan meningkatkan seropositive di peternakan (OR = 2.53; 95% confi den interval (95%) Cl = 1.16,5.5, p-value= 0.017). Durasi ternak berada di peternakan kurang dari 2 tahun memiliki OR = 9.38 (95% Cl = 2.62,33.52, p-value < 0.001) jika dibandingkan dengan waktu lainnya. Tata letak peternakan dengan tempat tinggal kurang dari 5 km meningkatkan risiko terhadap infl uenza babi (OR=11.52; 95% Cl = 2.88,46.06, p-value < 0.001), dan peternakan yang memperoleh ternaknya hanya dari pengumpul memiliki resiko terhadap infl uenza babi (OR=10.64; 95% Cl=3.7,30.62, p-value < 0.001). Selama 2016-2017 telah terdeteksi seroprevalence influenza A pada rumah potong babi, peternakan babi dan pengumpul babi. Faktor internal seperti managemen peternakan dan faktor ekterbal seperti lokasi peternakan yg dekat dengan pemukiman menjadi salah satu faktor risiko terhadap influenza A di peternakan Babi