Browsing by Author "Siwi Sumartini"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemKANESIA 8 DAN KANESIA 9: VARIETAS UNGGUL BARU MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS NASIONAL(Balittas, 2006) Sulistyowati, Emy; Siwi Sumartini; Hasnam; Hadi Sudarmo; BalittasProgram perbaikan varietas kapas telah menghasilkan dua varietas unggul baru, yaitu Kanesia 8 dan Kanesia 9 yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 2003. Kanesia 8 merupakan hasil persilangan Deltapine Acala 90 x LRA 5166 memiliki keunggulan produktivitas 1,85—2,73 ton kapas berbiji/ha dan persen serat 33,3–38,7% (rata-rata 35,3%). Mutu serat Kanesia 8 cukup tinggi dan disukai oleh industri tekstil, yaitu panjang serat 30,3 mm, kekuatan serat 24,7 g/tex, kehalusan serat 3,9 mikroner dengan kerataan serat 84%. Sedangkan Kanesia 9 merupakan hasil persilangan dari DPL Acala 90 x SRT 1 memiliki tingkat produktivitas 1,91—2,73 ton kapas berbiji/ha dengan persen serat 32,5–39,5% (rata-rata 35,2%). Mutu serat Kanesia 9 adalah panjang serat 29,2 mm, kekuatan serat 22,6 g/tex, kehalusan serat 4,7 mikroner dengan kerataan serat 83%
- ItemMODEL SISTEM PERBENIHAN KAPAS: SEBUAH PEMIKIRAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS DI INDONESIA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SULISTYOWATI, Emy; Siwi Sumartini; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratProgram intensifikasi kapas rakyat (IKR) yang dimulai sejak tahun 1978/1979 saat ini arealnya hanya berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. IKR bertujuan untuk meningkatkan produksi serat kapas dan pendapatan petani, membuka dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan terhadap serat kapas impor. Luas areal pengembangan kapas setiap tahun semakin menurun; demikian juga produktivitas di tingkat petani rendah yaitu 0,48—0,52 ton/ha. Salah satu penyebabnya adalah kurang tersedianya benih bermutu bagi petani. Pasar benih kapas belum berkembang sehingga belum ada industri benih profesional yang bergerak di bidang perbenihan kapas. Penyediaan benih sebar kapas (BS) untuk petani di beberapa lokasi pengembangan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat dilakukan oleh pengelola kapas yang bekerja sama dengan petani penangkar benih, yang proses sertifikasinya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BP2MB). Adapun benih sumber berupa benih pokok (BP) atau benih dasar (BD) dan teknologi prosesing benih kapas berasal dari Balittas. Dari hasil studi kesesuaian lahan, potensi areal yang sesuai untuk pengembangan kapas seluas 269.000 ha, sehingga diperlukan benih sebar delinted sebanyak 1.614 ton (pemakaian 6 kg benih/ha). Untuk mencukupi kebutuhan benih tersebut, diperlukan areal perbenihan seluas 2.700–4.000 ha (produktivitas lahan 1–1,5 ton/ha). Pengelola yang selama ini bermitra dengan petani dalam pengembangan kapas memiliki potensi yang cukup besar sebagai produsen benih sebar bermutu untuk mencukupi kebutuhan petani binaannya. Oleh karena itu fasilitasi unit-unit pascapanen dan prosesing benih dapat merangsang tumbuhnya industri benih kapas yang sederhana tetapi efisien. Pengembangan sistem perbenihan kapas dengan model yang kompetitif akan merangsang terbentuknya industri benih kapas yang profesional dalam mendukung pengembangan kapas nasional.