Browsing by Author "Siwalete, J D"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian Masalah Pangan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Agustyn, G; Amanupunyo, H R D; Lemaheriwa, S; Timisela, N R; Thenu, S F W; Jambormias, E; Hitijahubessy, D; Siwalete, J D; Puttinela, J; Hitijahubessy, F; Nendissa, S; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPemenuhan kebutuhan pangan baik dari segi jumlah, mutu, gizi dan keamanannya berkaitan erat dengan kualitas sumberdaya manusia. Jika kebutuhan pangan tersebut tidak terpenuhi dalam memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan maka masyarakat diperhadapkan dengan masalah rawan pangan. Tingkat konsumsi zat gizi khususnya untuk energi dan protein masyarakat di lokasi pengkajian rata-rata dibawah 100 persen; tingkat konsumsi energi 84 persen dan tingkat konsumsi protein 87,7 persen. Untuk wilayah tertentu seperti Kec. Wuarlabobar, Babar Timur dan Pp. Babar terlihat bahwa tingkat konsumsi energi masih cukup rendah, padahal pada daerah-daerah ini banyak tersedia pangan lokal sumber energi seperti umbi-umbian dan jagung. Tingkat konsumsi energi yang rendah berdampak pada rendahnya kemampuan/produktifitas kerja petani dan kesehatan anak yang kurang baik.
- ItemProspek Pertanian Organik Dalam Konteks Pembangunan Pertanian Kepulauan: Studi Kasus Petani di desa Nania dan Desa Passo Kota Ambon(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Girsang, Wardis; Siwalete, J D; Leatemia, E D; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDampak negatif teknologi kimiawi dalam jangka panjang yaitu kesuburan tanah pertanian makin buruk, ketergantungan produksi pertanian terhadap pupuk kimia dan pestisida makin tinggi, biaya produksi juga akan makin meningkat, dan harga jual juga makin tinggi. Produk yang dipasarkan dengan harga mahal tersebut cukup berbahaya bagi kesehatan manusia karena kaya dengan bahan kimia. Singkatnya, untuk mempertahankan keberlanjutan produksi, pertanian non-organik juga akan mempunyai biaya mahal. Tujuan makalah ini adalah mendiskusikan praktek pertanian yang dilakukan oleh petani sayuran pada saat ini dan kemungkinan prospek pengembangannya ke arah pertanian organik di pulau kecil, khususnya pulau Ambon. Metode studi yang digunakan adalah studi kasus, dilakukan terhadap 2 kelompok petani sayuran. Satu kelompok mempunyai anggota antara 5-8 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan in-depth interview dan observasi langsung berpartisipasi terhadap kelompok tani dan anggotanya, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan penelitian dan referensi penelitian yang relevan dengan studi ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa petani sayuran yang ada di desa Nania dan kemungkinan disebagian besar desa lain penghasil sayuran di pulau Ambon mempunyai persepsi bahwa pupuk kimia dan pestisida merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usahatani sayuran (demi keamanan panen) sehingga diperkirakan akan merusak kelestarian tanah, air dan laut di pulau-pulau kecil, khususnya pulau Ambon. Biaya pupuk kimia dan pestisida kurang dari 10% total biaya operasional, tetapi intensitas penggunaannya yang cukup tinggi, khususnya jenis pestisida yang mempunyai daya tahan lama (lebih dari 14 hari), sehingga mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan konsumen sayuran. Pada luasan lahan dan tingkat harga jual yang sama, usahatani sayuran organik ternyata lebih menguntungkan dibanding usahatani an-organik. Keuntungan lain adalah konsumen cenderung membeli sayuran organik dibanding sayuran anorganik. Hal ini memberikan indikasi bahwa sayuran organik mempunyai prospek menjajikan di masa datang untuk dikembangkan.