Browsing by Author "Sirappa, Marthen P"
Now showing 1 - 20 of 27
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai Setelah Padi Sawah di Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi introduksi usahatani kedelai setelah padi sawah, yang telah dilakukan pada petani kedelai lahan sawah irigasi di Desa Waekasar, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada Tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar (Rp 2.557.000) dibandingkan dengan usahatani petani non-kooperator (1.165.000), dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,40 (petani kooperator), 1,33 (petani non-kooperator). Hasil analisis marginal B/C sebesar 1,36 menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara finansial layak dilakukan karena setiap Rp 100 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan tambahan penerimaan sebesar Rp 136. Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yaitu 556,60 kg/ha atau produktivitas minimal yang harus dicapai 1.486,60 kg/ha. Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg/ha pada petani kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg.
- ItemEfektivitas Metode Temu Lapang Dalam Percepatan Adopsi Varietas Unggul Baru (Vub) Padi Mendukung Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Heryanto, Religius; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSalah satu strategi untuk mempercepat transfer teknologi pertanian kepada pengguna adalah melalui penyuluhan. Penyuluhan berperan dalam meningkatkan pengetahuan sasaran serta berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi, penerangan atau memberikan penjelasan, perubahan perilaku dan pendidikan. Penyuluhan atau penyebarluasan inovasi/teknologi hasil-hasil penelitian dan kajian (litkaji) kepada masyarakat atau pengguna tentunya harus didukung oleh pemilihan metode penyuluhan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik sasaran. Pengkajian mengenai respon penyuluh dan petani terhadap kegiatan temu lapang Varietas Unggul Baru (VUB) padi telah dilaksanakan di Desa Tumpiling Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. Kajian ini bertujuan untuk mengukur respon penyuluh dan petani terhadap kegiatan Temu Lapang dalam percepatan adopsi Varietas Unggul Baru (VUB) padi mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Polewali Mandar. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 menggunakan responden sebanyak 19 orang penyuluh dan 23 petani. Metode koleksi data adalah komunikasi langsung dengan menggunakan kuesioner. Data terdiri dari data primer, meliputi karakteristik responden, tingkat pengetahuan responden, dan respon responden terhadap metode penyuluhan yang digunakan. Hasil kajian menunjukkan bahwa respon penyuluh dan petani terhadap kegiatan penyuluhan dengan metode temu lapang masuk dalam kriteria baik dengan skor masing-masing 2,75 dan 2,77 hal ini menunjukkan bahwa metode temu lapang terhadap pentingnya penggunaan VUB padi sudah sesuai, efektif dan bermanfaat bagi penyuluh dan petani.
- ItemKajian Analisis Usahatani Jagung Di Tobadak Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Muhtar; Sirappa, Marthen P; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pendapatan serta kelayakan usahatani jagung di desa Tobadak, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah. Data utama yang dijadikan sumber bahasan dalam kajian adalah data petani jagung yang ada di desa Tobadak Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah berjumlah 30 orang yang terpilih sebagai responden dengan teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor BPS Provinsi Sulawesi Barat serta instansi yang erat kaitannya dengan kajian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis secara analisis pendapatan serta Return Cost Ratio. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata produksi jagung di desa Tobadak, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah sebesar 3.830 kg/ha biji kering, dengan harga Rp. 2.600/kg, penerimaan usahatani sebesar Rp. 9.958.000/ha, dengan rata-rata total biaya produksi Rp. 4.357.000/ha. Sehingga diperoleh rata-rata pendapatan usahatani jagung Rp. 5.601.000/ha. Dengan demikian usahatani jagung di desa Tobadak, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah menguntungkan serta layak untuk diusahakan dengan R/C rasio sebesar 2,29.
- ItemKajian Penerapan Teknologi Inovatif PTT pada Padi Sawah Dalam Meningkatkan Produksi Mendukung Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sirappa, Marthen P; Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penerapan teknologi PTT padi sawah pada beberapa varietas unggul telah dilaksanakan di desa Samal, kecamatan Seram Utara, kabupaten Maluku Tengah. Tujuan dari kajian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi PTT padi sawah terhadap hasil dan pendapatan petani. Pengkajian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2006 pada areal seluas 2 ha. Perlakuan yang dikaji adalah penerapan teknologi model PTT terutama penggunaan varietas unggul dan pemupukan yang berimbang. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi PTT memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan yang lebih besar dibanding teknologi yang biasa dilakukan petani setempat. Hasil rata-rata dari keempat varietas pada penerapan model PTT sekitar 7,15 t/ha dengan penerimaan dan keuntungan masing-masing sebesar Rp 10.725,000 dan Rp 5.609.750/ha, sedangkan teknologi petani hanya memberikan hasil rata-rata 5,30 t/ha dengan penerimaan dan keuntungan sebesar Rp 7.950.000 dan 3.574.900/ha. Penerapan teknologi PTT secara finansial layak karena memberikan nilai Gross B/C rasio > 1.
- ItemKajian Penggunaan Agrisimba pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabelo di desa Savanajaya. Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penggunaan Agrisimba dilaksanaan pada lahan sawah irigasi di desa Savanajaya, kabupaten Buru pada MT 2004, berlangsung dari Juli sampai Nopember 2004. Pengkajian bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan Agrisimba terhadap hasil gabah dan pendapatan petani. Penggunaan Agrisimba dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi pupuk NPK. Luas lahan yang digunakan sekitar 5 ha dengan melibatkan 9 petani koperator dan sebagai pembanding adalah 6 petani non koperator. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan Agrisimba memberikan hasil gabah dan pendapatan petani yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Agrisimba. Rata-rata hasil gabah kering panen petani koperator yang menggunakan Agrisimba adalah 7,48 t sedangkan petani non koperator 5,30 t/ha. Pendapatan (keuntungan bersih) petani koperator juga lebih tinggi (Rp. 5.003.500/ha) dibandingkan dengan petani non koperator (Rp. 2.676.000/ha) dengan Gross B/C ratio berturut-turut sebesar 2,26 dan 1,73 dan MBCR 9,07
- ItemKajian Penggunaan Pestisida Biorasional Terhadap Serangan Hama Dan Penyakit Utama Serta Produktivitas Tomat Dan Cabai Di Desa Waihatu, Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Senewe, Rein Estefanus; Sirappa, Marthen P; Pesireron, Marietje; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuHama dan penyakit pada tanaman Cabai dan Tomat pada sentra produksi tanaman sayuran di Maluku merupakan factor pembatas dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman. Kajian Penggunaan Pestisida Biorasional terhadap Serangan Hama dan Penyakit Utama serta Produktivitas Tomat dan Cabai di Desa Waihatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, bertujuan untuk mendapatkan 1 (satu) paket teknologi pengendalian hama dan penyakit utama tomat dan cabai yang efektif dengan pestisida biorasional. Metode penelitian meliputi kegiatan di lapangan dengan menggunakan lahan petani sayuran di Desa Waehatu Kabupaten SBB. Varietas yang digunakan adalah Arthaloka untuk tomat dan Hero untuk cabai. Teknik budidaya lainnya, seperti pengolahan tanah, dosis pemupukan dan pemeliharaan tanaman dilakukan sesuai rekomendasi secara PTT. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok, terdiri atas 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga terdapat 18 unit perlakuan masing-masing untuk tomat dan cabai. Perlakuan yang dikaji adalah (A.) AG1 (perlakuan ekstrak kasar Alpinia galanga (lengkuas/laos) 1 bb), (B.) AN1 (perlakuan ekstrak kasar Andropogon nardus (serai wangi) 1 bb), (C.) AI1 (perlakuan ekstrak kasar Azadirachta indica (nimba) 1 bb), (D.) CM1 (perlakuan ekstrak kasar Cucurbita moschata (kalabasa) 1 bb), (E.) pestisida kimia Deltametrin 2,5 EC 0,2%, dan (F.) Kontrol (tidak diaplikasi biorasional ataupun pestisida kimia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan pestisida biorasional mulai terlihat pengaruhnya pada umur tanaman 52 hari. Intensitas kerusakan tanaman tomat terendah diperoleh pada perlakuan ekstrak kasar Nimba (8,17%), menyusul Serai Wangi (10,53%), Lengkuas (14,04%), dan terbesar adalah kontrol (35,65%), sedangkan pada cabai belum ada kerusakan. Pestisida biorasional yang mempunyai persentase kerusakan tanaman tomat lebih rendah dari pembanding pestisida kimiawi, Deltametrin (15,02%) adalah Nimba, Serai Wangi dan Lengkuas, sedangkan Kalabasa lebih tinggi dari (15,21%), sehingga ketiga pestisida biorasional tersebut berpotensi untuk dikembangkan. Efikasi aplikasi pestisida biorasional pada tanaman tomat dilihat dari intensitas serangan hama penyakitnya dibandingkan dengan kontrol menunjukkan nilai diatas 50%. AG1 (perlakuan ekstrak kasar Alpinia galanga (lengkuas/laos) 1 bb) dengan tingkat efikasi tertinggi yaitu 79,6%, CM1 (perlakuan ekstrak kasar Cucurbita moschata (kalabasa) 1 bb) 74,67%, AI1 (perlakuan ekstrak kasar Azadirachta indica (nimba) 1 bb) 67,62%, dan AN1 (perlakuan ekstrak kasar Andropogon nardus (serai wangi) 1 bb) 53,22%. Sedangkan pada tanaman cabai menunjukkan nilai efikasi tertinggi diatas 50% hanya pada AG1 (perlakuan ekstrak kasar Alpinia galanga (lengkuas/laos) 1 bb) dengan tingkat efikasi tertinggi yaitu 71,12% dan AN1 (perlakuan ekstrak kasar Andropogon nardus (serai wangi) 1 bb) 52,41%.
- ItemKajian Peningkatan Produktivitas Kacang Tunggak Melalui Pola Tumpangsari Dengan Jagung Pada Lahan Kering Di Haruru, Maluku Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Dahamaruddin, La; Sirappa, Marthen P; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian berujuan untuk mengetahui produktivitas kacang tunggak yang ditanam secara tumpangsari dengan jagung dengan basecrop yang berbeda pada lahan kering melalui perbaikan teknologi budidaya. Kajian dilakukan di kelurahan Haruru, kec. Amahai, Kab. Maluku Tengah tahun 2013 dengan perlakuan yang A = Tumpangsari kacang tunggak dan jagung dengan basecrop kacang tunggak (4 baris kacang tunggak dan 2 baris jagung), B = Tumpangsari kacang tunggak dan jagung dengan basecrop jagung (4 baris jagung dan 4 baris kacang tunggak), dan C = Monokultur kacang tunggak. Jarak tanam kacang tungak 40 cm x 20 cm (2 tanaman/lubang), dan jarak tanam jagung adalah 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang), untuk perlakuan A, B, dan C. Teknologi budidaya lainnya antara lain pemupukan berimbang, yaitu pupuk anor ganik berdasarkan hasil analisis tanah dengan mengunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dan pupuk organik 2 ton per ha. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali. Parameter yang diamati dalam kajian ini adalah komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak dan jagung. Hasil kajian menunjukkan bahwa pola tumpangsari kacang tunggak dan jagung dengan basecrop kacang tunggak (Perlakuan B) memberikan produktivitas yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.
- ItemKajian Perbaikan Sistem Tanam Jagung Terhadap Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Di Sulawesi Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sirappa, Marthen P; Andri, Kuntoro Boga; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian dilaksanakan di lahan kering bukaan baru di desa Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah pada bulan April sampai dengan Juli 2016. Tujuan kajian adalah mengetahui pengaruh sistem tanam jagung terhadap produktivitas jagung di lahan kering. Sistem tanam yang dikaji adalah T1: sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam (100 – 50) cm x 25 cm (1 tanaman/ rumpun), T2: sistem legowo 2:1 dengan jarak tanam (100 – 50) cm x 50 cm (2 tanaman/rumpun), T3: sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam (80 – 40) cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun), T4: sistem legowo 2:1 dengan jarak tanam (80 – 40) cm x 40 cm (2 tanaman/rumpun), T5: sistem tanam biasa 75 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun), dan T6: sistem tanam biasa 75 cm x 40 cm (2 tanaman/ rumpun). Varietas yang ditanam adalah Bima 20 URI dan dosis pupuk 200 kg urea dan 300 kg NPK Phonska/ha. Teknologi budidaya lainnya berdasarkan PTT Jagung. Hasil kajian menunjukkan bahwa perbaikan sistem tanam jagung rata-rata memberikan hasil lebih tinggi (6,82 t/ha) dibandingkan dengan rata-rata hasil jagung Sulawesi Barat (4,86 t/ha) atau meningkat sekitar 1,96 t/ha. Sistem tanam jagung yang memberikan hasil tertinggi (7,96 t/ha) adalah sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam (80 – 40) cm x 40 cm (2 tanaman/rumpun), dan tidak berbeda nyata dengan sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam 80 cm – 40 cm x 20 cm (1 tanaman/ rumpun) sebesar 7,80 t/ha, namun berbeda nyata dengan sistem tanam lainnya.
- ItemKajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi Sawah pada Lahan Irigasi di Seram Utara, Maluku Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sirappa, Marthen P; Waas, Edwen Donal; Tolla, Yacob; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian perbaikan teknologi budidaya padi sawah telah dilaksanakan di Seram Utara, kabupaten Maluku Tengah. Tujuan dari kajian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh perbaikan teknologi budidaya padi sawah terhadap hasil dan pendapatan petani. Pengkajian dilakukan di lahan petani yang berlangsung dari bulan Juni sampai September 2006 pada areal seluas 2 ha. Perlakuan yang dikaji adalah teknologi petani (pembanding), teknologi petani diperbaiki, dan teknologi introduksi dengan menerapkan model PTT. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi introduksi memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan atas biaya tunai yang lebih besar dibanding kedua teknologi lainnya, yaitu masing-masing sebesar 8,21 t GKP/ha, Rp 12.315.000/ha, dan Rp 6.730.625/ha (teknologi introduksi), 7,35 t GKP/ha, Rp. 11.025.000/ha, dan Rp. 5.977.875/ha (teknologi petani diperbaiki), dan 5,30 t GKP/ha, Rp. 7.950.000/ha, dan Rp. 3.189.000/ha (teknologi petani). Ketiga teknologi yang dikaji secara finansial layak karena memberikan nilai R/C rasio di atas 1, namun teknologi introduksi dan teknologi petani diperbaiki mempunyai R/C rasio atas biaya tunai > 2,0 sehingga lebih berpeluang. Penggantian beberapa komponen teknologi petani sangat perlu untuk meningkatkan hasil dan penerimaan serta keuntungan petani, yang ditunjukkan oleh nilai MBCR yang tinggi dari penerapan teknologi petani diperbaiki dan teknologi introduksi. Teknologi petani diperbaiki dapat diterapkan di lokasi kajian karena lebih efisien yang ditunjukkan oleh nilai MBCR, namun jika petani memiliki modal usahatani yang cukup, teknologi introduksi dapat diterapkan
- ItemKajian Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Usahatani Padi Sawah Irigasi(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Tolla, Yacob; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi sawah denganpendekatan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) telah dilakukan di desa Waekasar, kecamatan Waepo, kabupaten Buru pada tahun 2004. Komponen teknologi PTT yang diintroduksikan antara lain penggunaan pupuk organik, penggunaan bibit muda (1-3 batang/rumpun), pemupukan N dengan Bagan Warna Daun (BWD), pemupukan P dan K berdasarkan status hara, dan pengendalian hama secara terpadu. Dua percobaab superimpose dilakukan untuk mendukung kajia PTT, masing-masing untuk padi varietas unggul tipe baru (VUTB) Fatmawati dan Way Apo Buru. Perlakuan yang dikaji pada padi VUTB Fatmawati adalah penggunaan pupuk kandang, umur bibit dan takaran urea, sedangkan perlakukan untuk padi Way Apo Buru adalah umur bibit dan jumlah bibit/rumpun. Parameter yang diukur adalah hasi gabah serta data usahatani padi sawah. Hasil kajian menunjukkan bahwa pupuk kandang, umur bibit dan takaran urea atau umur bbit dan jumlah/rumpun berpengaruh nyata terhadap hasil padi Fatmawati dan Way Apo Buru. Rata-rata hasil gabah yang dperoleh petani koperator dengan teknologi PTT adalah8,2 t GKP dan 7,6 t GKP/ha berturut-turut untuk Fatmawati dan Way Apo Buru, sedangkan petani non kooperator (teknologi petani) sebesar 4,30 t GKP/ha. Pendapatan (keuntungan bersih) yang diperoleh petani koperator dengan teknologi PTT sebesar Rp. 9.020.000,-/ha untuk padi Fatmawati dan Rp. 3.826.500,-/ha untuk padi Way Apo Buru, sedangkan petani non koperator hanya Rp. 2.012.000,-/ha. Teknologi PTT baik yang menggunakan varietas Fatmawati maupun varietas Way Apo Buru oleh petani koperator lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi petani non kopertor dan layak direkomendasikan sebagai teknologi inovatif pada lahan sawah irigasi di desa Waekasar, kabupaten Buru, karena selain meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani juga memberikan nilai Gross B/C ratio, MBCR dan NKB lebih besar dari satu
- ItemKajian Usahatani Komoditas Sayuran Pinngiran Kota (Studl Kasus Petani Sayuran di Desa Waiheru, Kecamatan Baguala, Kadya Ambon)(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Pesireron, Marietje; Sirappa, Marthen P; Balai Pegkajian Teknologi MalukuPenentuan skala usahatani yang disertai pemilihan komoditas sayuran bernilai ekonomis tinggi, mempunyai peran penting dalan meningkatkan pendapatan petani di wilayah sekitar perkotaan khususnya Ambon. Dalam mengkaji skolak usahatani beberapa komoditas sayuran di pinggiran kota, diperlukan informasi secara lengkap mengenai input-output dan luasan usahatani dari beberapa komoditas sayuran yang diusahakan petani di penggiran kota. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan berapa berasr nilai financial dan Break event Point dari tiap-tiap komoditas sayuran yang diusahakan petani. Kajian dilaksanakan di desa Waiheru Kecamatan Baguala Kotomadya Ambon dari bulan Pebruari sampai Maret 2005. Hasil kajian menunjukkan bahwa usahatani sayuran (sawi, kangkung, bayam, kacang panjang dan terong) yang dilaksanakan petani disekitar pinggiran kota mampu memberikan penerimaan dan keuntungan berturut-turut sebesa Rp, 7.230.000 dan Rp. 5.589.000, Rp. 9.000.000 dan Rp. 5.635.000, Rp. 8.120.000 dan Rp. 4.905.000, Rp. 4.928.000 dan Rp. 2.410.000, Rp. 3.800.000 dan Rp. 1.695.000 masing-masing untuk luasan 754 m2, 1.350 m2, 1.220 m2, 925 m2, 1.425 m2. Dari beberapa jenis syuran yang diusahakan ternyata sawi, kangkung, bayam, kacang panjang dan terong memberikan kontribusi yang paling tinggi terhadap pendapatan petani. Hasil analisis menunjukkan R/C ratio tertinggi diperoleh dari usahatani sawi yaitu 3,4 kemudian diiikuti usahatani kangkung 1,6, usahatani bayam 1,5, usahatani kacang panjang 0,9 dari usahatani terong 0,8. Hasil analisis Break Even Point (Titik impas) produksi dan harga untuk masing-masing komoditas sawi sebesar 1.094 ikat dan Rp. 340,46; kangkung 3.365 ikat dan Rp, 373,89; bayam 3.251 ikat dan Rp. 395,94; 1.259 ikat dan Rp. 1.021,71; dan 1.053 ikat dan Rp. 1.107,89 per luasan usaha
- ItemKeadaan tanah di Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Rieuwpassa, Alexander J; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian untuk mengidentifikasi tanah-tanah di pulau Selaru kabupaten Maluku tenggara Barat (MTB), provinsi Maluku, telah dilaksanakan pada tahun 2004. Dari hasil penelitian ditemukan 3 ordo tanah yang menurunkan sebanyak 7 subordo, 7 grup dan 9 subgrup tanah. Ordo entisol menurunkan 5 subgrup tanah yaitu Lithic Uslorthents, typic Udipsamments, Aguic Udipsamments, Typic Udifluvents, dan Typic Hidraquents. Ordo Mollisols menurunkan 3 sub grup tanah yaitu Typic Haplustolls dan Lithic Haprendolls. Ordo Alfisol hanya menurunkan subgroup Mollic Hapludalfs. Pada umumnya tanah-tanah tersebut belum mengalami perkembangan horizon dan memiliki solum tanah dari dangkal sampai dalam. Warna tanah bervariasi dari hitam, coklat kuning kekelabuan sampai coklat merah gelap, tekstur berpasir sampai liat, kosistensi lepas sampai lekat, kedalam perakaran efektif dangkal sampai dalam dan pH tanah netral sampai basa. Keadaan landform datar sampai berbukit
- ItemPeluang Pengembangan Pala Klonal di Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Rieuwpassa, Alexander J; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPala (Myristica faragrans Houtt.) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku dan termasuk tanaman penting di antara tanaman rempah lainnya karena menghasilkan dua produk bernilai ekonomi tinggi yaitu biji pala dan fuli. Luas areal pala di Maluku dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) meningkat dari 8.467 ha dengan produksi 1.580 ton pada tahun 2001 menjadi 9.948 ha dengan produksi 1.998 ton pada tahun 2005, sehingga terjadi pertambahan luas areal rata-rata 2,89 % per tahun. Upaya peningkatan produksi dan ekspor pala di Maluku masih bisa dilakukan dengan penggantian tanaman yang sudah tua dan perluasan areal tanam. Upaya tersebut membutuhkan ketersediaan bibit yang banyak dan bermutu. Kendala utama dalam pengembangan tanaman pala dengan menggunakan biji yaitu masalah sex ratio dimana hampir setengah dari bahan tanam adalah berkelamin jantan yang tidak dapat menghasilkan buah, dapat diatasi dengan cara klonal. Pengembangan pala klonal (vegetatif) asal bibit cangkokan, grafting, mata tunas atau stek berdaun selain dapat mengatasi masalah sex ratio, juga dapat mempercepat masa berbunga (masa juvenil lebih pendek), meningkatkan produktivitas dan dapat memperbaiki kualitas produksi (mutu hasil). Pengembangan pala klonal di Maluku dapat dijadikan salah satu strategi percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah, sehingga sudah selayaknya untuk direalisasikan saat ini, mengingat bahwa sumberdaya lahan dan tenaga kerja cukup tersedia, sumberdaya genetik cukup banyak, teknologi inovatif untuk pengembangan sudah tersedia dan prospek pasar ke depan cukup cerah.
- ItemPenelitian Petak Omisi pada Kajian Sistem Usahatani Padi Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian petak omisi dilakukan di desa Waegeren, kecamatan Waeapo, kabupaten Buru pada tahun 2005 di lahan sawah irigasi. Tujuan dari penelitian petak omisi adalah untuk mengetahui faktor pembatas utama pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada padi sawah varietas Lok Ulo adalah perlakuan yang menggunakan bahan organik dan pupuk N, P dan K (BoNPK). Faktor pembatas utama pertumbuhan dan hasil padi sawah di lokasi penelitian adalah berturut-turut hara N, K dan P. Hasil gabah yang diperoleh pada petak omisi tanpa N, P, dan K adalah berturut-turut 3,30 t, 3,60 t, dan 3,80 t GKP/ha untuk yang tidak menggunakan bahan organik dan 3,80 t, 4,20 t, dan 4,60 t GKP/ha untuk yang diberi bahan organik. Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah yang baik, diperlukan penambahan bahan organik tanah disamping pupuk anorganik, dengan urutan nitrogen (N), kalium (K), dan fosfat (P).
- ItemPenetapan Batas Kritis Hara K Tanah Dalam Kaitannya Dengan Pemupukan K Pada Tanaman Jagung di Lahan Kering(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Tandisau, Peter; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKegiatan ini merupakan bagian dari penelitian kalibrasi uji tanah hara K pada jagung, yang dilaksanakan di desa Pattalossang, kecamatan Bontomarannu, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dari bulan Mei 2002 sampai Maret 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk menetapkan batas krisis hara K untuk jagung daam kaitannya dengan aplikasi pemupukan K. Metode yang digunakan dalam penetapan batas krisis hara K adalah metode Grafik Cate-Nelson. Hasil penelitian menunjukan bahwa batas krisis hara K yang diperoleh dengan menggunakan metode Grafik Cate-Nelson untuk masing-masing pengekstrak : NH4OAc pH 4,8 NH4OAc pH 7, Olsen, dan Baray-1 berturut-turut sebesar 0,30 me/100 g, 0,35 me/100 g, 213 ppm, dan 178 ppm. Untuk tanah Altfisols, khususnya Typic Rhodustalfs yang mempunyai kadar hara K yang lebih rendah dari nilai batas krisis perlu dilakukan pemupukan K untuk memperoleh hasil yang tinggi. Batas krisis hara K yang diperoleh dengan metode Grafik Cate-Nelson dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan pemupukan pada jenis tanah dan varrietas jagung yang relative sama pada lokasi kegiatan
- ItemPengaruh Pemberian Mulsa Jerami dan Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau pada Lahan Sawah Irigasi di Dataran Waeapo Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPetani pada lahan sawah irigasi di daerah dataran Waeapo Buru selama ini hanya mengolah tanah dua kali dalam satu tahun untuk diusahakan padi sawah. Dalam proses bercocok tanam petani belum terbiasa menanam tanaman palawija seperti kacang hijau pada masa bero setelah padi dan belum memanfaatkan bahan organik yang banyak tersedia disekelilingnya sebagai pupuk yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa jerami padi dan macam bahan organik yang digunakan sebagai penutup lubang tanam kacang hijau yang ditanam pada lahan sawah irigasi setelah panen padi. Digunakan rancangan faktorial yang diacak secara lengkap dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah tanpa mulsa (M0) dan pemberian mulsa jerami 5 ton/ha (M1), sedangkan faktor kedua adalah pemberian macam bahan organik sebagai penutup lubang tanam dengan dosis setara 2 ton/ha terdiri dari tanpa bahan organik (P0), abu sekam padi (P1), sekam padi (P2), pupuk kandang sapi (P3), dan kompos (P4). Hasil penelitian menujukkan bahwa kombinasi M1P1 mampu menaikan hasil biji kacang hijau kering sebesar 369,55% dari 200,33 gram/petak kontrol (M0P0) menjadi 940,67 gram. Dalam penelitian ini penggunaan mulsa jerami dan pemberian berbagai macam bahan organik sebagai penutup lubang tanam secara nyata mampu meningkatkan hasil kacang hijau
- ItemPengaruh Pupuk Kandang Nitrogen dan Umur Bibit terhadap Produksi Padi VUTB Fatmawati di Kab Buru, Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuDibutuhkan teknologi baru untuk meningatkan produktivitas dan pendapatan petani padi sawah di kabupaten Buru. Penelitian ini diakukan untuk menentukkan pengaruh umur bibit, pupuk kandang dan nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasi padi VUTB Fatmawati. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Faktoral dalam RAK tiga faktor, diulang tiga kali. Faktor pertama adalah umur bibit (U), yaitu 10 hari setelah sebar (U1), 15 hari (U2) dan 20 hari (U3), faktor kedua adalah pupuk kandang (P), yaitu tanpa pupuk kandang (P0) dan pupuk kandang 1 t/ha (P1), dan faktor ketiga adalah takaran nitrogen (N), yaitu 200 kg urea/ha (N1), 250 kg/ha (N2), dan 300 kg/ha (N3). Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah gabah/malai, persentasse gabah hampa/malai, bobot 1000 biji dan hasil gabah. Hasil kajian menunjukkan bahwa umur bibit dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap petumbuhan dan beberapa omponen hasil, sedangkan takaan nitrogen hanya terhadap bobot 1000 biji. Interaksi ketiga faktor berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, persentase gabah hampa dan bobot 1000 biji. Kombinasi perlakuan pemberian pupuk kandang 1 ton/ha, penggunaan bibit muda umur 10 hai dan pemberian 300 kg urea/ha memberikan hasil tertinggi (9,3 ton GKP/ha) disbanding kombinasi perlakuan lainnya, sehingga petani dapat menggunakan perlakuan ini untuk mengoptimalkan hasi panennya
- ItemPengaruh takaran Awal Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah dengan Metode Bagan Warna Daun(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Razak, Nasarudin; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian dilaksanakan di kelurahan Tonyaman, kecamatan Patampanua, kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Desember 2004 sampai April 2005 pada lahan sawah irigasi mili petani. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran awal pupuk nitrogen berdasarkan bagan warna daun (BWD) terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Penelitian menggunakan rancangan Acak Kelompok dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang dikaji adalah atakaran awal pupuk nitrogen yang bersumber dari urea dan ZA, yaitu : 1) N1 = 10 kg N/ha (10 kg N dari ZA), 2) N2 = 20 kg N/ha (masing-masing 10 kg N dari ZA dan urea), 3) N3 = 30 kg N/ha (10 kg N dari ZA dan 20 kg N dari urea, dan 4) N4 = Rekomendasi setempat (100 kg urea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen berdasarkan metode bagan warna daun memberikan pertmbuhan dan hasil padi sawah yang lebih tinggi dibandingkan dengan takaran rekomendasi. Pemupukan nitrogen awal dengan takaran 30 kg N/ha dengan metode bagan warna daun memberikan hasil gabah tertinggi, namun pemupukan awal dengan takaran 20 kg N/ha sudah cukup untuk pertumbuhan dan hasil gabah karena hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan takaran awal 30 kg N/ha dan takaran rekomendasi. Diperlukan kajian lebih mendalam untuk mengetahui efisiens pemupukan nitrogen dengan menggunakan metode bagan warna daun pada berbagai takaran awal
- ItemPengaruh Umur dan jumlah Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Varietas Way Apo Buru di Waenetat Kab. Buru(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Senewe, Rein Estefanus; Watkaat, Florentina; Van Room, Maryke Jolanda; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSuatu pengkajian untuk mengetahui pengaruh umur bibit dan jumlah bibit/rumpun terhadap pertumbuhan dan hasil padi Wayapo Buru telah dilakukan di dataran Wayapo, kabupaten Buru pada tahun 2004. Percobaan disusun berdasarkan Rancangan factorial dalam RAK dengan dua factor. Faktor pertama adalah umur bibit (U), yaitu 10 hari setelah sebar (U1), 15 hari (U2), 20 hari (U3), dan 25 hari (U4), dan factor kedua adalah jumlah bibit/rumpun (J), yaitu 1 batang/rumpun (J1), 2 batang/rumpun (J2), dan 3 batang/rumpun (J3). Parameter yang diukur adalah pertumbuhan dan hasil tanaman yang meliputi : tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun, jumlah malai/rumpun, panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah isi/malai, persentase abah hampa/malai, bobot 1000 butir dan hasil gabah, serta data usahatani padi sawah. Hasil kajian menunjukkan bahwa umur bibit dan jumlah bibit/rumpun berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Penggunaan bibit umur 10 hari (U1) dan 15 hari setelah sebar/hss (U2) dan jumlah bibit 1 batang (J1) dan 2 batang/rumpun (J2) serta interaksinya, rata-rata memberikan pertumbuhan dan hasil gabah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pertumbuhan tanaman tertinggi (88,33 cm) diperoleh pada ombinasi perlakuan U2J1 dan terendah (82,67 cm), pada kombinasi perlakuan U4J1. Rata-rata hasil gabah tertinggi (8,16 t GKP/ha) diperoleh pada perlakuan U1J1, menyusul U1J2 (8,00 t GKP/ha) sedangkan hasil terendah (6,56 t GKP/ha) diperoleh pada perlakuan U4J1
- ItemPengembangan Tanaman Pangan Berbasis Potensi Sumberdaya Lahan dan Teknologi Inovatif di Pulau Wokam Mendukung Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKetahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman dikonsumsi, merata, dan terjangkau. Ketergantungan pangan beras masih cukup tinggi, yaitu sekitar 60% dari total kebutuhan. Oleh karena itu pengembangan pangan tidak hanya terbatas pada satu jenis komoditas seperti padi, tetapi harus dilakukan diversifikasi pangan dengan berbasis pada potensi sumberdaya wilayah dengan mempertimbangkan sosial ekonomi masyarakat setempat. Pemantapan ketahanan pangan akan efektif dimulai dari tingkat rumah tangga. Upaya yang paling tepat adalah pengembangan pangan lokal. Arahan pengembangan tanaman pangan Pulau Wokam berdasarkan kesesuaian lahannya adalah untuk tanaman pangan lahan basah (padi sawah tadah hujan dan sagu) dan lahan kering (padi gogo, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan talas) dengan potensi lahan seluas 77.900 ha, yang tergolong kelas cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Faktor pembatas atau bahaya yang dijumpai adalah kekeringan dan bahaya banjir, retensi hara yang disebabkan oleh pH tanah agak alkalis dan sebagian mempunyai kandungan bahan organik tanah yang rendah serta media perakaran yang disebabkan oleh solum tanah yang dangkal. Tanaman pangan lahan basah (padi sawah tadah hujan dan sagu) dapat dikembangkan pada SPT 2 (2.200 ha), sedangkan tanaman pangan lahan kering dapat dikembangkan pada SPT 4, 5, 7, 8 dan 9 dengan total luas 75.700 ha. Komoditasnya meliputi padi gogo, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, dan keladi. Usaha perbaikan berupa pengaturan waktu tanam yang tepat dan pengelolaan air, penggunaan pupuk organik dan anorganik serta pengelolaan tanah sangat diperlukan. Pengembangan pangan lokal dapat dilakukan melalui beberapa langkah stategis, yaitu : (1) Identifikasi dan pemetaan potensi sumberdaya lahan dan pangan lokal; (2) Inventarisasi; (3) Perumusan pola pengembangan; (4) Pemberdayaan masyarakat, (5) Penerapan kemitraan; (6) Program aksi partisipatif, dan (7) Dukungan teknologi inovatif