Browsing by Author "Siagian, Viktor"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemAgribisnis aren, penyadapan air nira, dan pengolahan gula semut(BPTP Banten, 2014) Kartono; Siagian, Viktor; Haryani, Dewi
- ItemAnalisis Dampak Kekeringan Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Lebak Provinsi Banten(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Siagian, Viktor; Yusron, Muchamad; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Luas lahan sawah yang mengalami kekeringan di Provinsi Banten sampai September tahun 2015 meningkat menjadi 25.852 ha (meningkat 127,5% dari pertengahan Juli) dan tanaman padi puso seluas 9.957 ha atau 12,8 % dari luas lahan sawah. Tujuan kajian adalah: 1) Menginventarisasi luas lahan kekeringan tanaman padi, 2) Menganalisis dampak kekeringan terhadap produksi padi dan potensi kerugiannya, dan 3) Mencari upaya pemecahan terhadap kekeringan di Kabupaten Lebak. Pengkajian menggunakan metode focus group discussion (FGD) dan survei, dimana untuk pemilihan lokasi contoh dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil kajian adalah: Luas kekeringan di Kab. Lebak seluas 4.798 ha di 19 kecamatan dengan status kekeringan ringan sampai berat, Dampak dari kekeringan terhadap produksi padi di Kabupaten Lebak adalah menurunnya produktivitas padi dari rata-rata 5,74 ton/ha GKP pada MH 2014/2015 menjadi 2,891 ton/ha GKP pada MK 2015 (menurun 49,6%), sedangkan pada Musim Kemarau-I (MK-I) 2014 lebih rendah 21,7% yakni 4,49 ton/ha GKP. Kerugian sebesar 3.113 ha x Rp 9,256 juta/ha = Rp 28,814 milyar pada MK 2015.3) Upaya penanggulangan yang dilakukan adalah pompanisasi, bantuan traktor tangan, pengerukan saluran sekunder, penerapan sistim penggolongan air, pembuatan sumur-sumur artesis beserta selang, dan rehabilitasi jaringan irigasi.
- ItemAnalisis Dampak Kekeringan Terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Lebak Provinsi Banten (Analysis of Drought Impact Toward Rice Production in Lebak District of Banten Province)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Siagian, Viktor; Yusron, Muchamad; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Luas lahan sawah yang mengalami kekeringan di Provinsi Banten sampai September tahun 2015 meningkat menjadi 25.852 ha (meningkat 127,5% dari pertengahan Juli) dan tanaman padi puso seluas 9.957 ha atau 12,8 % dari luas lahan sawah. Tujuan kajian adalah: 1) Menginventarisasi luas lahan kekeringan tanaman padi, 2) Menganalisis dampak kekeringan terhadap produksi padi dan potensi kerugiannya, dan 3) Mencari upaya pemecahan terhadap kekeringan di Kabupaten Lebak. Pengkajian menggunakan metode focus group discussion (FGD) dan survei, dimana untuk pemilihan lokasi contoh dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil kajian adalah: Luas kekeringan di Kab. Lebak seluas 4.798 ha di 19 kecamatan dengan status kekeringan ringan sampai berat, Dampak dari kekeringan terhadap produksi padi di Kabupaten Lebak adalah menurunnya produktivitas padi dari rata-rata 5,74 ton/ha gkp pada MH 2014/2015 menjadi 2,891 ton/ha gkp pada MK 2015 (menurun 49,6%), sedangkan pada Musim Kemarau-I (MK-I) 2014 lebih rendah 21,7 % yakni 4,49 ton /ha gkp. Kerugian sebesar 3.113 ha x Rp 9,256 juta/ha = Rp 28,814 milyar pada MK 2015.3) Upaya penanggulangan yang dilakukan adalah pompanisasi, bantuan traktor tangan, pengerukan saluran sekunder, penerapan sistim penggolongan air, pembuatan sumur-sumur artesis beserta selang, dan rehabilitasi jaringan irigasi.
- ItemANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KEDELAI DI PROVINSI BANTEN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Siagian, Viktor; Fauzan, Ahmad; Amin, Nofri; Setyowati, Iin; Sintawati, Rina; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungLuas panen kedelai pada tahun 2014 di Provinsi Banten seluas 4.815 ha dengan produksi 6.384 ton pipilan kering atau dengan produktivitas 1,33 ton/ha. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis daya saing komoditas kedelai di di Provinsi Banten. Metode kajian menggunakan metode survei, FGD dengan simple random sampling di tingkat petani, dengan jumlah responden 60 orang petani. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kwantitatif. Analisis kualitatif menggunakan tabulasi deskriptif. Analisis kuantitatif menggunakan Matrik Analisis Kebijakan. Hasil dari kajian ini adalah nilai PCR (Public Cost ratio) atau Rasio Biaya Swasta 0,79 artinya komoditi kedelai masih memiliki keunggulan kompetitif walaupun relatif rendah, nilai DRCR (Domestic Resources Cost Ratio) atau rasio biaya sumber daya domestik bernilai 0,92 artinya usahatani kedelai memiliki keunggulan komparatif rendah (nilai DRCR < 1). Jadi komoditi kedelai memiliki daya saing relatif rendah. Disarankan perlunya peningkatan produktivitas kedelai dan dan pembelian hasil produksi oleh BULOG (Badan Urusan Logistik) sesuai Harga Pokok Pembelian.
- ItemANALISIS DAYA SAING KOMODITAS PADI DI PROVINSI BANTEN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Siagian, Viktor; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungLuas panen padi di Provinsi Banten pada tahun 2015 seluas 392.849 ha dengan produksi 2,175 juta ton GKG atau dengan produktivitas 5,54 ton GKG/ha. Tujuan kajian ini adalah: 1) Mengetahui kondisi aktual usahatani padi di Provinsi Banten, 2) Menganalisis daya saing komoditas padi/beras di di Provinsi Banten. Metode kajian menggunakan metode survei, FGD dengan simple random sampling di tingkat petani, dengan jumlah responden 120 orang petani. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kwantitatif. Analisis kualitatif menggunakan tabulasi deskriptif. Analisis kuantitatif menggunakan Matrik Analisis Kebijakan. Hasil dari kajian ini adalah: 1) Luas lahan garapan pada Musim Hujan 2014/2015 rata-rata 0,69 ha. Produktivitas rata-rata 5,8 ton/ha. Nilai B/C rasio 2,0 artinya usahatani padi menguntungkan. 2) Nilai PCR (Public Cost ratio) atau Rasio Biaya Swasta 0,28 artinya komoditi padi memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi, nilai DRCR (Domestic Resources Cost Ratio) atau Rasio Biaya Sumber daya Domestik bernilai 0,26 artinya usahatani padi memiliki keunggulan komparatif (nilai DRCR < 1) yang tinggi. Kesimpulannya komoditi padi memiliki daya saing yang relatif tinggi. Disarankan masih diperlukan peningkatan produktivitas padi untuk meningkatkan daya saing dan pembelian gabah oleh Bulog sesuai Harga Pokok Pembelian.
- ItemAnalisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Benih Bersertifikat di Lebak Rawa Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Siagian, ViktorAbstract The Analyses of Factors Affecting the Use of Certified Seed in Deep Water Rice Crops in South Sumatra. A total of 314.709 ha of deepwater land are available in South Sumatra Province. The objectives of this experiment were to evaluate the potency. prospect, and constraints on the development of seed industry in such deepwater ecosystem. The experiment was also expected to obtain information on rice seeds required in South Sumatera as well as the factors influencing its adoption in the deepwater ecosystem. Sampling was carried out through the method of simple random sampling. Results of this experiment revealed that a total of 75% of farmers in deep water areas of South Sumatera were commonly grown certified rice seeds of 37.6 kg/ha. It was observed that through the adoption of certified rice seeds, the grain yields reached 4.25 t/ha, a 60% higher as compared to that harvested from crops without certified seeds. The business of multiplying certified rice seeds seems to be profitable and has a good prospect since South Sumatera still needs at least a total of 14,813 t/year. Factors that significantly influencing the demand of certified seeds during the dry season-1 of 2007 were the price of non-certified rice seeds, the price of potassium fertilizer, and the size of the land being managed. Abstrak Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan lebak rawa seluas 314.709 ha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi, prospek, dan kendala pengembangan produksi benih di Jahan lebak, serta kebutuhan benih di Sumatera Selatan beserta faktor-faktor yang berpengauh terhadap penggunaan benih bersertifikat. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 75% petani rawa lebak sudah menggunakan benih bersertifikat dengan rata-rata benih yang dipakai mencapai 37,6 kg/ha, dengan rata-rata produksi mencapai 4.25 t/ha. Ini berarti bahwa dengan benih bersertifikat produksi padi lahan lebak di Sumatera Selatan mencapai 60% lebih tinggi dibandingkan dengan produksi padi dari pertanaman yang menggunakan benih tidak bersertifikat. Usaha penangkaran benih berlabel menguntungkan dan memiliki prospek yang baik, karena Sumatera Selatan masih kekurangan benih sedikitnya 14.813 t/tahun. Untuk pertanaman pada MK-1 2007, faktor yang berpengaruh terhadap benih bersertifikat adalah harga benih yang tidak bersertifikat, harga pupuk KCI, dan luas lahan garapan. Tingkat ketersediaan benih bersertifikat di pasar perlu dioptimalkan dan sosialisasi usaha penangkaran benih perlu Jintensifkan.
- ItemLumbung Pangan dan Penggilingan Padi Sebagai Sumber Permodalan Alternatif di Pedesaan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hendayana, Rahmat; Siagian, Viktor; Hutapea, Yanter; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengembangan kelembagaan permodalan seperti lumbung pangan dan usaha penggilingan padi di pedesaan Sumatera Selatan mempunyai arti penting dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan permasalahan lumbung pangan dan penggilingan padi dalam melayani permodalan usahatani. Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2006 di Kabupaten OKU Timur, Oku Selatan, OKI, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin dan Banyuasin. Hasil Pengkajian menunjukan bahwa penggilingan padi meskipun dimiliki secara perorangan, selain berfungsi sebagai lembaga produksi, juga menjalankan perannya sebagai lembaga yang menyediakan modal kerja bagi petani. Dalam kiprah usahanya dengan keterbatasan yang ada, dirasakan sebagai penolong karena kemudahan-kemudahan yang diberikan untuk melayani petani. Lumbung pangan sebagai lembaga pembentukan pemerintah, dalam melayani kebutuhan modal petani, belum mampu berperan penuh, karena keterbatasan kemampuannya, sehingga lumbung ini perlu didukung oleh pemodal-pemodal baik formal (Bank) maupun informal (perorangan) di pedesaaan guna melayani kebutuhan petani
- ItemPEMANFAATAN LAHAN KERING UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI KECAMATAN CIGEULIS KABUPATEN PANDEGLANG(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) Siagian, Viktor; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungProvinsi Banten memiliki luas lahan kering 510.908 ha dan terluas terdapat di Kabupaten (Kab.) Pandeglang. Salah satu pemanfaatan lahan kering ini adalah untuk budidaya kedelai. Tujuan kajian ini adalah: 1) Menganalisis kondisi eksisting dan permasalahan usahatani kedelai di Kabupaten (Kab.) Pandeglang, 2) Mengkaji produktivitas kedelai Varitas Anjasmoro, Argomulyo dan Wilis melalui Sistem Usahatani (SUT). Metode kajian ini menggunakan metode percontohan, dan survei. Lokasi SUT dilakukan di Kecamatan (Kec.) Cigeulis, Kab. Pandeglang dengan luas percontohan 2,5 ha. Survei kondisi eksisting usahatani dilakukan terhadap 26 responden yang dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil kajian ini: 1) Produktivitas kedelai di tingkat petani cukup baik yakni 1,156 ton pipilan kering/ha dengan nilai B/C rasio 0,7. 2) Pada lokasi SUT produktivitas Varitas Anjasmoro 2,08 ton/ha lebih tinggi 48,6% dibandingkan dengan petani, Varitas Argomulyo 1,08 ton/ha relatif sama dengan petani, Varitas Wilis 1,76 ton/ha lebih tinggi 76% dibandingkan dengan petani. Perlakuan jarak tanam 40 x 20 cm2 memberikan produktivitas yang lebih tinggi 8 – 10% dibandingkan dengan jarak tanam 40 x 15 cm2.
- ItemPEMANFAATAN LAHAN KERING UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI KECAMATAN CIGEULIS KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) Siagian, Viktor; Balai Pengkajian Teknologi PertanianProvinsi Banten memiliki luas lahan kering 510.908 ha dan terluas terdapat di Kabupaten (Kab.) Pandeglang. Salah satu pemanfaatan lahan kering ini adalah untuk budidaya kedelai. Tujuan kajian ini adalah: 1) Menganalisis kondisi eksisting dan permasalahan usahatani kedelai di Kabupaten (Kab.) Pandeglang, 2) Mengkaji produktivitas kedelai Varitas Anjasmoro, Argomulyo dan Wilis melalui Sistem Usahatani (SUT). Metode kajian ini menggunakan metode percontohan, dan survei. Lokasi SUT dilakukan di Kecamatan (Kec.) Cigeulis, Kab. Pandeglang dengan luas percontohan 2,5 ha. Survei kondisi eksisting usahatani dilakukan terhadap 26 responden yang dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil kajian ini: 1) Produktivitas kedelai di tingkat petani cukup baik yakni 1,156 ton pipilan kering/ha dengan nilai B/C rasio 0,7. 2) Pada lokasi SUT produktivitas Varitas Anjasmoro 2,08 ton/ha lebih tinggi 48,6% dibandingkan dengan petani, Varitas Argomulyo 1,08 ton/ha relatif sama dengan petani, Varitas Wilis 1,76 ton/ha lebih tinggi 76% dibandingkan dengan petani. Perlakuan jarak tanam 40 x 20 cm2 memberikan produktivitas yang lebih tinggi 8 – 10% dibandingkan dengan jarak tanam 40 x 15 cm2.
- ItemPerkembangan sistem usahatani padi sawah di daerah irigasi simodong Sumatera Utara(BB Biogen, 2013-12) Siagian, Viktor; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan dari kajian ini adalah:1) Mengetahui luas sawah terairi, Indeks Pertanaman Padi, 2) Mengetahui produktivitas padi sawah, dan sebaran varitas padi sawah, 3) Mengetahui tingkat konsumsi beras /kapita/tahun, dan neraca pangan 4) Mengetahui pendapatan rumah tangga petani penerima manfaat proyek. Metoda pengambilan contoh menggunakan stratified random sampling dengan jumlah 60 responden. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari kajian adalah: 1) Luas areal sawah terairi baru 1.855 ha (70% dari target proyek) dan IP Padi sudah 200%, 2) Produktivitas padi sawah sebesar 4,43 ton gkp/ha pada MH 2007/2008 dan 4,39 ton gkp/ha pada MK-I 2007, lebih rendah 11,4% (MH) dan 12,2% (MK-I) dibandingkan dengan target proyek, varitas padi dominan adalah Ciherang dan IR-64, 3) Tingkat konsumsi beras 154,3 kg/kapita/tahun, dan neraca pangan surplus sebesar 19.345,9 ton gkp, 4) Pendapatan rumah tangga petani saat ini adalah Rp 18.850.871 lebih rendah 12,2% dari target proyek. Untuk meningkatkan produksi perlu peningkatan produktivitas padi sawah dan IP padi, maka pembangunan Jaringan Irigasi harus segera diselesaikan dan difungsikan.
- ItemPola Pemasaran Beras di Kabupaten Musi Rawas dan Oku Timur, Sumatera Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Siagian, ViktorAbstract Pattern of Rice Marketing in Musi Rawas and East OKU Districts, South Sumatra Province. The objectives of this experiment wash (1) to analyses the existing rice marketing system in the rice production centre of Musi Rawas and East OKU Districts, Province of South Sumatra, (2) to evaluate the margin and the farmer share of rice marketing, (3) to identify pattern of collaboration among those involved in rice marketing activities, as well as its problems. Sampling was carried out through the method of Snowball Sampling Technique. Results of this experiment revealed that (1) enchaining the rice marketing in the Districts of Mura and East OKU there were two patterns of marketing chains namely, (a) the pattern of farmer village retailers district merchant province grocer retailer consumer, (b) the pattern of farmer village retailers province merchant retailer consumer, (2) the value of farmer share in the District of Musi Rawas and East OKU was 78.3and 76.1%, respectively, while the marketing margin was Rp. 1,060 and Rp. 1.100/kg, respectively; (3) there was a mutual understanding cooperation between the farmer and the village retailers, between the village retailers and the district/province merchant. Rice marketing problems faced by the rice merchant in the area were the fluctuating price and the poor quality of rice. Abstrak Percobaan ini bertujuan, (1) untuk menganalisis sistem pemasaran beras yang berjalan di wilayah sentra produksi beras, Kabupaten Musi Rawas dan OKI Timur, Sumatera Selatan, (2) untuk mengetahui marjin pemasaran dan farmer share beras, dan (3) untuk mengidentifikasi pola kerjasama antarpelaku pasar yang terlibat dalam kegiatan pemasaran beras dan permasalahannya. Pengambilan contoh dilaksanakan dengan metode Snowball Sampling Technique. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa (1) terdapat dua pola rantai pemasaran beras di Kabupaten Musi Rawas dan OKU Timur, yakni (a) pola petani - pedagang pengumpul desa - pedagang kabupaten pedagang provinsi pedagang pengecer konsumen, dan (b) pola petani pedagang pengumpul desa pedagang provinsi pedagang pengecer konsumen; (2) nilai farmer share di Kabupaten Musi Rawas dan OKU Timur, berturut-turut adalah 78,3% dan 76,1%, sedangkan marjin pemasarannya berturut-turut adalah Rp1.060/kg dan Rp1.100/kg; (3) terdapat ikatan pola kerjasama antara petani dengan pedagang pengumpul desa, antara sebagian besar pedagang pengumpul desa dengan pedagang kabupaten/provinsi, dan tidak ada ikatan antara pedagang kabupaten/provinsi dengan pengecer. Permasalahan yang dihadapi pedagang adalah harga yang fluktuatif dan mutu beras yang rendah.