Browsing by Author "Septianti, Erina"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemEffect of Cocoa Liquor Temperature To The Yield And Fat Content Of Cocoa Powder Fermented and Unfermented Cocoa.(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2017-08-16) Septianti, Erina; Arif, Abdullah Bin
- ItemKAJIAN JENIS PENGERINGAN DAN BEBERAPA BAHAN PENGISI TERHADAP KUALITAS BUBUK BAWANG MERAH VARIETAS PIKATAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, ) Dewayani, Wanti; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan; Samsuri, Riswita; Septianti, Erina; Halil, Warda
- ItemKeragaan Mutu Biji Kakao Pada Aplikasi Berbagai Level Takaran Pupuk Hayati Dan Pestisida Nabati Di Kabupaten Luwu(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Septianti, Erina; Nurlaila; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKakao memiliki potensi untuk terus dikembangkan di Indonesia, khususnya daerah Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu entra produksi kakao nasional. Namun produktivitas kakao yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas biji kakao. Penurunan kualitas mutu biji kakao sangat mempengaruhi nilai ekspor Sulawesi Selatan secara keseluruhan. Penelitian dilakukan di Kec.Kamanre, Kab.Luwu, mulai bulan Januari-September 2014. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui tingkat mutu biji kakao yang meliputi jumlah buah panen, berat buah, berat basah/berat kering biji,total produksi biji kakao per tahun, jumlah biji/100g, dan kadar lemak biji dilihat dari pemberian berbagai level takaran pupuk hayati dan pestisida nabati pada tanaman kakao dan 2) untuk mendapatkan paket teknologi pemanfaatan pupuk hayati dan pestisida nabati yang dapat mendukung peningkatan mutu dan produksi kakao berkelanjutan. Rancangan yang digunakan adalah RAK dengan 7 perlakuan yaitu P1(Pupuk hayati 15g/pohon), P2 (Pupuk hayati 30g/pohon), P3 (Pupuk hayati 15g/pohon + pestisida nabati Phymar C117 Plus), P4 (Pupuk hayati 30g/pohon + pestisida nabati Phymar C117 Plus), P5 (Pupuk hayati 15g/pohon + Bio Urine), P6 (Pupuk hayati 30g/pohon + Bio Urine) dan P7 (Pupuk Urea 250g + NPK 300g/pohon). Hasil penelitian menunjukkan untuk rata-rata jumlah buah panen hasil tertinggi diperoleh pada P2 yaitu 22,67 buah/pohon. Untuk produksi per tahun hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 yaitu 1598,61 kg/ha dan terendah pada perlakuan P7 yaitu 1013,54kg/ha. Untuk jumlah biji/100g diperoleh hasil terbaik pada perlakuan P3 yaitu 62 biji/100g. Sedangkan kadar lemak biji hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan P6 yaitu 49,43%.
- ItemPemanfaatan Sukun (Artocarpus Communis) Menjadi Tepung Sebagai Salah Satu Teknologi Diversifikasi Pangan Lokal(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Septianti, Erina; Ilyas, Asriyanti; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSelain jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kentang, sukun juga merupakan pedamping padi atau beras yang potensial sebagai makanan pokok. Sukun merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki kandungan gizi (karbohidrat dan energi) yang tidak kalah dengan keempat komoditi pendamping tersebut. Sukun memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang lebih tinggi dan bahkan dibandingkan beras, kandungan karbohidrat sukun terbilang setara, namun kalori sukun sangat rendah, sehingga cocok sebagai menu diet yang sehat. Pemanfaatan buah sukun melalui teknologi pengolahan pasca panen memiliki peluang yang cukup potensial untuk peningkatan ketahanan pangan nasional. Sebagai bahan pangan sumber karbohidrat, sukun berpotensi untuk diolah menjadi tepung. Pemanfaatan sukun menjadi tepung memiliki keunggulan diantaranya adalah lebih fleksibel, karena dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu, memperpanjang umur simpan, dan memudahkan distribusi dan transportasi. Pemanfaatan sukun dalam bentuk tepung lebih prospektif untuk dimanfaatkan sebagai bahan olahan pangan. Tepung sukun selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan berbagai pangan seperti bolu sukun, cake sukun, kukis sukun, tart sukun dan lain-lain. Dengan adanya berbagai teknologi pengolahan sukun diharapkan akan terbentuk industri pengolahan makanan skala rumah tangga yang tersebar di pedesaan, disamping industri yang ada di kota-kota besar.