Browsing by Author "Sasmita, Kurnia Dewi"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Sasmita, Kurnia Dewi; Taher, Syahrial; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarGanyong (Canna edulis KERR.) adalah sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup populer sebagai sumber pangan alternatif. Selain itu tanaman ini juga mempunyai potensi sebagai bahan penghasil bioetanol. Umbi ganyong mengandung karbohidrat 22,60 gram per 100 gram umbi ganyong serta kadar gula yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bioetanol, Dengan demikian ganyong sangat potensial untuk dikembangkan secara luas apalagi tanaman ini masih belum banyak dibudidayakan. Budidaya ganyong tidak terlampau sulit karena tanaman ini mudah tumbuh disegala jenis tanah dan suhu udara serta toleran pada naungan. Tanaman ini juga tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Namun demikian apabila ingin mendapatkan hasil umbi yang tinggi maka perlu diperhatikan teknik budidaya yang baik. Dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan ganyong sebanyak 60 ton dengan masa tanam delapan bulan lebih. Dengan potensi yang cukup besar sebagai sumber energi alternatif maka ganyong dan tanaman‐tanaman lain penghasil bioetanol yang tersebar diseluruh pelosok Negara kita ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
- ItemTANGGAP MORFOLOGI, FISIOLOGI DAN MOLEKULER KLON-KLON KARET TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Sakiroh; Sasmita, Kurnia Dewi; Izzah, Nur KholilatulPemilihan klon unggul dalam budidaya karet merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan tanaman dengan pertumbuhan yang baik dan produksi tinggi. Klon unggul karet dibedakan menjadi dua jenis yaitu klon penghasil lateks dan klon penghasil kayu lateks. Untuk memperoleh tanaman karet dengan pertumbuhan dan produksi yang optimal pada kondisi cekaman kekeringan maka diperlukan informasi mengenai klon yang sesuai dengan kondisi tersebut. Kondisi stres air berpengaruh terhadap tinggi tanaman, kandungan air relatif daun, laju fotosintesis, konduktivitas stomata, kadar klorofil, unsur hara, dan gula yang terlarut. Selain itu, cekaman kekeringan juga mempengaruhi ekspresi gen yang berhubungan dengan ketahanan tanaman terhadap kondisi tersebut. Gen-gen tersebut akan tetap terekspresi dengan optimal setelah 3-5 hari tanpa pemberian air. Beberapa klon karet seperti PR 261, BPM 24, RRIM 703, PR 255, PR 300, dan GT 1 dapat direkomendasikan untuk ditanam pada lahan marjinal dengan tekstur tanah lempung berpasir sampai pasir berlempung, serta memiliki periode bulan kering yang tegas. Sedangkan hasil penelitian lain mengenai pengujian adaptasi klon karet pada fase pertumbuhan menunjukkan bahwa klon IRR 104 dan IRR 118 cukup baik dibudidayakan di daerah yang memiliki iklim kering, sementara klon IRR5, IRR 112, PB 217 dan RRIM 921 memiliki pertumbuhan paling baik di daerah yang memiliki iklim basah.
- ItemTINJAUAN AGROKLIMAT WILAYAH PENGEMBANGAN DI JAWA BARAT(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Supriadi, Handi; Sasmita, Kurnia Dewi; Usman, Usman; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarKemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan tumbuhan asli Filipina, yang pada saat ini berkembang dengan baik di sejumlah daerah di Indonesia. Belakangan ini kemiri sunan menjadi salah satu komoditi yang menjadi perhatian banyak orang sehubungan dengan bijinya (kernel) yang berpotensi menjadi bahan baku biodesel. Untuk mendapatkan produktivitas tinggi maka dalam pengembangan tanaman harus memperhatikan kesesuaian lahan & iklim. Saat ini daerah pengembangan kemiri sunan di Jawa Barat terdapat di Majalengka, Sumedang dan Garut. Di tiga kabupaten ini tanaman kemiri sunan sudah tumbuh dan berproduksi dengan baik sejak dahulu kala. Sebagai acuan untuk pengembangan kemiri sunan di daerah lain, maka kondisi agroklimat di daerah pengembangan kemiri sunan tersebut harus diketahui. Jenis tanah di daerah pengembangan kemiri sunan didominasi oleh Latosol dengan tekstur halus. Tanaman ini di Jawa Barat telah tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang mempunyai curah hujan tahunan terendah sebesar 2.681 mm di daerah Balubur, Garut dan tertinggi sebesar 4.172 di daerah Maja, Majalengka. Bulan kering (bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm) di daerah pengembangan kemiri Sunan terendah terjadi selama 3 bulan di Cigasong (stasiun Majalengka), Cisitu (stasiun Cibugel) dan Balubur (stasiun Leles), sedangkan tertinggi selama 4 bulan yaitu di Sukahaji dan Maja (stasiun Pasanggrahan) di Majalengka. Umumnya bulan kering terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Suhu udara berkisar antara 24 – 30 0C dan kelembaban udara 71– 88%.