Browsing by Author "Sari, Desi Puspita"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemFaktor Risiko Tempat Pemotongan Unggas terhadap Penularan Virus Avian Influenza pada Pasar Unggas Hidup di Provinsi Jawa Tengah(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Sari, Desi Puspita; Pramastuti, Ira; R, Rina Astuti; Wibawa, HendraLBM atau live bird market merupakan tempat perdagangan unggas hidup beserta produknya mempunyai peranan penting dalam penyebaran penyakit Avian Infl uenza (AI) dan memiliki potensi resiko sebagai sumber penularan AI ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tempat pemotongan unggas yang berada didalam area pasar sebagai faktor penyebab adanya terdeteksinya virus AI di lingkungan LBM. Pengambilan sampel dilakukan tertarget di LBM di 6 kabupaten di Propinsi Jawa Tengah di tahun 2018. Kabupaten yang terpilih adalah Kabupaten Magelang (6 pasar), Kota Magelang (2 pasar), Kabupaten Batang (6 pasar), Kabupaten Pemalang (4 pasar), Kota Tegal (3 pasar), dan Kabupaten Brebes (6 pasar). Sampel swab lingkungan dari LBM dilakukan pengujian realtime reverse transcription-polymerase chain reaction (RT- PCR) AI. Dari 27 pasar yang dikunjungi di kabupaten terpilih, LBM yang memiliki tempat pemotongan unggas didalam area pasar memiliki resiko 2,6 kali lebih tinggi terdeteksi virus AI daripada pasar yang tidak ada tempat pemotongan unggas. Hasil ini menunjukkan bahwa unggas hidup sebaiknya tidak dipotong di dalam LBM sehingga risiko penularan/kontaminasi virus AI bisa dikurangi.
- ItemHasil Investigasi Kasus Kematian dan Penurunan Produksi Telur pada Sentra Peternakan Unggas Komersial di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Tahun 2018(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Wibawa, Hendra; Apriliana, Ully Indah; Dharmawan, Rama; Pratamasari, Dewi; Suryanto, Basuki Rochmat; Susanta, Dwi Hari; Farhani, Nur Rohmi; Suhardi; Sari, Desi Puspita; Kumorowati, Enggar; Poermadjaja, BagoesBerbagai permasalahan pernyakit unggas terjadi pada tahun 2017. Walaupun virus Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) H9N2 berhasil diisolasi dari outbreak penyakit penurunan produksi telur pada peternakan layer di awal 2017, terdapat keraguan apakah kasus ini diakibatkan infeksi tunggal virus H9N2 atau ko-infeksi dengan agen lainnya serta dipengaruhi masalah manajemen peternakan. Selain itu, dilaporkan adanya peningkatan kasus kematian pada broiler sejak pertengahan 2017. Investigasi kasus dilakukan Balai Besar Veteriner Wates dengan tujuan untuk mengetahui distribusi kasus di lapangan, penyebab penyakit, dan faktor resiko yang berkaitan dengan penurunan produksi telur dan kematian pada sentra peternakan unggas komersial di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Metodologi investigasi meliputi pemilihan daerah berdasarkan laporan kasus dan resiko penyakit di daerah populasi tinggi unggas komersial layer, broiler, dan ayam jawa super di 10 kabupaten (Kendal, Semarang, Karanganyar, Sleman, Bojonegoro, Lamongan, Tulungagung, Blitar, Kediri, dan Malang), pengambilan sampel, wawancara dengan peternak, dan uji laboratorium untuk diagnosis dan deteksi agen penyakit, serta identifikasi faktor resiko dengan pendekatan case-control study. Jumlah peternakan yang disurvei sebanyak 58 peternakan komersial Sektor-3, terdiri dari: 35 peternakan layer (550 ekor), 20 broiler (340 ekor), dan 3 jawa super (45 ekor). Definisi kasus ditetapkan berdasarkan tanda klinis: pada layer adalah penurunan produksi telur > 40% dengan atau tanpa disertai kematian; pada broiler dan jawa super adalah gangguan pernafasan, pencernaan, motorik, atau pertumbuhan diikuti kematian > 10%. Teridentifikasi 27 peternakan kasus (case) dan 31 peternakan non-kasus (control). Kasus pada layer terjadi sejak Maret 2017; kematian sporadik pada broiler terjadi pada Juli, September, Desember 2017 dan Januari 2018; dan kematian pada Jawa super terjadi pada November-Desember 2017. Kasus penurunan produksi telur > 40% ditemukan di semua kabupaten, dimana 14 dari 19 kasus pada layer (73.7%) memiliki tanda klinis gangguan pernafasan dan penurunan produksi. Pada broiler dan jawa super, 6 dari 8 kasus penyakit (75.0%) memiliki tanda klinis berak putih, stunting, kesusahan berjalan, dan kematian. Lebih dari 69% unggas layer menunjukkan respon antibodi tinggi (titer HI > 16) terhadap virus ND, AI subtipe H5 (AI-H5), dan AI subtipe H9 (AI-H9). Sebaliknya, proporsi antibodi tinggi terhadap ND, AI-H5, AIH9 pada unggas broiler dan jawa super bervariasi dari 7-51%. Virus AI-H9 tidak terdeteksi di semua peternakan, tetapi virus AI-H5, virus ND, bakteri Mycoplasma gallisepticum, parasit Eimeria sp., perubahan histopatologis inclusion body hepatitis (IBH), kadar protein kasar yang rendah (<18%), dan kandungan aflatoxin yang tinggi (>50 µg/Kg) berhasil dideteksi dari beberapa peternakan dengan tanda-tanda klinis di atas. Hasil ini mengindikasikan bahwa kasus penyakit pada unggas komersial tidak hanya disebabkan oleh infeksi tunggal agen, tetapi lebih bersifat multifaktor, melibatkan beberapa agen dan dipengaruhi kondisi lingkungan/manajemen peternakan. Investigasi lanjutan diperlukan untuk mengetahui apakah antibodi tinggi terhadap H9 disebabkan kekebalan vaksinasi atau akibat paparan infeksi virus AI H9 lapang. Biosekuriti dan manajemen, termasuk perbaikan mutu pakan dan peningkatan kekebalan unggas melalui vaksinasi, perlu ditingkatkan untuk mencegah kasus serupa di masa mendatang.
- ItemInvestigasi Kematian Sapi Mendadak Diduga Akibat Pneumonia di Tanjungsari, Gunungkidul(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Kusumo, Romli Ainul; Sari, Desi Puspita; Susanti, Asih; Setiyawati; Findayani, Lina; Widiyanto, Agus PujiTerdapat laporan dari masyarakat tentang adanya kematian sapi Rabu pagi 22 November 2017. Pelapor adalah sekaligus pemilik bernama Waginem, warga Dusun Wonosobo II, Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul. Anamnesa yang didapat hanya bahwa pemilik terakhir melihat dan memberi pakan sapinya pada sore sebelumnya dengan rumput kalanjana dan pollard. Pada saat itu kondisi sapi masih sehat, kemudian pemilik mendapati sapinya mati pada keesokan harinya. Keadaan kandang terlihat lembab dan kotoran menumpuk di dalam kandang, sehingga sapi sulit bergerak. Berdasarkan laporan dan keterangan dari pemilik, dilakukan bedah bangkai di lokasi kandang tempat sapi mati. Tanda yang terlihat adalah adanya leleran yang sedikit berbusa dari hidung dan bercampur sedikit darah. Perubahan makroskopik pada organ hanya terjadi pada paru-paru dan jantung, dimana keduanya terlihat hiperemia. Namun demikian tetap diambil beberapa sampel organ untuk mengetahui ada tidaknya perubahan mikroskopis pada organ, baik yang mengalami perubahan maupun yang tidak mengalami perubahan seperti misalnya ginjal, hati, dan usus serta diambil sampel isi rumen untuk mengetahui ada tidaknya residu pestisida. Sampel-sampel tersebut dibawa ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Yogyakarta untuk uji laboratorium lebih lanjut. Hasil pemeriksaan di laboratorium BBVet Wates menunjukkan tidak adanya residu pestisida pada pakan dan isi rumen sapi. Sedangkan dari pemeriksaan histopatologi, diketahui bahwa paru-paru dan ginjal mengalami hemoragi, hati terlihat degenerasi pada centrolobuler, sedangkan jantung mengalami kongesti. Pada isolasi bakteri terhadap sampel organ, ditemukan bakteri Streptococcus sp. pada hati dan paru-paru. Dari pengamatan kondisi kandang, hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, diduga bahwa sapi yang mati mendadak mengalami pneumonia.
- ItemIsolasi Virus Avian Influenza pada Sel Primer Chicken Embryo Fibroblast (CEF) dan Sel Kultur Mardin-Darby Bovine Kidney (MDBK)(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Sari, Desi Puspita; Irianingsih, Sri Handayani; Darul, M. AfdhalPada awal tahun 2018, banyak kasus penurunan produksi telur dan kematian pada unggas komersial yang dilaporkan di wilayah kerja BBVet Wates, sehingga jumlah permintaan uji isolasi virus AI bertambah dan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan Telur Ayam Berembrio SAN. Kajian isolasi virus Avian Influenza pada sel primer Chicken Embryo Fibroblast (CEF) dan sel kultur Mardin-Darby Bovine Kidney (MDBK) telah dilakukan di Laboratorium Virologi BBVet Wates. Kajian ini bertujuan untuk melihat perubahan dan respon titer HA sel primer CEF dan sel kultur MDBK yang diinokulasi virus Avian Influenza. Kajian ini dilakukan dengan metoda inokulasi virus AI pada media pertumbuhan sel primer CEF P2 dan sel kultur MDBK P142. Sel CEF dibuat dari 2 telur ayam berembrio (TAB) umur 10 hari. Setelah 24 jam 1 flask sel CEF dilakukan split ke microplate 24 well,sedangkan sel MDBK dikultur ke microplate 24 well dan flask 25 cm2. Isolat virus yang digunakan adalah A/Chicken/Sleman/BBVW-242/2017 dengan titer virus 16HA. Isolat virus diencerkan bertingkat dari 10-2 sampai 10-5 dan diinokulasikan pada sel CEF dan sel MDBK dengan 3 kali ulangan. Sel MDBK yang dikultur pada flask 25 cm2 diinokulasi virus enceran 10-2. Sel diinkubasi selama 4 hari pada suhu 37oC. Sel primer CEF dan sel kultur MDBK setelah 1 jam post infeksi tampak adanya perubahan sel (cytopathic effect/cpe). Virus AI dapat diisolasi pada sel primer CEF dengan titer virus 4HA pada inokulasi virus enceran 10-2 dan titer 2HA pada virus enceran 10-3. Pada sel kultur MDBK di microplate 24 well virus AI diidentifikasi pada pengenceran 10-2 dengan titer virus 2HA dan 10-3 dengan titer 4HA sedangkan sel kultur MDBK di flask 25 cm2 diperoleh titer virus lebih tinggi 64HA. Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa sel primer CEF dan sel kultur MDBK dapat digunakan sebagai media pertumbuhan untuk isolasi virus AI.
- ItemKewaspadaan dalam Penggunaan Fetal Bovine Serum Komersial yang Terkontaminasi Bovine Viral Diarrhea sebagai Suplemen Media Kultur Sel pada Pengujian Isolasi Pestivirus(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Irianingsih, Sri Handayani; Sari, Desi Puspita; Darul, Muhammad Afdhal; Famia, Zaza; Direktorat Kesehatan HewanKetersediaan fetal bovine serum (FBS) komersial sebagai suplemen media kultur sel di Indonesia saat ini masih bergantung pada importasi. Persyaratan bebas virus Bovine Viral Diarrhea (BVD) untuk pengujian isolasi virus BVD dan Classical Swine Fever (CSF) yang tergolong dalam Pestivirus harus dipenuhi sesuai dengan protokol pengujian. Evaluasi terhadap FBS komersial ini bertujuan untuk memberikan penilaian kesesuaian FBS sebagai suplemen media kultur sel berdasarkan adanya antibodi dan kontaminasi antigen dan/atau virus BVD. Sebanyak 9 batch FBS yang berasal dari 2 penyedia telah diuji ELISA antibodi dan antigen BVD, realtime RT-PCR virus BVD, dan multiplex nested PCR genotyping BVD, sedangkan 2 batch FBS diuji terhadap pertumbuhan virus BVD menggunakan kultur sel Madin Darby Bovine Kidney (MDBK). Hasil pengujian menunjukkan 9 batch FBS negatif antibodi BVD, 4 batch FBS positif antigen BVD, 9 batch FBS terkontaminasi virus BVD, dan 8 batch FBS diidentifikasi genotipe BVDV-1. Kultur sel MDBK yang dilakukan pertumbuhan sel hingga 3 kali pasase menggunakan 2 batch FBS sebagai suplemen media kultur sel menunjukkan positif virus BVD biotipe noncytopathic. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa sediaan FBS komersial telah terkontaminasi virus BVD dan terindikasi sebagai virus aktif, sehingga perlu lebih waspada dan selektif dalam menentukan FBS sebagai suplemen media kultur sel pada pengujian diagnostik, isolasi virus, dan analisis sekuensing virus BVD dan CSF yang termasuk dalam Genus Pestivirus.
- ItemProporsi Subtipe dan Clade Virus Avian Influenza dari Hasil Surveilans Berbasis Risiko pada Pasar Unggas Hidup di Kota Surabaya, Tahun 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Sari, Desi Puspita; Wibawa, Hendra; Famia, Zaza; I., Sri Handayani; Direktorat Kesehatan HewanPenelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang proporsi temuan subtipe dan clade virus AI dari hasil surveilans berbasis risiko pada pasar hidup di Kota Surabaya Tahun 2019. Pada tahun 2019 kegiatan surveilans AI di Pasar Unggas Hidup telah dilaksanakan di Kota Surabaya dengan target jumlah pasar yang disurvei berdasarkan perhitungan simple risk-based sampling menggunakan EpiTools (https://epitools.ausvet.com.au/). Pengambilan sampel swab lingkungan dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun yaitu pada bulan Mei dan Bulan Agustus. Masing-masing sebuah swab lingkungan yang diambil dari setiap pasar unggas hidup berupa swab meja dagang, keranjang, keranjang sampah, meja pemrosesan, pisau/ telenan, kain basah dan mesin pencabut bulu (total 6 swabs) kemudian dipool dalam 1 media transport virus. Sampel selanjutnya akan diuji dan deteksi ada tidaknya virus Influenza Type A, Subtype H5, Subtype H9, Subtype H7, N1, N6, N8 menggunakan teknik realtime reverse transcription PCR (qRT-PCR) di Laboratorium Bioteknologi dan teknik isolasi virus pada telur ayam bertunas di Laboratorium Virologi Balai Besar Veteriner Wates. Sampel swab lingkungan yang diperoleh pada bulan Mei sebanyak 45 pool dan 42 pool pada bulan Agustus. Pada bulan Mei diperoleh hasil bahwa virus AI yang banyak ditemukan di lingkungan pasar unggas hidup di kota Surabaya adalah virus AI subtipe H5 clade 2.1.3 sebanyak 70%, sedangkan pada bulan Agustus banyak ditemukan virus AI subtipe H5 clade 2.3.2 sebanyak 100%. Kejadian AI di lingkungan pasar unggas hidup pada bulan Agustus lebih tinggi dibandingkan bulan Mei, dengan terdeteksinya Influenza type A sebanyak 76% pada bulan Agustus dan 42% pada bulan Mei.