Browsing by Author "Rusli, Rusli"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya dan Pasca Panen Kemiri (Aleurites Moluccana Willd.) sebagai Bahan Bakar Bioenergi(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Ferry, Yulius; Towaha, Juniaty; Rusli, Rusli; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd ) tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Terbukti dengan beragamnya nama daerah dari kemiri. Tanaman kemiri ditanam sebagai tanaman reboisasi untuk menutupi bukit‐bukit di Jawa, buah kemiri banyak digunakan sebagai bumbu masak, minyaknya berkualitas tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 800 meter dpl dengan curah hujan 1 500 – 2 400 mm per tahun. Kemiri dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Tanaman kemiri mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun bila benih berasal dari biji (generatif) dan 2 tahun bila benih berasal dari perbanyakan vegetatif. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Rendemen minyak kemiri mencapai 55 – 65%, sehingga berpotensi digunakan sebagai sumber bahan baker bioenergi.
- ItemKebun Entres Karet dan Fungsinya sebagai Bahan Perbanyakan Tanaman Karet(IAARD Press, 2016) Ferry, Yulius; Rusli, Rusli; Syafaruddin, Syafaruddin; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman karet merupakan salah satu tanaman ekspor Indonesia, sebagai sumber mendapatan divisa negara dan sumber pendapat petani. Indonesia penghasil karet nomor 2 di dunia setelah Thailand dan Malaysia, ketiga negara tersebut membentuk organisasi karet TCRI untuk mengendalikan produksi karet dunia agar tidak over produksi. Produktivitas karet Indonesia lebih rendah dibandingkan ke dua negara di atas, sehingga daya saing karet Indonesia rendah. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas karet adalah masih rendahnya penggunaan klon unggul, baru sekitar 40%, terutama untuk perkebunan rakyat yang merupakan perkebunan yang dominan. Petani masih merasa sulit untuk memperoleh klon unggul tersebut, harga yang mahal dan tidak tersedia. Pemerintah untuk mempermudah tersedianya bibit klon unggul telah membangun kebun entres di beberapa lokasi. Kebun entres tersebut setelah dibangun di serahkan kepada kelompok tani untuk mengelolanya. Selain itu juga dilakukan pelatihan-pelatihan agar petani terampil dalam penyediaan bibit unggul. Buku ini disusun untuk membantu petani dalam mengelola k ebun entres karet. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan buku ini, yang disusun sedemikian rupa agar mudah dilaksanakan oleh petani sebagai pengguna utama teknologi tersebut.
- ItemPEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS(IAARD Press, 2014) Rusli, Rusli; Ferry, Yulius; Towaha, Juniaty; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKulit buah kakao (Theobroma cacao L.) merupakan limbah pengolahan biji kakao yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara produsen kakao ke-3 terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Komposisi buah kakao terdiri dari kulit buah sebanyak 73,7%; (b) pulpa sebanyak 10,1%; (c) plasenta sebanyak 2,0%; dan (d) biji sebanyak 14,2% sehingga dengan mengacu kepada produksi biji kakao Indonesia pada tahun 2012 yang mencapai 833.310 ton maka terdapat limbah kulit buah kakao sebanyak ± 4.324.996 ton/tahun. Selama ini limbah kulit buah kakao belum banyak dimanfaatkan, apabila dikelola dengan baik dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos sehingga memberikan nilai tambah dalam pengelolaan limbah buah kakao serta dapat meningkatkan pendapatan petani kakao.
- ItemPENGARUH PENGOLAHAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TEMU IRENG (Curcuma aeroginosa) DI ANTARA KELAPA GENJAH KUNING NIAS(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2005) Rusli, Rusli; Heryana, Nana; Randriani, Enny
- ItemPROSES PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI BUNGKIL(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Heryana, Nana; Usman, Usman; Rusli, Rusli; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarBungkil kemiri sunan merupakan komponen hasil cukup besar dari biji kemiri sunan, yaitu bisa mencapai 55 %. Kompos (pupuk organik) berasal dari limbah bungkil kemiri sunan merupakan sisa pengepresan minyak. Kualitas kompos tersebut dapat diperkaya dengan menggunakan dekomposer seperti EM‐4 atau Biotama 3 yang disertai dengan pemberian pupuk kandang yang sudah matang, gula pasir dan air secukupnya untuk mempertahankan tingkat kelembaban yang memadai sehingga proses pelapukan (dekomposisi) berlangsung dengan baik. Kendala dalam proses pembuatan pupuk organik dari bungkil kemiri sunan adalah sisa komponen minyak yang masih terdapat pada bungkil tersebut, karena merupakan senyawa yang sulit terdekomposisi. Dengan demikian masih diperlukan perbaikan teknologi pengepresan yang mampu mengeluarkan (ekstraksi) minyak sebanyak mungkin atau penambahan dekomposer (pengurai) spesifik terhadap sisa minyak yang masih tertinggal dalam bungkil kemiri sunan.