Browsing by Author "Rosmeika, Rosmeika"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemEvaluasi Kinerja Mesin Panen Padi Pada Lahan Pasang Surut(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2008-04) Sulistiadji, Koes; Rosmeika, Rosmeika; Gunanto, Andri; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianLahan pasang surut mempunyai potensi untuk ditanami padi, namun terbatasnya jumlah tenaga kerja untuk panen merupakan kendala yang harus diatasi. Saat ini di Indonesia berkembang tiga jenis mesin panen padi, yaitu stripper tipe Riding, stripper tipe Walking, dan mesin sabit mower. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja kerja mesin panen tersebut di lahan pasang surut. Metode yang digunakan adalah metode evaluasi kinerja teknis, pengamatan susut tercecer, dan analisis finansial. Data unjuk kerja teknis yang didapat adalah Stripper tipe Riding mempunyai kapasitas kerja lapang 2,5-4,2 jam/ha, efisiensi kerja lapang 52,52 %, dan losses 7,8 %. Sedangkan stripper tipe walking mempnyai kapasitas kerja lapang 7,5 jam/ha, efisiensi kerja 80 %, dan losses 1,68-2,10 %. Mesin sabit mower mempunyai kapasitas kerja lapang 18 jam/ha, efisiensi kerja 95,5 %, dan losses 0,35 %. Sedangkan analisis finansial menunjukkan bahwa tiga jenis mesin panen padi yang dievaluasi lebih murah dibandingkan cara panen padi manual.
- ItemKajian Proses Pengeringan Gabah Dengan Perangkat Analisis Eksergi(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2011-10) Rosmeika, Rosmeika; Widodo, Teguh Wikan; Nurhasanah, Ana; Harmanto, Harmanto; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianAnalisis eksergi digunakan untuk mencapai penggunaan sumber energi yang lebih efektif karena mampu menentukan kehilangan energi pada setiap tahapan proses. Analisis eksergi pada proses pengeringan merupakan perangkat penting untuk desain, analisis dan optimasi sistem termal. Penggunaan energi pada proses pengeringan adalah untuk menguapkan lengas air dalam bahan ke permukaan bahan dan selanjutnya di serap oleh aliran udara dengan suhu dan kelembaban tertentu. Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis eksergi pada proses pengeringan gabah. Metode analisis yang dipergunakan adalah pendekatan teoritis dart sistem pengeringan dengan memfomulasikan input dan output dart produk yang dikeringkan dan udara pengering kedalam persamaan kesetimbangan eksergi. Exergy inflow dan outflow cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya waktu proses pengeringan, sedangkan exergy flow rate untuk air dalam gabah cenderung menurun karena ikatan molekul air dalam gabah yang semakin kuat. Eksergi destruksi pun mengalami penurunan sejak awal pengeringan, sedangkan efisiensi eksergi cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya waktu proses pengeringan, dengan rata-rata efisiensi eksergi sebesar 30,9%. Efisiensi eksergi ini dapat ditingkatkan dengan cara melakukan re-sirkulasi udara keluar dari pengering karena RH masih cukup rendah dan meningkatkan efisiensi panas dart tungku sekam. Kata kunci: Analisis eksergi, proses pengeringan, tungku sekam, gabah
- ItemPengkajian Daur Hidup Ampas Tebu di Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta Menggunakan Metode Life Cycle Assessment (LCA)(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2009-10) Rosmeika, Rosmeika; Sutiarso, Lilik; Suratmo, Bandul; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPengkajian Daur Hidup Ampas Tebu di Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta Menggunakan Metode Life Cycle Assessment (LCA). Ampas Tebu sebagai hasil samping dari industri pengolahan gula tebu, memiliki potensi sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Untuk memanfaatkan ampas tebu secara optimal dan efisien, perlu dilakukan suatu analisis yang dapat menghitung kebutuhan dan penggunaan energi, serta ketersediaan energi dari ampas tebu dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Life Cycle Assessment (LCA) merupakan suatu metode untuk menyusun data secara lengkap, mengevaluasi dan mengkaji semua dampak yang terkait dengan produk, proses, dan aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daur hidup ampas tebu di Pabrik Gula Madukismo dengan metode Life Cycle Assessment (LCA). Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengambilan data dan melakukan analisis data menggunakan standar analisis LCA berdasarkan ISO seri 14040. Data yang diambil adalah yang berhubungan dengan konsumsi dan produksi energi pada proses produksi gula tebu dan pemanfaatan ampasnya untuk bahan bakar ketel uap di Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta. Hasil analisis menggunakan perangkat lunak LCA menunjukan bahwa input energi di stasiun gilingan dan stasiun ketel PG Madukismo lebih besar dibandingkan output energinya, dengan rasio energi secara berurutan adalah 0,84 dan 0,25. Untuk meningkatkan rasio energi perlu dilakukan minimalisasi penggunaan energi.
- ItemRancang Bangun Mesin Pengambilan Sampel (Core Sampler) Tebu Siap Giling(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2019-10-05) Rosmeika, Rosmeika; Triwahyudi, Sigit; Widodo, Teguh Wikan; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianMetode penetapan rendemen yang lebih transparan dan adil di pabrik gula sangat diperlukan untuk mendorong petani memproduksi tebu dengan rendemen yang tinggi. Suatu metode core sampler telah direkayasa untuk sistem penentuan rendemen nira individu. Metode ini mampu membedakan nilai nira dari masing-masing lori/truk. Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan rancang bangun mesin pengambil sampel (core sampler) tebu siap giling. Kegiatan rancang bangun dilaksanakan di laboratorium perekayasaan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Serpong. Rancangan mesin core sampler tebu siap giling diawali dengan penetapan parameter desain dan pembuatan gambar desain. Tahap berikutnya adalah pembuatan prototipe core sampler dan dilanjutkan dengan pengujian dan modifikasi prototipe serta analisis hasil uji. Uji kinerja dan uji fungsional core sampler tebu menghasilkan waktu tercepat per proses pengambilan sampel tebu rata-rata selama 9.99 detik diperoleh pada tekanan fluida hidrolik 8.96 MPa, akan tetapi kebutuhan daya terendah rata-rata (1.40 kW) diperoleh pada tekanan 6.90 MPa dan berat sampel tertinggi (1.62 kg) juga diperoleh pada tekanan 6.90 MPa. Keterampilan operator serta kerapatan dan kestabilan tumpukan tebu sangat berpengaruh pada hasil uji yang didapatkan. Dalam prakteknya, direkomendasikan untuk beroperasi pada tekanan 7,58 MPa yang menghasilkan konsistensi terbaik dari sampel tebu, baik dalam hal berat (1.30 kg) maupun persentase sampel utuh (72.36%).
- ItemRancang Bangun Mesin Perontok Padi Bermotor Tipe Lipat Menggunakan Drum Gigi Perontok TipeStripping Rasbar(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2008-10) Sulistiadji, Koes; Rosmeika, Rosmeika; Gunanto, Andri; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPeningkatan intensitas tanaman membutuhkan peningkatan tenaga kerja. Keterbatasan tenaga menuntut alternatif penggunaan tenaga mekanis. Diantara kegiatan budidaya padi kegiatan perontokan secara manual (gebot) memerlukan tersedianya tenaga manusia cukup besar dan merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan. Terdapat dua cara merontok padi, yaitu secara manual (gebot) dan secara mekanis menggunakan mesin perontok thresher. Merontok padi dengan cara gebot atau menggunakan thresher umumnya didahului dengan panen menggunakan sabit. Kapasitas kerja merontok menggunakan gebot tidak ada yang melampaui 100 kg/jam/orang, merontok menggunakan pedal thresher antara 90 sampai 120 kg/jam/orang, merontok dengan power thresher 600 sampai 1.000 kg/jam (tergantung kapasitas mesin yang dipergunakan). Terjadinya angka susut tercecer yang besar saat panen padi umumnya diakibatkan proses panen dilakukan menggunakan tenaga manusia, besarnya angka susut tercecer dapat ditekan apabila digunakan mesin bermotor, karena semua mesin panen padi bermotor dirancang dan direkayasa untuk menghasilkan susut tercecer dibawah 2 %, apabila angka tersebut terlampaui maka terdapat 3 alternatif kemungkinan kesalahan yaitu (a) kesalahan pada operator, (b) kesalahan desain mesin itu sendiri, dan (c) kondisi lingkungan kerja yang tidak sesuai. Terdapat banyak jenis dan tipe alsin perontok padi, dipakai diberbagai klas usaha tani padi mulai dari usaha tani klas subsisten, menengah dan klas besar (agribisnis). Mahalnya harga mesin perontok padi yang beredar di pasaraan di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh mahalnya harga enjin penggerak. Dari sekian banyak jenis dan tipe mesin perontok padi masih terdapat peluang untuk desain rekayasa mesin perontok yakni jenis mesin perontok dengan kemampuan kinerja diantara Pedal thresher (kapasitas kerja 100 kg/jam) dengan Power Thresher (kapasitas kerja 600 kg/jam). Tujuan penelitian ini adalah melakukan rancang bangun prototipe mesin thresher lipat tipe stripping raspbar menggunakan drum dengan 8 gigi, dengan kriteria : (a) kecepatan putar optimum drum 200 rpm, (b) kapasitas kerja 200 sampai 300 kg per jam untuk komoditas padi, (c) bobot keseluruhan prototipe relatif ringan, (d) menggunakan penggerak enjin bensin 2 HP, 3.600 rpm, (e) konsumsi bahan bakar irit, (f) susut tercecer dibawah 1 %, (g) biaya pokok operasional per kg, relatif lebih murah dibanding dengan perontokan secara manual (gebot).
- ItemRekayasa dan Pengembangan Mesin Rotavator untuk Penyiapan Lahan Sawah Rawa Pasang Surut(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2019-10-05) Harsono, Harsono; Budihastuti, MJ. Tjaturetno; Rosmeika, Rosmeika; Asari, Ahmad; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPengembangan pertanian lahan sub optimal rawa pasang surut merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan peningkatan produksi pertanian yang makin kompleks. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan rekayasa dan pengembangan mesin pengolah tanah spesifik lahan rawa yaitu crawler rotavator yang merupakan traktor amphibi dengan roda crawler dengan implemen pengolah tanah tipe rotari (rotary). Modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan dengan karakteristik lahan pasang surut dimana pada umumnya banyak vegetasi, sehingga diperlukan implemen rotari yang selain dapat mengolah tanah juga dapat memotong/mencacah vegetasi tersebut dengan baik sehingga hasil olah tanahnya lebih sempurna. Kegiatan kerekayasaan dilakukan melalui proses reverse engineering atau modifikasi komponen dan pengujian, baik uji fungsional maupun uji kinerja di lapang. Modifikasi bajak rotari dilakukan dengan mengganti satu baris pisau rotari tipe C dengan pisau pencacah tipe lurus. Untuk meningkatkan proses dekomposisi vegetasi hasil pemotongan, mesin rotavator ini dilengkapi dengan unit dekomposer. Pada pengujian lapang, penambahan pisau pencacah menunjukkan hasil cacahan vegetasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan bila hanya menggunakan pisau tipe C. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa kapasitas lapang mesin ini di lahan sawah adalah 2,79 jam/ha dengan konsumsi bahan bakar 7,52 liter/jam, dan di lahan kering 2,61 jam/ha dengan konsumsi bahan bakar 4,05 liter/jam. Pengujian fungsional unit dekomposer menunjukkan bahwa bagian pompa maupun nozzle dari unit ini telah berfungsi dengan baik untuk aplikasi dekomposer maupun pupuk cair. Pengaruh hasil pengaplikasian dekomposer dengan mesin rotavator terhadap proses dekomposisi belum diteliti secara detil, sehingga hasil yang diperoleh belum menunjukkan pengaruh yang signifikan.
- ItemRekayasa dan Pengembangan Mesin Rotavator untuk Penyiapan Lahan Sawah Rawa Pasang Surut(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2019-10) Harsono, Harsono; Budihastuti, MJ. Tjaturetno; Rosmeika, Rosmeika; Asari, Ahmad; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPengembangan pertanian lahan sub optimal rawa pasang surut merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan peningkatan produksi pertanian yang makin kompleks. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan rekayasa dan pengembangan mesin pengolah tanah spesifik lahan rawa yaitu crawler rotavator yang merupakan traktor amphibi dengan roda crawler dengan implemen pengolah tanah tipe rotari (rotary). Modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan dengan karakteristik lahan pasang surut dimana pada umumnya banyak vegetasi, sehingga diperlukan implemen rotari yang selain dapat mengolah tanah juga dapat memotong/mencacah vegetasi tersebut dengan baik sehingga hasil olah tanahnya lebih sempurna. Kegiatan kerekayasaan dilakukan melalui proses reverse engineering atau modifikasi komponen dan pengujian, baik uji fungsional maupun uji kinerja di lapang. Modifikasi bajak rotari dilakukan dengan mengganti satu baris pisau rotari tipe C dengan pisau pencacah tipe lurus. Untuk meningkatkan proses dekomposisi vegetasi hasil pemotongan, mesin rotavator ini dilengkapi dengan unit dekomposer. Pada pengujian lapang, penambahan pisau pencacah menunjukkan hasil cacahan vegetasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan bila hanya menggunakan pisau tipe C. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa kapasitas lapang mesin ini di lahan sawah adalah 2,79 jam/ha dengan konsumsi bahan bakar 7,52 liter/jam, dan di lahan kering 2,61 jam/ha dengan konsumsi bahan bakar 4,05 liter/jam. Pengujian fungsional unit dekomposer menunjukkan bahwa bagian pompa maupun nozzle dari unit ini telah berfungsi dengan baik untuk aplikasi dekomposer maupun pupuk cair. Pengaruh hasil pengaplikasian dekomposer dengan mesin rotavator terhadap proses dekomposisi belum diteliti secara detil, sehingga hasil yang diperoleh belum menunjukkan pengaruh yang signifikan.
- ItemUji Kinerja Unit Mesin Produksi Bio-Pellet Menggunakan Bahan Baku Sekam Padi(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2019-10-05) Widjaya, Elita R.; Triwahyudi, Sigit; Rosmeika, Rosmeika; Wibowo, Sigid Hadi; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPemanfaatan limbah padat pertanian terkadang terhambat pada karakteristik bahan itu sendiri yang bersifat kamba, mengakibatkan konversinya menjadi energi sulit dikontrol secara otomatis. Upaya untuk meningkatkan kualitas bahan bakar dari limbah padat pertanian adalah dengan cara mengubahnya menjadi bio-pellet. Bio-pellet ini dapat dijadikan substitusi komoditas pellet kayu yang telah ada di pasaran dan permintaannya semakin meningkat di pasar dunia. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah melakukan pengembangan unit mesin produksi bio-pellet dengan komponen mesin terdiri dari mesin pengecil ukuran, mesin pencampur dan mesin pencetak pellet kapasitas 100 Kg/jam. Pada makalah ini dikhususkan pada uji kinerja mesin yang dilakukan dengan menggunakan bahan baku sekam padi dengan dua perlakuan, yaitu dengan bahan pengikat tapioka 4% dan tanpa bahan pengikat. Proses pencetakan pellet sangat tergantung dari sifat bahan biomasa itu sendiri. Bio-pellet sekam dapat tercetak dengan kualitas yang baik ketika suhu ruang pengepres mencapai 60-80oC. Analisis kualitas Bio-pellet sekam memperlihatkan bahwa bahan pengikat tidak mempengaruhi panjang dan diameter pellet, namun mempengaruhi berat satuan pellet, dimana pellet dengan bahan pengikat rata-rata sedikit lebih berat dibandingkan tanpa bahan pengikat. Pellet setelah penyimpanan selama 14 hari memperlihatkan tidak terjadinya perubahan bentuk yang signifikan baik pellet yang dengan bahan pengikat maupun tanpa pengikat. Kadar air pellet yang dihasilkan rata-rata < 10%; perkiraan nilai kalor 14,4-15,2 MJ/kg; dan titik awal pembakaran (ignition point) 278oC, titik habis terbakar (burnout) 454oC.