Browsing by Author "Rieuwpassa, Alexander J"
Now showing 1 - 20 of 24
Results Per Page
Sort Options
- ItemEvaluasi Daya Hasil dan Adaptasi Varietas/Galur Harapan Kacang Hijau (Vigna radiata L) pada Lahan Kering di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian dilaksanakan di lahan kering milik petani desa Tawiri, Kotamadya Ambon dari Maret sampai Juli 1994. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sifat-sifat agronomis, daya hasil dan adaptasi dari 10 varietas unggul, 2 vaietas local dan 15 galur harapan kacang hijau. Galur yang diuji merupakan calon varietas unggul yang memiliki prospek baik dan sekaligus mengevaluasi kembali varietas yang sudah di lepas dan akan dijadikan sebagai pembanding. Varietas dan galur harapan yang diuji adalah varietas unggul (Bakti. No. 129, Merak, Manyar, Betet, Walet, Gelatik, Parkit, Nuri, Camar), varietas local (Papeda dan Topir), galur harapan (C1-4-6-0, C3-5-9-0, Eg-Dg-174-3, VC-1168A, VC-279A, VC 3178A, VC 3178A, VC 2768B, VC 2764A, VC2764B, VC 2754A, VC 1560D, VC 3912A, VC 1432E dan VC 1482C). penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri atas 27 varietas/galur harapan (sebagai perlakuan) dengan tiga ulangan. Setiap perlakuan ditempat pada petakan berukuran 2 m x 2 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur harapan VC 2764B dan varietas unggul Parkit mempunyai penampilan agonomis sangat baik, adaptif dilingkungan spesifik lahan kering dengan potensi hasil tertinggi berturut-turut 0,99 t/ha, sehingga berpotensi untuk dikembangkan pada agroekologi lahan kering di Maluku
- ItemIdentifikasi Pola Usahatani Lahan Kering Mendukung Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani di Kabupaten MTB (Studi kasus di Kec. Tanimbar Selatan)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Rieuwpassa, Alexander J; Susanto, Andriko Noto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuIdentifikasi pola usahatani lahan kering mendukung ketahanan Pangan rumah tangga tani di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2007, menggunakan metode survei, dan berlokasi di desa Ilngei, Wowonda, Translok Wesawak Kecamatan Tanimbar Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk (1) mengetahui pola usahatani lahan kering secara tradisional dan (2) mengetahui berapa besar kontribusi bahan pangan dari pola ini terhadap ketersediaan energi mendukung sistem ketahanan pangan rumah tangga tani di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola usahatani lahan kering di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola usahatani campuran (mix cropping), rata-rata luas lahan garapan petani 0,11 ha dengan kontribusi bahan pangan sebesar 1555,53 kg/tahun dan ketersediaan energi rata-rata 1048,58 kkal/org/tahun. Ketersediaan energi ini untuk kebutuhan per orang per hari masih belum memenuhi angka kebutuhan rata-rata yaitu 1600 kkal/org/hari (standar kecukupan energi), Rendahnya ketersediaan energi disebabkan karena petani belum menerapkan teknologi inovatif, terutama teknologi pola tanam dan teknologi budidaya dan luas lahan garapan sangat kecil (0,11 ha/petani)
- ItemKajian Penerapan Teknologi Inovatif PTT pada Padi Sawah Dalam Meningkatkan Produksi Mendukung Ketahanan Pangan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sirappa, Marthen P; Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penerapan teknologi PTT padi sawah pada beberapa varietas unggul telah dilaksanakan di desa Samal, kecamatan Seram Utara, kabupaten Maluku Tengah. Tujuan dari kajian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi PTT padi sawah terhadap hasil dan pendapatan petani. Pengkajian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2006 pada areal seluas 2 ha. Perlakuan yang dikaji adalah penerapan teknologi model PTT terutama penggunaan varietas unggul dan pemupukan yang berimbang. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi PTT memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan yang lebih besar dibanding teknologi yang biasa dilakukan petani setempat. Hasil rata-rata dari keempat varietas pada penerapan model PTT sekitar 7,15 t/ha dengan penerimaan dan keuntungan masing-masing sebesar Rp 10.725,000 dan Rp 5.609.750/ha, sedangkan teknologi petani hanya memberikan hasil rata-rata 5,30 t/ha dengan penerimaan dan keuntungan sebesar Rp 7.950.000 dan 3.574.900/ha. Penerapan teknologi PTT secara finansial layak karena memberikan nilai Gross B/C rasio > 1.
- ItemKajian Penggunaan Agrisimba pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabelo di desa Savanajaya. Provinsi Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian penggunaan Agrisimba dilaksanaan pada lahan sawah irigasi di desa Savanajaya, kabupaten Buru pada MT 2004, berlangsung dari Juli sampai Nopember 2004. Pengkajian bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan Agrisimba terhadap hasil gabah dan pendapatan petani. Penggunaan Agrisimba dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi pupuk NPK. Luas lahan yang digunakan sekitar 5 ha dengan melibatkan 9 petani koperator dan sebagai pembanding adalah 6 petani non koperator. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan Agrisimba memberikan hasil gabah dan pendapatan petani yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa Agrisimba. Rata-rata hasil gabah kering panen petani koperator yang menggunakan Agrisimba adalah 7,48 t sedangkan petani non koperator 5,30 t/ha. Pendapatan (keuntungan bersih) petani koperator juga lebih tinggi (Rp. 5.003.500/ha) dibandingkan dengan petani non koperator (Rp. 2.676.000/ha) dengan Gross B/C ratio berturut-turut sebesar 2,26 dan 1,73 dan MBCR 9,07
- ItemKeadaan tanah di Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Rieuwpassa, Alexander J; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian untuk mengidentifikasi tanah-tanah di pulau Selaru kabupaten Maluku tenggara Barat (MTB), provinsi Maluku, telah dilaksanakan pada tahun 2004. Dari hasil penelitian ditemukan 3 ordo tanah yang menurunkan sebanyak 7 subordo, 7 grup dan 9 subgrup tanah. Ordo entisol menurunkan 5 subgrup tanah yaitu Lithic Uslorthents, typic Udipsamments, Aguic Udipsamments, Typic Udifluvents, dan Typic Hidraquents. Ordo Mollisols menurunkan 3 sub grup tanah yaitu Typic Haplustolls dan Lithic Haprendolls. Ordo Alfisol hanya menurunkan subgroup Mollic Hapludalfs. Pada umumnya tanah-tanah tersebut belum mengalami perkembangan horizon dan memiliki solum tanah dari dangkal sampai dalam. Warna tanah bervariasi dari hitam, coklat kuning kekelabuan sampai coklat merah gelap, tekstur berpasir sampai liat, kosistensi lepas sampai lekat, kedalam perakaran efektif dangkal sampai dalam dan pH tanah netral sampai basa. Keadaan landform datar sampai berbukit
- ItemPeluang Pengembangan Pala Klonal di Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Rieuwpassa, Alexander J; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPala (Myristica faragrans Houtt.) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku dan termasuk tanaman penting di antara tanaman rempah lainnya karena menghasilkan dua produk bernilai ekonomi tinggi yaitu biji pala dan fuli. Luas areal pala di Maluku dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2001-2005) meningkat dari 8.467 ha dengan produksi 1.580 ton pada tahun 2001 menjadi 9.948 ha dengan produksi 1.998 ton pada tahun 2005, sehingga terjadi pertambahan luas areal rata-rata 2,89 % per tahun. Upaya peningkatan produksi dan ekspor pala di Maluku masih bisa dilakukan dengan penggantian tanaman yang sudah tua dan perluasan areal tanam. Upaya tersebut membutuhkan ketersediaan bibit yang banyak dan bermutu. Kendala utama dalam pengembangan tanaman pala dengan menggunakan biji yaitu masalah sex ratio dimana hampir setengah dari bahan tanam adalah berkelamin jantan yang tidak dapat menghasilkan buah, dapat diatasi dengan cara klonal. Pengembangan pala klonal (vegetatif) asal bibit cangkokan, grafting, mata tunas atau stek berdaun selain dapat mengatasi masalah sex ratio, juga dapat mempercepat masa berbunga (masa juvenil lebih pendek), meningkatkan produktivitas dan dapat memperbaiki kualitas produksi (mutu hasil). Pengembangan pala klonal di Maluku dapat dijadikan salah satu strategi percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah, sehingga sudah selayaknya untuk direalisasikan saat ini, mengingat bahwa sumberdaya lahan dan tenaga kerja cukup tersedia, sumberdaya genetik cukup banyak, teknologi inovatif untuk pengembangan sudah tersedia dan prospek pasar ke depan cukup cerah.
- ItemPenentuan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi menggunakan PUTK dan BWD(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2014) Rieuwpassa, Alexander J; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemPengaruh Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella) terhadap Produksi dan Pendapatan Petani (Study Kasus di Desa Ameth, Waru dan Usliapan Kec. TNS, Kab. Maluku Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Rieuwpassa, Alexander J; Senewe, Rein Estefanus; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKegiatan kajian kasus pengaruh serangan hama PBK (C. cramerella, S) terhadap produksi kakao, dilakukan di Desa Ameth, Waru, dan Usliapan Kecamatan Teon Nila Serua Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku pada bulan Nopember – Desember 2006. Penelitian menggunakan metode Rapid Rural Appraisal (PRA) dan observasi langsung di kebun kakao rakyat seluas 10 ha dengan melibatkan 10 petani responden, serta data sekunder dari Kecamtan dan Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan hama PBK berpengaruh terhadap produksi kakao. Rerata produksi kakao petani responden sebesar 913 kg/ha. Intensitas serangan hama PBK mencapai 82% dan kehilangan hasil 72% atau petani mengalami kerugian sebesar Rp. 4.601.520 /ha/tahun (Harga kakao Rp. 7000/kg ; per Desember 2006). Pada tingkat serangan berat dan sedang, rerata berat kering biji kakao berkisar 42,03 gr/100 biji dan 62,03 gr/100 biji.
- ItemPengaruh Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani (Study kasus di desa Waspait, Kecamatan Airbuaya Kab. Buru, Provinsi Maluku)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Masauna, E D; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKegiatan study kasus pengaruh serangan hama penggerek buak kakao (PBK) terhadap produksi dan pendapatan petani telah dilakukan di Desa Waspait, Kecamatan Airbuaya , Kabupaten Buru, Provinsi Maluku berlangsung November hingga Desember 2005 dengan menggunakan metode Rapid Rural Appraisal (PRA) dan observasi langsung di kebun kakao masyarakat setempat. Sepuluh orang petani dengan total luas lahan 10 ha, dipilih sebagai sampel guna memperoleh data primer. Data sekunder diperoleh dari kantor Kecamatan, Dinas Perkebunan Kabupaten Buru dan PPK setempat. Hasil penelitian menunjukan bahwa serangan hama PBK dapat menurunkan produksi dan pendapatan petani. Pada serangan hama PBK 96 % dengan intensitas serangan 66.7 %, petani kehilangan hasil sebesar 533.328 kg biji kering (97.08 %) dengan pendapatan sebesar Rp. 3 006 624./ ha /tahun. Apabila tanpa serangan produksi dapat mencapai 1058.08 kg dengan pendapatan sebesar Rp. 6 333 224.-/ha/tahun. Produksi dan pendapatan petani masih dapat ditingkatkan melalui perbaikan sistem usahatani dan penerapan pengendalian hama PBK sesuai teknologi anjuran.
- ItemPewilayahan Sistem Usahatani (Forming System Zone) pada Dataran Wai Apu di P. Buru. Prov. Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan pewilayahan system usahatani beserta alternatif pengelolaan lahan untuk mengatasi factor pembatas pertumbuhan pada tanah-tanah pertanian di dataran Wai Apu, Pulau Buru telah dilakukan pada area seluas 25.400 ha. Evaluasi lahan dilakukan pada setiap satuan peta tanah (SPT yang didelineasi berdasarkan pendekatan landscape mapping. Sedangkan arahan penggunaan lahan didasarkan pada pertimbangan teknis, ekonomi dan kelas kesesuaian lahan yang paling baik untuk suatu jenis komoditas atau kelompok komoditas pada setiap SPT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di dataran Wai Apu diarahkan untuk pertanian lahan bawah (padi sawah) seluas 16.033 ha (63%), usahatani padi sawah dan sayuran (cabe, tomat dan kacang panjang seluas 1.168 ha (63%), usahatani lahan kering (padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas 533 ha (2,1%), perkebunan kelapa seluas 2.210 ha(8,7%) dan hutan konservasi seluas 6.654 ha (26,2%). Factor pembatas pertumbuhan yang ditemukan adalah retensi hara, ketesediaan oksigen, media perakaran, bahaya sulfidik, bahaya banjir dan erosi. Pengelolaan lahan dapat dilakukan dengan pengapuran pemberian pupuk organik/anorganik pembuatan talid pengendali banjir, membuat saluran drainase dan melakukan system pengolahan tanah konservasi
- ItemPola Konsumsi Pangan Masyarakat Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel) Kabupaten MTB(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Joris, Lily; Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKondisi terpenuhinya pangan bagi tiap orang maupun rumah tangga, tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau. Salah satu indikator dari kualitas sumberdaya manusia yang dapat diukur adalah konsumsi energi dan protein. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Propinsi Maluku pada bulan agustus 2007. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 15 rumah tangga, yang penentuannya dilakukan secara acak. Survei pada tingkat rumah tangga menggunakan metode recall 1x 24 jam, untuk memperoleh data tingkat konsumsi energi dan protein, frekuensi makan, keragaman jenis pangan yang dikonsumsi cara pengolahan dan penyiapan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat di Kecamatan Tanimbar Selatan adalah pola pangan campuran, dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 1731kkal/kap/hr dan protein sebesar 43,86 gram/kap/hr masih berada dibawah target nasional yang ditetapkan, Skor berdasarkan sumbangan energi untuk tiap kelompok pangan diperoleh nilai sebesar 68,5 dari target nasional saat ini sebesar 79,1
- ItemPotensi dan Arahan Penggunaan Lahan untuk Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering di Pulau Selaru. MTB(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Sirappa, Marthen P; Susanto, Andriko Noto; Rieuwpassa, Alexander J; Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini dilakukan di pulau Selaru, kabupaten Maluku Tenggara Barat pada tahun anggaran 2004. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi lahan dalam kaitannya dengan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lahan pulau Selaru Maluku Tenggara Barat untuk pengembangan pertanian tanaman pangan lahan kering adalah padi gogo 28.312 ha, jagung 19.330 ha, kacang tanah 19.330 ha, kacang ijo 19.330 ha, ubi jalar 19.330 ha, yams dan cococyams (uwi/kumbili dan keladi/talas) 28.312 ha dengan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Faktor pembatas utama penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering antara lain temperature (suhu rata-rata tahunan) tinggi, media perakaran (drainase tanah sedang, solum tanah dangkal, tekstur agak berat), retensi hara (pH tanah agak alkalis sampai alkalis), tingkat bahaya erosi rendah sampai sedang, dan terrain (berombak batuan pada permukaan tanah dan singkapan batuan). Arahan penggunaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering di pulau Selaru, MTB adalah : (1) palawija dan umbi-umbian dengan komoditas utama jagung, kacang hijau, dan uwi/kumbili dan keladi seluas 5.299 ha, (2) padi gogo dan umbi-umbian dengan komoditas utama padi gogo dan uwi/kumbili dan keladi seluas 8.982 ha, dan (3) palawja dengan komoditas utama kacang tanah dan kacang hijau seluas 14.031 ha. Dalam pengelolaan lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering perlu memperhatikan fungsi kelestarian sumberdaya lahan agar tetap lestari dan berkelanjutan
- ItemPotensi Lahan untuk Tanaman Padi Gogo di Lahan Kering Pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Susanto, Andriko Noto; Waas, Edwen Donal; Sirappa, Marthen P; Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian bertujuan menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas Padi Gogo di lahan kering Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Penelitian kelas kesesuan lahan dilakukan secara kualitatif yaitu mencocokan kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh Padi Gogo. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari total luas lahan 32.217 ha di Pulau Selaru, termasuk dalam kelas cukup sesuai (S2) seluas 8.982 ha (27,88 %), lahan sesuai marginal (S3) 19.330 ha (60,0 %), dan lahan yang tidak sesuai (N) 3.905 ha (12,12 %). Faktor pembatas pertumbuhan adalah retensi hara, media perakaran, bahaya erosi, dan bahaya banjir.
- ItemProspek dan Strategi Pengembangan Ubi Kayu Mendukung Ketahanan Pangan Lokal di Kabupaten Maluku Tenggara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Rieuwpassa, Alexander J; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKetersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas yang memadai dan tingkat harga yang terjangkau oleh penduduk merupakan sasaran dan target yang ingin dicapai dalam penyusunan dan perumusan kebijakan pangan nasional. Ketidakstabilan penyediaan pangan atau bergejolaknya harga pangan di suatu daerah dapat memicu munculnya ketidakstabilan sosial. Upaya pencukupan penyediaan pangan pokok guna mewujudkan ketahanan pangan, didasarkan pada swasembada pangan pokok masing-masing lokasi dan daerah. Ubikayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang memiliki daya adaptasi luas dan usahatani relatif mudah, disamping penggunaannya lebih beragam, baik untuk pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Di Maluku Tenggara, ubikayu merupakan makanan pokok bagi penduduk setempat. Sejak leluhur tanaman ini telah dibudidayakan dan dikonsumsi dalam bentuk segar maupun dalam bentuk produk olahan yang namanya “enbal”. Perkembangan luas panen ubikayu dalam kurun waktu enam tahun terakhir (2000-2005) mengalami kenaikan yang pesat yaitu dari 668 ha pada tahun 2000 menjadi 2040 ha pada tahun 2005 dengan ratar-rata produksi umbi basah 2800 ton pada tahun 2000 dan 24480 ton pada tahun 2005. Rata rata produksi yang dicapai masih rendah (8 ton/ha) bila dibandingkan dengan potensi hasil yang dapat mencapai 100 ton/ha umbi basah. Potensi lahan untuk pengembangan ubikayu di Maluku Tenggara masih luas yaitu 5161,78 ha untuk sistem pertanian lahan kering dengan kemiringan lereng 3 – 8 %. Namun, baru 10.58 % dari total lahan tersedia yang telah digunakan untuk usahatani ubikayu, sehingga masih berpeluang untuk pengembangan secara ekstensifikasi. Dalam usaha mendukung ketahanan pangan lokal bagi penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara perlu dilakukan pengembangan ubikayu melalui perluasan areal tanam (PAT) dan usaha intensifikasi dengan menggunakan varietas unggul ubikayu berpotensi hasil tinggi, disamping itu kegiatan industri rumah tangga pembuatan enbal perlu mendapat perhatian serius untuk meningkatkan pendapatan petani.
- ItemRoad Map Pengembangan Pala Di Kabupaten Seram Bagian Timur(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2011) Rieuwpassa, Alexander J; Hutuely, Luthfie; Titahena, Max L J
- ItemTeknologi Budidaya bayam(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2015) Rieuwpassa, Alexander J; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemTeknologi Budidaya Cabai(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2017) Rieuwpassa, Alexander J; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemTeknologi Budidaya Caisim/Sawi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2015) Rieuwpassa, Alexander J; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemTeknologi budidaya cengkeh(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2007) Rieuwpassa, Alexander J; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku
- ItemTeknologi Budidaya Kangkung(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, 2015) Rieuwpassa, Alexander J; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku