Browsing by Author "Raharjo, Budi"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemPengaruh Kapasitas Kerja Terhadap Biaya Pengeringan Gabah Menggunakan Box Dryer(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Raharjo, Budi; Sutrisno; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPada kegiatan pengeringan gabah terdapat kecenderungan bahwa semakin besar kapasitas kerja, maka biaya pengeringan akan semakin menurun. Dengan demikian maka hal tersebut akan berdampak terhadap perolehan keuntungan yang lebih besar. Semakin menurunnya biaya pengeringan tersebut dapat terjadi selain akibat dari semakin optimalnya penggunaan energi termal yang dihasilkan, juga dari biaya tetap yang dapat dimanfaatkan secara efisien. Dari hasil iji coba pengeringan gabah dengan menggunakan box dryer bahan bakar sekam (BBS) di berbagai lokasiu di BB Padi (2003), Batu Rimpang, NTB (2004, 2005), Binong, Jawa Barat (2004, 2006), Upang, Sumatera Selatan (2005), dan Banten (2006) menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas kerja, maka penggunaan bahan bakar sekam semakin efisien. Untuk kapasitas kerja sama dengan kapasitas kerja maksimum dari box dryer yaitu sebesar 3 t GKP, 1 kg sekam dapat mengeringkan sekitar 19 kg gabah, namun pada kapasitas kerja yang lebih rendah yaitu sekitar 1.228 kg, maka 1 kg sekam hanya dapat mengeringkan gabah sekitar 7,5 kg. Akibatnya biya pengeringan juga akan mengalami peningkatan. Apabila kapasitas kerja alat sesuai dengan kapasitas kerja maksimum, yaitu sebesar 3 t GKP, maka biaya pengeringan sekitar Rp. 23,07/kg GKP (biaya penjemuran rata-rata dari berbagai lokasi sekitar Rp. 30,00/kg GKP); untuk kapasitas kerja alat sebesar 1.228 kg maka biaya pengeringan gabah akan meningkat menjadi Rp. 60,74/kg GKP. Hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh.
- ItemPengelolaan Lahan dan Air dalam Pemanfataan Lahan Sulfat Masam dengan cara Pengendalian Pirit (FeS2)(BPTP Jambi, 2003) Raharjo, Budi; Sri Ratmini, NP; BPTP JambiLahan sulfat masam merupakan salah satu alternatif pilihan dalam pengembangan lahan pertanian setelah lahan-lahan subur beralih fungsi. Namun dalam pengembangannya menghadapi permasalahan yang sangat komplek.
- ItemPengeringan Gabah Varietas Muncul (Bentuk Butir Bulat) untuk Mendapatkan Rendemen dan Mutu Beras Giling Tinggi(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sutrisno; Raharjo, Budi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi pada bulan Juli 2006. Bahan yang digunakan yaitu gabah varietas Muncul hasil panen di petani daerah Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada musim panen MK 2006. Gabah kering panen (GKP) sebanyak 800 kg dengan kadar air awal 27,11 % dikeringkan dengan 2 cara yaitu menggunakan mesin pengering box dryer BBM dan penjemuran, masing-masing menggunakan gabah sebanyak 400 kg. Pengeringan dengan mesin menggunakan suhu pengeringan rata-rata 40 °C, kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabah sebesar 7,00 m/menit; berlangsung selama 12 jam untuk menurunkan kadar air gabah dari 27,11 % menjadai 12,55 %. Penelitian pengeringan menggunakan metoda pengeringan biji-bijian lapisan tipis; Parameter pengeringan gabah yang diukur antara lain : suhu udara lingkungan meliputi suhu bola kering (Tbk) dan suhu bola basah (Tbb), suhu udara di dalam plenum (Tpl), suhu gabah per lapis, meliputi lapis bawah (TB), lapis tengah (TT), lapis atas (TA); suhu exhaust (Te); kadar air gabah per lapis meliputi gabah lapis bawah (MB), lapis tengah (MT), dan lapis atas (MA). Pengukuran parameter pengeringan tersebut dilakukan setiap jam selama proses pengeringan berlangsung. Untuk penjemuran, menggunakan alas terbuat dari semen, tebal gabah 2-3 cm, dan pembalikan gabah dilakukan setiap 2 jam selama penjemuran berlangsung. Parameter yang diukur yaitu suhu dan kadar air gabah. Proses penjemuran berlangsung selama 10 jam, dengan suhu rata-rata 37,79 °C untuk menurunkan kadar air gabah dari 27,11 % menjadi 13,40 %.Test penggilingan dilakukan setelah gabah kering diistirahatkan selama minimal 12 jam terhitung dari saat pengeringan dihentikan. Test penggilingan menggunakan Rice Milling Unit (RMU) skala komersial, tipe double-pass, milik petani setempat dengan komposisi : Husker-Separator-Polisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padi varietas Muncul (bentuk butir bulat) mempunyai potensi yang lebih baik terhadap rendemen dan mutu beras giling pada kadar air giling yang lebih tinggi. Pada kadar air giling 13,40 %, rendemen dan mutu beras giling yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan pada kadar air giling yang lebih rendah yaitu 12,55 %. Rendemen dan persentase beras kepala yang dihasilkan pada kadar air giling 13,40 % yaitu berturut-turut 68,47 % dan 65,55 %; sedangkan pada kadar air giling 12,55 % berturut-turut 67,01 % dan 56,74 %.
- ItemPerbedaan Tebal Tumpukan Gabah Terhadap Tingkat Keseragaman Kadar Air Pada Pengeringan Gabah Menggunakan Box Dryer(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sutrisno; Raharjo, Budi; Hutapea, Yanter; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuMesin pengering padi “box Dryer” dikenal mempunyai konstruksi yang sederhana serta mudah dalam pengoperasiannya. Petani dapat membuatnya sendiri dengan bantuan bengkel setempat. Hal ini sangat berbeda dengan mesin pengering padi model lainnya yang umumnya berkonstruksi lebih rumit. Mengeringkan padi dengan menggunakan box driyer tidak memerlukan pembalikan jika tebal tumpukan ≤ 50 cm. Kelemahan utama dari box driyer adalah kadar air gabah yang dikeringkan tidak seragam antar lapisan bawah sampai atas. Namun demikian kelemahan ini dapat diatasi dengan jalan meningkatkan kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabah. Semakin cepat aliran udara pengering menembuas tumpukan gabah, maka variasi kadar air antara lapisan atas dan lapisan bawah mnejadi berkurang. Perbedaan kecepatan aliran udara pengering yang dimaksud untuk box dryer dengan blower digerakkan oleh motor listrik, diperoleh dengan cara pengoperasian pengeringan gabah dengan kapasitas kerja yang berbeda-beda atau ketebalan tumpukan gabah yang berbeda-beda. Penelitian dilakukan di bagian Prosessing Balai Besar padi pada bulan Maret 2004. Bahan yang digunakan adalah gabah kering panen (GKP) varietas Fatmawati hasil panen musim hujan 2003/2004. Pengeringan gabah dilakukan dengan tujuan untuk memproduksi benih. Kapasitas kerja mesin terdiri dari 3 macam yaitu 1,672 kg; 1,301 kg; dan 466,5 kg GKP. Mesin pengering yang digunakan adalah box dryer dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan blower digerakkan oleh motor listrik, sehingga kecepatan putarnya konstan. Bak pengering berukuran (p x l x t) 360 x 182 x 100 cm sehingga tebal tumpukan gabah dari ketiga macam kapasitas kerja diatas adalah berturut-turut 48 cm; 38 cm dan 12 cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabag pada akhir pengeringan adalah berturut-turut : 79 %; 88,3 % dan 91,4 %; pada level kadar air pengering benih berturut-turut : 10,93 % ; 10,43 %; waktu yang diperlukan untuk pengeringan adalah berturut-turut 12 jam; 10 jam dan 8 jam.
- ItemStudi Pengaruh Pencucian Dan Pengapuran Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Dalam Pengelolaan Lahan Salin(BPTP Jambi, 2005) Raharjo, Budi; Sri Ratmini, N.P; Purnamayani, Rima; BPTP JambiRecently, the study of utilization of marginally land becomes important for increasing and supporting natinal food production. Tidal land has potency to develop as new agriculture area. One of typology of tidal land is saline land.