Browsing by Author "R. Smith Simatupang"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemCARA PENGOLAHAN TANAH, PEMBERIAN MULSA DAN KOMPOS PADA TANAMAN MENTIMUN DI LAHAN RAWA LEBAK(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) R. Smith Simatupang; HIDAYAT DJ NOOR; Y. RAIHANASalah satu masalah yang menjadi faktor pembatas pada tanaman budidaya di lahan rawa łebak adalah kekeringan. Tananłan menjadi mati atau gagal panen sering terjadi, oleh karena iłu diperlukan teknologi yang dapat mengendalikan kelembaban tanah sehingga tanaman tidak kekeringan. Salah satu cara adalah melalui pemberian mulsa dan kompos atau dengan cara pengolahan tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pengolahan tanah dan pemberian mulsa serta kompos dałam hubungannya dengan kadar air tanah dan pertumbuhan tanaman mentimun di lahan rawa łebak. Penelitian telah dilakukan di lahan rawa łebak tengahan di Desa Tawar Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada MK. 2006. Dua cara pengolahan tanah dan beberapa cara pengelolaan lengas tanah diteliti menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Tanaman mentimun verietas Hercules ditanam pada petak percobaan berukuran 1,5 m x 5,0 m dengan jarak tanam 50 cm x 100 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah tanah minimum (OTM) dan pemberian mulsa serasah sebanyak 6,0 t/ha mampu mempertahankan kadar air tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman mentimun. Kata kunci : pengolahan tanah, mulsa dan kompos, mentimun, rawa łebak
- ItemPEMBUKAAN DAN PENYIAPAN LAHAN UNTUK BUDI DAYA KEDELAI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2014) R. Smith Simatupang; Muhammad Alwiembukaan lahan pada kawasan lahan rawa pasang surut selalu diikut dengan reklamasi lahan. Reklamasi dilakukan dengan membangun saluran saluran, yakni saluran primer, sekunder, dan tersier oleh Kementerian PU dengan beberapa sistem yakni sistem handil, anjir, garpu, dan siir Pengelolaan air dibagi dalam skala makro dan skala mikro. Pada sistem pertanian, kegiatan paling awal adalah pembersihan lahan (land clearing dilanjutkan dengan kegiatan penyiapan lahan (land preparation). Pembukaan lahan gambut/bergambut, potensial dan sulfat masam pada prinsipnya hampir sama yakni melakukan penebangan hutan kayu, pembersihan lahan dan pembuatan saluran. Hanya saja pada lahan gambut karena sifatnya rapuh dan rentan terhadap kebakaran maka perlu kehati-hatian agar lahan tidak mengalami degradasi. Hal yang sama juga untuk tanah sulfat masam karena adanya lapisan pirit (FeS) pada bagian lapisan bawah. Pembuka lahan harus dilakukan mengacu kepada konservasi sumber daya lahan untuk menghindari degradasi lahan. Tereksposenya pirit ke permukaan tanah akan mengakibatkan oksidasi pirit yang menghasilkan senyawa racun dan memasamkan tanah sehingga produktivitas lahan menjadi turun. Penyiapan lahan pada lahan bukaan baru maupun lahan yang telah lama dimanfaatkan harus mengacu kepada konservasi tanah. Hal ini bertujuan untuk menjamin keberlanjutan sistem budi daya yang dikembangkan pada kawasan tersebut Pada lahan gambut/bergambut, penerapan sistem olah tanah konservasi dapat mengendalikan subsidensi dan menunjukkan kinerja lebih baik dibanding dengan sistem olah tanah intensif (OTI). Pada lahan mineral khususnya lahan sulfat masam, sistem penyiapan lahan harus memperhatikan keberadaan pintu di dalam tanah. Olah tanah intensif bisa dilakukan tetapi kedalamannya tidak lebih dari 20 cm. Penerapan sistem olah tanah konservasi, yakni olah tanah minimum (OTM), olah tanah bermulsa (OTB) dan tanpa olah tanah (TOT) dengan menggunakan herbisida merupakan inovasi teknologi yang bisa dikembangkan dalam menyiapkan lahan untuk tanaman kedelai
- ItemTEKNOLOGI INOVATIF PENINGKATAN PRODUKTIV ITAS JAGUNG DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) R. Smith Simatupang; Isri HayatiJagung merupakan salah satu komoditas strategis dan memiliki nilai penting dalam sistem perekonomian nasional. Oleh karena itu, produksi agung nasional terus ditingkatkan agar tercipta swasembada secara berkelanjutan. Upaya khusus peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah mengupayakan untuk meningkatkan produktivitas jagung rata-rata dari 4,68 ton/ha menjadi 5,0 ton/ha bahkan lebih pada lahan eksisting maupun bukaan baru. Ekstensifikasi dilakukan selain pada lahan kering juga dilakukan di lahan rawa pasang surut yang sesuai untuk pengembangan jagung. Lahan rawa pasang surut yang sesuai dan potensial untuk pengembangan tanaman jagung cukup luas. Secara teknis agronomis pengembangan komoditas jagung di lahan rawa pasang surut dapat dilakukan, inovasi teknologi budi daya jagung sudah tersedia dan siap dikembangkan. Pengembangan jagung diarahkan pada lahan rawa pasang surut tipe luapan C dan B, diperkirakan luasnya mencapai 2,57 juta hektar terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Teknologi inovatif di antaranya penyiapan lahan dan pengolahan tanah, ameliorasi dan pemupukan, pengelolaan air, sistem tanam, pemeliharaan tanaman, penggunaan benih bermutu dan varietas