Browsing by Author "Putra, Hamdu Hamjaya"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemInvestigasi Kasus Rabies di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara pada Februari 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Putra, Hamdu Hamjaya; Siswani; Hendrawati, Ferra; FaisalPeningkatan kejadian gigitan hewan penular rabies (HPR) di wilayah Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara dilaporkan pada tanggal 4 Februari 2019. Rabies merupakan penyakit zoonosis berbahayayang menular melalui gigitan HPR dan menyebabkan kematian pada manusia. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan diperoleh informasi bahwa kasus gigitan dimulai pada awal bulan Februari 2019, di Desa Lowalatu, Kecamatan Ngapa. Tim investigasi Balai Besar Veteriner Maros bekerja sama dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan, Karantina dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara melakukan penelusuran kasus dan pencarian kasus aktif. Terdapat laporan 25 kasus gigitan HPR dari awal Januari hingga 16 Februari 2019. Kegiatan investigasi wabah ini bertujuan mengidentifi kasi rute transmisi kasus rabies, faktor risiko yang berperan dalam penyebaran penyakit dan pemberian saran tindakan pengendalian wabah. Kegiatan ini didapatkan sampel otak sebanyak 2 spesimen dan serum 5 spesimen dari HPR di sekitar lokasi kasus gigitan. Hasil pengujian terhadap sampel di laboratorium Virologi BBVet Maros didapatkan hasil positif rabies dari spesimen otak dengan metode fl uorescent antibody technique (FAT) dan seronegatif terhadap serum dengan uji enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tindakan pengendalian wabah di Kolaka Utara sudah dilakukan diantaranya eliminasi anjing liar, vaksinasi darurat di daerah kasus, serta sosisalisasi kepada warga masyarakat. Rekomendasi saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan kerja sama lintas sektoral berupa komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang bahaya penyakit rabies, pengawasan lalu lintas HPR dari dan ke wilayah wabah, serta pelaporan cepat apabila ada kasus gigitan HPR di lapangan.
- ItemKasus Kematian Ayam Petelur terduga Avian Influenza di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang pada Februari 2020(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Putra, Hamdu Hamjaya; Purnomowati, Emy; Hendrawati, Ferra; Fatie, Yuliana; Ratna; Direktorat Kesehatan HewanKasus kematian ayam petelur terduga Avian Influenza (AI) di Kabupaten Sidenreng Rappang dilaporkan meningkat sejak Februari 2020. Kasus tersebut disertai penurunan produksi telur sampai 60% dan menjadi perhatian bagi peternak dan pemerintah daerah Investigasi kasus dilakukan bertujuan untuk identifikasi penyabab kematian pada ayam petelur di Kecamatan Panca Rijang dalam upaya pencegahan dan pengendalian wabah. Penelusuran kasus dengan wawancara dan pengambilan sampel dilakukan pada tiga peternakan di Desa Bulo, satu peternakan di Desa Bulo Wattang dan Desa Cipotakari, Kecamatan Panca Rijang, berdasarkan laporan kepada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidenreng Rappang. Sampel berupa serum, swab dan organ diambil dari ayam yang sakit dalam satu kelompok kandang. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel berupa uji isolasi, haemaglutination inhibition (HI) dan uji polymerase chain reaction (PCR) kemudian dilakukan analisa secara deskriptif. Hasil penelusuran ditemukan adanya kematian disertai penurunan produksi pada lima peternakan. Sampel yang didapat yaitu serum 53 spesimen, swab oropharing 53 spesimen, swab lingkungan 1 pool, organ 1 pool dalam media transport dan formalin. Hasil pengujian laboratorium terkonfirmasi positif AI subtipe H5N1 clade 2.1.3 dan 2.3.2 terhadap empat peternakan serta satu peternakan positif Newcastle Disease (ND). Hasil perhitungan titer antibodi dari sampel serum ditemukan seropositif pada ayam yang divaksin dan seronegatif pada ayam yang mengalami kasus. Rute penularan penyakit berasal dari bangkai yang dibuang ke sungai maupun peralatan kandang yang terkontaminasi virus menyebar ke peternakan lain melalui burung liar, vektor lalat dan petugas kandang. Faktor risiko terjadinya kasus diantaranya biosekuriti yang buruk, tidak ada program vaksinasi rutin, kepadatan populasi ayam, dan kurangnya kebersihan kandang. Tindakan pengendalian kasus di Kecamatan Panca Rijang sudah dilakukan diantaranya eliminasi unggas sakit, vaksinasi ayam sehat sekitar lokasi kasus, serta sosisalisasi penanganan bangkai kepada masyarakat. Rekomendasi saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan kerja sama lintas sektoral berupa komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang penanganan dan pengendalian, pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke wilayah kasus, serta pelaporan cepat perkembangan kasus di lapangan.
- ItemKasus Kematian Sapi Belgian Blue di Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa pada Mei 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-07) Putra, Hamdu Hamjaya; Fatie, Yuliana; Arifuddin; Balai Besar Veteriner Marosian (Polbangtan Gowa) pada hari Jumat, 7 Mei 2021. Kasus kematian sapi Belgian Blue kedua terjadi pada hari Senin, 10 Mei 2021 dalam satu kandang yang sama. Investigasi kasus dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian pada Sapi Belgian Blue dan memberikan rekomendasi terhadap penanganan kasus. Tim investigasi melakukan penelusuran dan pengambilan sampel hewan dari sapi. Sampel berupa serum, darah EDTA, ulas darah, potongan telinga, lalat dan feses. Sapi menunjukkan gejala penurunan nafsu makan sejak satu minggu terakhir, terlihat kurus dan sebelum terjadi kematian sapi megalami ambruk atau tidak mampu berdiri. Hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel darah dan organ tidak teridentifikasi infeksi bakteri, hasil pemeriksaan ulas darah dan feses juga tidak terkonfirmasi adanya parasit darah dan gastrointestinal. Beberapa faktor yang memicu gejala klinis dan kematian pada sapi Belgian Blue antara lain defisiensi nutrisi dalam pakan atau malnutrisi, perubahan suhu dan cuaca yang ekstrem, serta infestasi ektoparasit pada sapi dalam jangka panjang. Semua pihak yang terlibat dalam pemeliharaan sapi perlu memperhatikan kembali manajemen kandang, pemeliharaan serta kesehatan sapi ras Belgian Blue. Pemerintah dan instansi terkait perlu menindaklanjuti kasus kematian dan mengevaluasi kembali keberlangsungan perkembangan sapi Belgian Blue sebagai calon bibit unggul di Indonesia.
- ItemKasus Kematian Sapi Belgian Blue di Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa pada Mei 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Putra, Hamdu Hamjaya; Fatie, Yuliana; Nicholas; Arifuddin; Balai Besar Veteriner MarosKasus kematian sapi Belgian Blue pertama dilaporkan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan Gowa) pada hari Jumat, 7 Mei 2021. Kasus kematian sapi Belgian Blue kedua terjadi pada hari Senin, 10 Mei 2021 dalam satu kandang yang sama. Investigasi kasus dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian pada Sapi Belgian Blue dan memberikan rekomendasi terhadap penanganan kasus. Tim investigasi melakukan penelusuran dan pengambilan sampel hewan dari sapi. Sampel berupa serum, darah EDTA, ulas darah, potongan telinga, lalat dan feses. Sapi menunjukkan gejala penurunan nafsu makan sejak satu minggu terakhir, terlihat kurus dan sebelum terjadi kematian sapi megalami ambruk atau tidak mampu berdiri. Hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel darah dan organ tidak teridentifikasi infeksi bakteri, hasil pemeriksaan ulas darah dan feses juga tidak terkonfirmasi adanya parasit darah dan gastrointestinal. Beberapa faktor yang memicu gejala klinis dan kematian pada sapi Belgian Blue antara lain defisiensi nutrisi dalam pakan atau malnutrisi, perubahan suhu dan cuaca yang ekstrem, serta infestasi ektoparasit pada sapi dalam jangka panjang. Semua pihak yang terlibat dalam pemeliharaan sapi perlu memperhatikan kembali manajemen kandang, pemeliharaan serta kesehatan sapi ras Belgian Blue. Pemerintah dan instansi terkait perlu menindaklanjuti kasus kematian dan mengevaluasi kembali keberlangsungan perkembangan sapi Belgian Blue sebagai calon bibit unggul di Indonesia.
- ItemOutbreak Penyakit Avian Influenza subtipe H5N1 clade 2.3.2.1c pada Itik di Kabupaten Sidenreng Rappang(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-07) Mutisari, Dewi; Putra, Hamdu Hamjaya; Purnowati, Emy; Balai Besar Veteriner MarosAvian Influenza (AI) merupakan virus penyebab penyakit infeksius pada unggas yang mengakibatkan kerugian ekonomi secara signifikan. Pada bulan Agustus 2018 Balai Besar Veteriner Maros melaksanakan investigasi terhadap kematian itik di Desa Sipodeceng, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan.Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, penelusuran kasus, dan pengambilan spesimen. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan positif virus Avian Influenza subtipe H5N1 clade 2321c. Beberapa faktor resiko yang teridentifikasi di lapangan yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat, itik yang belum divaksinasi AI, sistem pemeliharaan multiage, lalu-lintas itik antar daerah endemis AI, kurangnya laporan masyarakat mengenai itik sakit, serta kurangnya petugas lapangan untuk monitoring penyakit unggas. Desinfeksi area kasus dan vaksinasi di daerah sekitar kasus merupakan tindakan pengendalian dan penanggulangan wabah penyakit antraks di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan.
- ItemPhylogenetic analysis of HPAI H5N1 virus from duck swab specimens in Indonesia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Putra, Hamdu Hamjaya; Sulistyo, Kartika PriscilliaObjective: A phylogenetic study was carried out on the avian influenza virus (AIV) isolated from a disease outbreak in Sidenreng Rappang Regency, South Sulawesi, Indonesia, in 2018. Material and Methods: Oropharyngeal swabs and organ samples were obtained from ducks that showed clinical symptoms: torticollis, fascial edema, neurological disorders, the corneas appear cloudy, and death occurs less than 1 day after symptoms appear. In this study, isolate A/duck/ Sidenreng Rappang/07180110-11/2018 from duck was sequenced and characterized. Results: It was found that each gene segment of the virus has the highest nucleotide homology to the Indonesian highly pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 clade 2.3.2.1c. Multiple alignments of the sample Hemagglutinin (HA) gene with the avian influenza references virus showed that the pattern of amino acid arrangement in the cleavage site PQRERRRK-RGLF is the characteristic of the HPAI virus. In addition, the HA gene contained Q222 (glutamine) and G224 (glycine), signifying a high affinity to avian receptor binding specificity (SA α2,3 Gal). Furthermore, there was no genetic reassortment of this virus based on the phylogenetic analysis of HA, NA, PB1, PB2, PA, NP, M, and NS genes. Conclusion: The HPAI H5N1 clade 2.3.2.1c virus was identified in duck farms in South Sulawesi, Indonesia.