Browsing by Author "Poniman"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemBEBERAPA ALTERNATIF PENGENDALIAN PENGGEREK POLONG (Etiella zinckenella T) SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN INSEKTISIDA PADA KACANG PANJANG(Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan Rawa, 2005) Poniman; Harsanti; Jatmiko; Balai Standar Pengujian Instrumen (BPSI) Pertanian Lahan RawaIntensitas serangan ulat penggerek polong (Et;ella zinckenella T) yang berat pada kacang panjang dapat menyebabkan gagal panen apabila tidak dilakukan pengendalian. Kontribusi penggunaan insektisida dalam mencegah kerusakan polong hanya mencapai 15-20% dan tidak sebanding dengan biaya investasi untuk pengadaan insektisida. Teknologi pengendalian hama yang banyak digunakan petani tanaman sayuran umumnya adalah pengendalian kimiawi. Penggunaan insektisida kimia dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan kualitas lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui beberapa alternatifpengendalian hqma penggerek polong kacang panjang yang tepat dan relatif aman. Kegiatan dilakukan menggunakan pendekatan metode survei pada 24 petani di Desa Bapoh Kecamatan Wedarijaksa Kebupaten Pati, Jawa Tengah dengan tiga alternatif cara pengenda/ian, yaitu kimiawi frekuensi tinggi, mekanik (dengan memetik bunga terinfeksi) dan pengendalian kimia yang dikombinasikan dengan cara mekanik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan hasil berturut-turut dari yang tertinggi adalah pengendalian cara kimiawi yang dikombinasikan dengan cara mekanik, cara kimiawi dan cara mekanik masincmasing memberikan hasil polong segar sebesar 5,96 t/ha > 5,55 t/ha > 3,89 t/ha. Pengendalian kimiawi yang dikombinasikan dengan cara mekanik selain dapat mengurangi penggunaan insektisida juga dapat menipgkatkan hasil sebesar 7,35% dibanding cara kimiawi.
- ItemPetunjuk Teknis Teknologi Remediasi Endosulfan Menggunakan Biochar-Kompos dan Urea Berlapis Biochar di Lahan Sayuran(Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, 2017) Sukarjo; Poniman; Hidayah, Anik; Handayani, Cicik Oktasari; Zulaihah, Ina; Balai Penelitian Lingkungan PertanianEndosulfan merupakan senyawa yang persisten di dalam tanah dan memberikan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Penggunaan pestisida dilakukan secara intensif di sentra sayuran dan pertanian bernilai ekonomis tinggi, yang residunya tentunya terakumulasi dalam tanah, air dan tanaman. Kegiatan remediasi diperlukan untuk menghilangkan atau meminimalisasi kandungan residu endosulfan di dalam tanah. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai biochar dan kompos merupakan salah satu upaya untuk meremediasi lahan-lahan pertanian terutama yang terkontaminasi atau tercemar senyawa endosulfan. Petunjuk teknis ini disusun sebagai bahan pertimbangan dalam memanfaatkan limbah-limbah pertanian untuk pembuatan biochar dan kompos sebagai penjerap senyawa-senyawa insektisida, khususnya endosulfan di lahan sayuran yang terkontaminasi. Urea yang dilapisi biochar dapat menurunkan konsentrasi residu pestisida dalam tanah, air maupun produk.
- ItemTeknologi Remediasi Residu Endosulfan di Lahan Bawang Merah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Indratin; Poniman; Riyanto, Slamet; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianBalai Penelitian Lingkungan Pertanian telah mengembangkan teknologi remediasi untuk menurunkan residu insektisida di lahan pertanian diantaranya dengan penggunaan urea berlapis biochar dan aplikasi mikroba konsorsia (Azotobacter sp, Azospirillum sp, Enterobacter cloacae, Bacillus. sp). Untuk menguji hasil penelitian tersebut, maka teknologi remediasi diujicobakan pada lahan bawang merah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas teknologi dalam menurunkan residu insektisida endosulfan di lahan bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Siwuluh, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes tahun 2018. Penelitian melibatkan 6 orang petani sekaligus sebagai ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah, (1) cara petani, (2) urea berlapis biochar berbasis dosis petani, (3) cara petani + mikroba konsorsia 2 l/ha. Hasil penelitian menunjukkan residu endosulfan pada bawang merah tertinggi pada perlakuan cara petani. Produksi bawang merah tertinggi diperoleh pada perlakuan mikroba konsorsia 10,56 t/ha umbi kering.