Browsing by Author "Ondikeleuw, Mariana"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemEKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI TANAMAN LOKAL SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH DI KABUPATEN BIAK NUMFOR, PROVINSI PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Wulanningtyas, Heppy Suci; Wulandari, Septi; Rumsarwir, Yuliana; Ondikeleuw, Mariana; Lestari, Martina Sri; Kementrian PertanianBiak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua berupa pulau yang terpisah dari daratan Papua. Secara umum termasuk wilayah dataran rendah dengan didominasi relief bergelombang-berbukit. Biak Numfor kaya aneka flora dengan plasma nutfah beragam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis tanaman lokal spesifik sebagai bagian dari pengelolaan dan pelestarian sumberdaya genetik di Biak Numfor, Papua. Metode yang digunakan adalah survei, kuesioner dan wawancara. Survei dilakukan pada pekarangan-kebun di tiga puluh rumah tangga yang tersebar di lima distrik di Kabupaten Biak Numfor yang diduga menjadi lokasi tumbuh tanaman yakni Distrik Samofa, Biak Kota, Biak Utara, Yendidori dan Warsa. Kuesioner dan wawancara dilakukan pada masyarakat setempat untuk mendapat informasi mengenai pemanfaatan dan nama lokal tanaman. Diperoleh 24 aksesi tanaman buah, 22 aksesi tanaman sayur, 29 aksesi tanaman hias, 6 aksesi umbi-umbian, dan 14 aksesi tanaman obat dari hasil eksplorasi. Dari data tersebut, beberapa merupakan tanaman lokal Biak Numfor dan sebagian hanya diketahui nama lokalnya yaitu alpukat hutan, sukun hutan, kuker, pisang jarum, gedi batang merah, anggrek tanah, talas merah, daun gatal, daun masnasem dan pohon kayu perahu.
- ItemKajian Etnobotani Budidaya Gembili (Dioscorea sp.) di Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Ondikeleuw, Mariana; Malik, Afrizal; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianGembili mempunyai peranan strategis dalam adat dan budaya bagi suku asli di Jayapura dan Merauke. Kajian budidaya gembili (Dioscorea sp.) di Papua ditinjau dari Etnobotani dilaksanakan di Kabupaten Jayapura (Kampung Yoka dan Yongsu) dan Kabupaten Merauke (Kampung Yanggandur dan Sota). Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan pengkajian karaterisasi dan identifikasi gembili. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk melihat usahatani gembili ditinjau dari etnobotani (mengidentifikasi spesies, pemanfaatan dan teknik penanaman tradisional). Kajian ini diharapkan bermanfaat bagi pengambil kebijakan untuk pengembangan gembili di masa datang sebagai cadangan pangan sumber karbohidrat. Kegiatan dilaksanakan bulan Agustus-Desember 2008. Penentuan lokasi ditetapkan berdasarkan sentra pengembangan tanaman gembili di Provinsi Papua. Data yang dikumpulkan meliputi aspek sosial budaya (kearifan lokal), kontribusinya terhadap perekonomian rumah tangga petani dan data lingkungan tumbuh gembili yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan teridentifikasi sebanyak 30 aksesi gembili lokal di Merauke (Sota dan Yanggandur) dan terdapat 2 (dua) jenis gembili di Jayapura oleh masyarakat dikenal dengan sebutan yara 11 (sebelas) aksesi dan fam 5 (lima) aksesi. Aksesi-aksesi tersebut merupakan plasma nutfah yang perlu di manfaatkan dan dikembangkan. Telah dilakukan penanaman baik di kebun Percobaan Merauke maupun di kebun Percobaan Koya Barat Jayapura.
- ItemSumber Daya Genetik Tanaman Papua(BPTP Papua, 2016-01-01) Ondikeleuw, Mariana; Garuda, Sitti Raodah; Wulanningtyas, Heppy Suci; Rumbarar, Merlin K.; Rumsarwir, Yuliana H.; Felle, Herlina; Wihyawari, Silwanus; Kementrian PertanianIndonesia merupakan negara mega biodiversitas (biodiversity), karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia (Warta Plasma Nutfah Indonesia, 2011). Papua merupakan salah satu provinsi yang mempunyai sumber daya hayati tumbuhan maupun hewan yang sangat beranekaragam dan belum banyak diketahui manfaatnya. Beberapa tanaman yang saat ini dikembangkan secara nasional tetuanya berasal dari Papua seperti tebu. Hingga saat ini masyarakat lokal di beberapa kabupaten memelihara sumber daya genetik (SDG) beberapa tanaman yang bersifat endemik di Papua seperti tebu, sagu, matoa, buah merah, ubi jalar, pokem (juwawut), gembili, talas dan keladi, namun belum dikembangkan sebagai SDG. SDG tersebut merupakan kekayaan sumber daya hayati yang perlu dieksplorasi untuk memperkaya keragaman plasma nutfah. SDG merupakan sumber genetik dan modal utama dalam pembentukan varietas unggul baru (VUB) yang sangat diperlukan karena memiliki keanekaragaman genetik yang luas. Sumber genetik ini berguna untuk mengatasi permasalahan cekaman biotik (hama, penyakit) dan abiotik (kekeringan, serangan salinitas dan suhu tinggi). Saat ini erosi genetik terus berlangsung sebagai akibat gangguan alam dan ulah manusia berupa penebangan liar yang tidak bertanggung jawab (Rifai, 1983). Semakin meningkatnya kebutuhan manusia telah mengarahkan ketidakpedulian mereka terhadap lingkungan yang semakin terbatas dan akan mendorong terjadinya perambahan dan perusakan hutan. Salah satu bentuk perlindungan terhadap keanekaragaman hayati adalah dengan melaksanakan konservasi secara in situ maupun ex situ. Menurut Mac Kinnon dalam Alikodra (2000), sistem konservasi dapat dicapai melalui cara berikut (1) menjaga proses dan menopang kehidupan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan, (2) melestarikan keanekaragaman plasma nutfah yang penting bagi program pemuliaan, dan (3) menjamin kesinambungan pendayagunaan spesies dan ekosistem oleh manusia yang mendukung kehidupan jutaan penduduk pedesaan serta dapat menopang sejumlah besar industri. Dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan, sebetulnya kita tidak perlu bergantung kepada ketersediaan bahan pangan dari negara lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan SDG, di samping sebagai sumber pangan, juga menjadi bahan baku industri untuk sandang, papan, dan obatobatan. Dengan kata lain, yang harus segera dikembangkan adalah teknologi-teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya tersebut, sekaligus diikuti dengan upaya pelestariannya (Balitbangtan, 2002). Tahap awal program pemuliaan adalah menyediakan keragaman yang luas (Poehlman, 1991). Keragaman genetik dapat diketahui melalui arakterisasi varietas-varietas unggul modern yang dibentuk melalui program pemuliaan. Varietas pada dasarnya merupakan rakitan SDG dengan menggunakan benih yang ada. Oleh karena itu, SDG perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan. Gengen yang pada saat ini belum berguna mungkin pada masa yang akan datang sangat diperlukan sebagai sumber tetua dalam perakitan VUB (Tickoo et al.,1987). Sumarno (1996) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya genetik, adalah: 1) menyusun konsep kebijakan pengelolaan SDG secara nasional, 2) mengkoordinasikan pengelolaan SDG yang terdapat di semua institusi pemerintah (Puslit, Balit), 3) membina dan meningkatkan kemampuan teknis pengelolaan SDG bagi tenaga pengelola, 4) melakukan kerjasama internasional dalam pengelolaan SDG, 5) mengelola SDG secara profesional oleh peneliti yang berdedikasi.
- ItemVarietas Lokal Terdaftar Provinsi Papua Tahun 2018 - 2020(BPTP Papua, 2020-09-01) Ondikeleuw, Mariana; Kementrian PertanianPendaftaran varietas lokal yang ada di Provinsi Papua dilaksanakan setelah sebelumnya dilakukan inventarisasi dan karakterisasi sumber daya genetik yang dilakukan diseluruh wilayah di Papuapada tahun 2013 hingga 2016. Dari berbagai informasi yang dikumpulkan, Tim SDG BPTP Papua telah membuat databasw inventarisasi tnaman lokal yang dimanfaatkan masyarakat lokal secara turun temurun. Varietas lokal adalah varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun dan dimiliki oleh masyarakat yang memiliki tananaman tersebut. Varietas ini menyimpan potensi genetik salah satunya adalah gen resisten terhadap cekaman karena proses adaptasi terhadap kondisi agro-ekosistem dan cekaman biotik maupun abiotik di wilayah setempat.