Browsing by Author "Muladi, Arrum Perwitasari"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeteksi Keracunan pada Hewan dengan Metode Kombinasi Quechers dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS)(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Lestari, Santi; Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum PerwitasariMeningkatnya penggunaan pestisida dan pemanfaatan sisa hasil pertanian dan tanaman pangan sebagai pakan ternak, serta laporan beberapa kasus kematian hewan tanpa gejala klinis penyakit, menyebabkan kecurigaan mengarah pada keracunan. Keracunan adalah salah satu penyebab kematian mendadak pada ternak. Keracunan terjadi karena ternak mengkonsumsi pakan yang mengandung racun. Kasus keracunan ini sangat berbahaya bagi ternak. Gejala klinis yang ditunjukkan dapat berbeda pada setiap individu , tergantung jenis dan jumlah zat racun yang masuk ke dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas penggunaan metode kombinasi QUECHERS dan alat GC-MS untuk mengetahui kemungkinan penyebab keracunan pada ternak, pada sampel yang dikirimkan ke BBVET Wates . Metode penelitian ini menggunakan metode kombinasi QUECHERS dan alat GC-MS. Ekstraksi contoh untuk pengujian menggunakan alat gas chromatography (GC), selama ini diperlukan waktu lama dan pelarut yang banyak. Metode QuEChERS (Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, Safe) bertujuan mempercepat proses dan menghemat bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut. Tahapan yang dilakukan meliputi ekstraksi menggunakan QuEChERS Extract Pouches EN Method dengan pelarut acetonitril dilanjutkan clean-up menggunakan Dispersive SPE 15 ml. Pembacaan ekstrak dilakukan dengan alat GCMS-QP2010, menggunakan fase gerak gas helium dengan kolom Rtx® 5MS ukuran 30 m x 0,25 mm, suhu oven 150oC (2,5 menit) secara berangsur dinaikkan menjadi 190oC (5 menit) dan 290oC (2 menit), dengan detektor Mass Spectrometry (MS) pada suhu ion surface 200oC dan interface 310oC. Kromatogram yang diperoleh kemudian dianalisa sampai diketahui senyawa spesifi k yang diduga sebagai racun. Metode ini mampu menganalisa contoh yang berbentuk padatan maupun cairan secara kualitatif yang berasal dari hewan, pakan, atau lingkungan terhadap kemungkinan adanya senyawa beracun. Sampel yang diteliti adalah sampel yang masuk ke BBVET wates dengan indikasi keracunan selama periode Januari sampai dengan Maret 2019. Dalam penelitian ini, sampel berupa darah, isi rumen ternak, sampel pakan, dan sampel lingkungan ( air dan tanah ) diperoleh dari investigasi kasus kematian pada hewan selama periode Januari sampai dengan Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan dari 105 contoh yang diduga keracunan didapatkan hasil 8 contoh teridentifi kasi senyawa pestisida organoklorin, 6 contoh teridentifi kasi organofosfat, 4 contoh teridentifi kasi senyawa arsenic dan 5 contoh teridentifi kasi senyawa theobromine yang merupakan alkaloid dari tanaman cacao/coklat
- ItemTemuan Senyawa Toksik dalam Pestisida Pertanian : Studi Kasus Keracunan Ternak di Kabupaten Lamongan Tahun 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum Perwitasari; Widayati, Tri; Wibawa, Hendra; Rachmawati, Maria Avina; Prayitno, Gugus Eka; Direktorat Kesehatan HewanTelah dilakukan investigasi kasus oleh Tim Investigasi Kasus Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates) dan dilakukan pengambilan sampel-sampel berupa tanah, darah, isi rumen, pakan, urin, dan pestisida pertanian. Dugaan kasus keracunan muncul setelah hasil uji bakteriologi menunjukkan negatif Bacillus anthracis dan hasil uji parasitologi menunjukkan negatif berbagai parasit darah. Selanjutnya pengujian diarahkan pada uji yang mendukung dugaan diagnosa keracunan pakan (hijauan) ternak yang terkontaminasi pestisida. Studi ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa kimia berbahaya yang bersifat racun/toksik bagi ternak sehingga menyebabkan kematian. Sampel selanjutnya diuji di Laboratorium Kesmavet BBVet Wates. Sampel diekstraksi menggunakan metode Quick, Easy, Cheap, Effective, Rugged, Safe (QuEChERS), kemudian dilanjutkan pembacaan fraksi senyawa menggunakan alat Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS-QP2010). Dari hasil pengujian sampel menunjukkan bahwa ditemukan senyawa protiofos, delta BHC, dan aldrin pada sampel tanah, endosulfan dan karbamat pada sampel isi rumen, serta senyawa terbufos pada darah sapi yang menunjukkan gejala klinis keracunan. Berdasarkan temuan ini dilanjutkan dengan pengujian terhadap 5 (lima) merk pestisida pertanian yang sering digunakan petani di sekitar kasus keracunan ternak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pestisida pertanian terdeteksi senyawa endrin, aldrin, terbufos, endosulfan, dan arsenous acid (arsenic compound). Senyawa-senyawa ini termasuk dalam klasifikasi bahan aktif berbahaya bagi kesehatan manusia/ternak dan telah dilarang peredarannya oleh Kementerian Pertanian melalui Permentan Nomor 39 tahun 2015. Hasil uji laboratorium ini mengkonfirmasi bahwa kematian ternak yang terjadi di Kabupaten Lamongan pada Bulan Januari 2019 adalah akibat keracunan senyawa berbahaya yang bersifat toksik yang terdapat dalam pestisida pertanian yang digunakan oleh petani-peternak. Untuk mencegah kasus ini terulang di masa mendatang perlu kerjasama dan koordinasi instansi yang membidangi pertanian dan peternakan/ kesehatan hewan dengan meningkatkan pengawasan dan peredaran pestisida serta melakukan komunikasi dan edukasi bagi petani-peternak terhadap penggunaan pestisida sesuai dengan dosis dan aturan yang tepat.
- ItemUji Kepekaan Antibiotik Escherichia Coli dari Peternakan Layer dan Babi Tahun 2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Farhani, Nur Rohmi; D, Rizki Meityas; Subekti, Woro; Ruhiat, Endang; Zunarto, Sugeng; Muladi, Arrum PerwitasariAntibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia dalam organisme khususnya dalam proses infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik yang terus menerus, menyebabkan berkembangnya resistensi mikroorganisme terutama bakteri terhadap antibiotic. Resistensi tersebut dapat disebabkan oleh suatu faktor yang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor lain. BBVet Wates telah melakukan pengujian Isolasi dan Identifi kasi Eschericia coli dari Peternakan Layer dan peternakan Babi di wilayah kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, dan Klaten Jawa Tengah. Sampel berupa swab kolaka ayam petelur ( 405 sampel ), swab rectum Babi (126 sampel), dan sampel lingkungan peternakan babi dan ayam (60 sampel). Dari sampel tersebut terisolasi 591 Isolat Bakteri Eschericia coli. Selanjutnya Isolat tersebut dilakukan uji Sensitifi tas Antibiotik dengan 10 panel antibiotik, yaitu Ampicillin, amoxicillin clavulanate, Cephalotin, Ceftriaxone, Gentamicin, Ciprofl oxacin, levofl oxacin, Chloramfenicol, trimetrhoprimsulphamethoxazole, dan Tetracycline. dengan metode difusi cakram dengan cara Kirby-Bauer (CLSI,2014). Biakan murni Eschericia coli dari nutrient agar diambil dengan ose, buat suspensi pada 5 ml Nacl fi siologis, divortex, diukur kekeruhannya dengan standar kekeruhan Mac Farland 0,5, celupkan usap kapas steril dalam suspensi bakteri dan diperas degan menekan dan memutar usap kapas pada dinding tabung diluar cairan sebanyak dua kali, diusapkan pada muller Hilton agar secara merata, rapat dan sejajar, putar 60°C dan lakukan garis serupa sampai 3x, biarkan kering. Letakkan cakram antibiotika dengan pinset steril pada lempeng agar sebanyak 5 cakram antibiotika pada setiap petri, inkubasi pada suhu 35±2°C selama 16-18 jam. Gunakan standar Escherichia coli ATCC 25922 sebagai kontrol kualitas. Amati ada tidaknya zona hambat disekitar cakram. Ukur zona hambat dengan alat ukur geser (Caliper) pada zona jernih, cocokkan dengan standar zona antibiotik. Dari hasil uji kepekaan antibiotik, dapat disimpulkan terdapat kemiripan pola resistensi pada Eschericia coli. antar ternak di peternakan babi dan ayam petelur, adanya multidrug resisten dan adanya indikasi penggunaan Chloramfenicol pada peternakan.