Browsing by Author "Muhrizal Sarwani"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- Itemlaporan Tahunan 2006 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007-01) Muhrizal Sarwani; Sudi Mardianto; Ketut Kariyasa; Erizal Jamal; Achmad Djauhari; Sumedi; Arivin Rivaie; Achmad Subaidi; Bekti Subagja; Restu Desi Djarwowati; Maesti Mardiharini; Achmad Saleh; Ari Murtiningsih; Yovita Anggita DewiLaporan Tahunan ini merupakan pertangungjawaban peiaksanaan tugas, fungsi, dan mandat yang diberikan kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) selama tahun 2006. Dengan demikian, laporan ini dapat digunakan sebagai acuan atau dasar pertimbangan dan referensi di masa yang akan datang, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dalam upaya perbaikan kinerja ke depan
- ItemLAPORAN TAHUNAN 2007 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN(BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN, 2008) Muhrizal Sarwani; Yovita Anggita D; Vyta W. Hanifah; Ketut Kariyasa; Sudi Mardianto; Erizal Jamal; Achmad SubaidiLaporan ini berisi tentang: visi dan misi BBP2TP, program dan kegiatan, intisari kegiatan utama dan kegiatan penunjang, evaluasi diri, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, serta anggaran. Selama pelaksanaan kegiatan BBP2TP pada kurun waktu 2007, tentunya telah banyak hal-hal yang dicapai yang dalam pelaksanaannya tidak luput dari berbagai tantangan, hambatan, dan kendala yang perlu mendapatkan perhatian dan diupayakan mencari solusi yang terbaik.
- ItemLaporan Tahunan BBP2TP 2008(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2009-01) Muhrizal Sarwani; Idha Widi Arsanti; Yovita Anggita D; Joko Pitono; Erizal Jamal; Achmad SubaidiLaporan Tahunan merupakan salah satu bentuk dokumentasi kinerja Balai Besar Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BBP2TP) yang menggambarkan capaian selama satu tahun terakhir. Berbagai success stories kegiatan pengkajian, diseminasi, demikian pula sebaliknya, adanya beberapa kendala, hambatan, dan beberapa catatan ketidakberhasilan pelaksanaan dapat dijadikan media pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja institusi di tahun mendatang. Laporan ini dibuat untuk memberikan gambaran kondisi kinerja dan manajemen internal lingkup BBP2TP dan upaya perbaikan yang dilakukan sehingga diharapkan ke depan mampu memberikan kontribusi terhadap kebijakan dan arah pembangunan pertanian di daerah, sekaligus sebagai upaya untuk merespon berbagai tantangan ke depan, khususnya terkait dengan dinamika lingkungan strategis.
- ItemPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN AIR DILAHAN PASANG SURUT(Balittra, 2001-11) Muhrizal SarwaniPenelitian dan pengembangan pengelolaan air di lahan pasang surut di Indonesia masih sangat sedikit sekali dan terbatas pada pengelolaan dalam skala makro. Skema reklamasi lahan pasang surut yang dikembangkan sejak tahun 1970-an khususnya di Sumatera dan Kalimantan, diimpleentasikan dalam bentuk drainase. Skema reklamasi tersebut dapat membuka lahan dalam.skala besar. tetapi menimbulkan masalah baru yaitu pemasaman tanah dan air, Upaya perbaikan lahan melalui pengelolaan air telah dilakukan terutama pada akhir tahun 1980-an sampai awal 1990 an melalui proyek kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balittra dan Puslittanak), Indonesia dan LA WOO, Belanda. Telah dikembangkan sistem pengelolaan air sesuai dengan tipe luapan dan sifat lahannya. Pada tipe B telah dikembangkan "sistem aliran satu arah (one-way flow system) " sedangkan pada tipe C telah pula dikembangkan "sistem tabat (konservasi) ". Kedua sistem ini. terutama sistem aliran satu arah telah terbukti meningkatkan produktivitas lahan'ejuk ,sejak satu dasawarsa terakhir telah pula dihasilkan bahwa beragam pola tanamdapat di kembangkan di lahan pasang surut asal disertai dengan sistem pengelolaan air tingkat tersieryang sesuai dengan tipe luapan dan sistem pengeloloan air mikro (tingka! petani). pertanamanpadi-padi misalnya dapat dilakukan dengan beragam cara irigasi (terus-menerus atauinterinitten). Sedangkan pertanaman padi-palawija harus disertui oleh pembuatan saluran kemalir yang jaraknya disesuaikan dengan sifat tanahmaupun tipe harapan. Pertanaman palawija-palawija dimungkinkan pada lahan tipe B/C asalkan disertai dengan pembuatan sistem drainase dangkal atau sistem surjan. dalam skala penelitian pengembangan, sistem pengelolaan air yang dianjurkan dapat diterapkan secara teknis maupun ekonomis. Meskipun demikian, pada pengelolaan air sistem aliran satu arah memperlihatkan bahwa buangan unsur toksik dan unsur hara ke sekunder (lingkungan) juga cukup besar. Di masa depan pengelolaan air yang dikombinasikan dengan pengelolaan lahan diusahakan meminimalkan buangan unsur hara tetapi memaksimalkan buangan unsur toksik. Pengelolaan limbah toksik ini juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut di masa mendatang agar produk pertanian yang diandalkan pada lahan rawa ini masih mendapat eco-label sehingga dapat bersaing di pasar Internasional.
- ItemRekomendasi Pupuk N, P, dan K Spesifik Lokasi untuk Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai pada Lahan Sawah (Per Kecamatan)(BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2020) Husnain; Ladiyani R. Widowati; Irsal Las; Muhrizal Sarwani; Sri Rochayati; Diah Setyorini; Wiwik Hartatik; I. G. Made Subiksa; I. Wayan Suastika; Linca Angria; A. Kasno; Nurjaya; Heri Wibowo; Kiki Zakiah; Dilla Aksani; Muhammad Hatta; Niluh Putu Sri Ratmin; Yunita Barus; Wahida Annisa; SusilawatiPemerintah telah menetapkan tiga kebijakan dibidang pemupukan, yaitu: (1) menerapkan konsep pemupukan berimbang (balanced fertilization), (2) subsidi pupuk (Urea, ZA, SP-36, NPK dan Pupuk Organik), dan (3) menetapkan acuan rekomendasi pupuk untuk tanaman padi, jagung dan kedelai berdasarkan konsep pemupukan berimbang spesifik lokasi yang efektif dan rasional, dengan sasaran untuk meningkatkan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan, peningkatan efisiensi penggunaan pupuk, dengan menerapkan sistem produksi sehat serta ramah lingkungan, Berbagai upaya telah dilakukan untuk menerapkan dan mengawal kebijakan tersebut. Namun untuk dosis rekomendasi dan formula pupuk majemuk NPK 15-15-15 padi sawah, hasil kajian Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa formula pupuk majemuk bersubsidi NPK 15-15-15 produksi PT. Pupuk Indonesia kurang sesuai untuk tanah sawah di Indonesia yang didominasi tanah sawah berstatus P dan K sedang hingga tinggi. Dengan dosis umum 300 kg/ha terjadi kelebihan hara P dan K bila diaplikasikan ke lahan sawah dengan status hara P dan K sedang dan tinggi, dan hanya sesuai pada status hara P dan K rendah yang luasannya terbatas. Untuk itu, Badan Litbang Pertanian telah mengusulkan formulasi baru sebagai pengganti NPK 15-15-15 yaitu NPK 15-10-12. Dengan menurunkan formula hara P dan K, diharapkan dosis pupuk menjadi lebih efektif, efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Acuan rekomendasi pemupukan untuk tanaman padi sawah, jagung dan kedelai yang disusun ini merupakan perbaikan dari Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/1/ 2006 dan diperbarui menjadi Permentan No.40/Permentan/OT.140/4/2007 dengan memasukkan data terbaru tentang : (a) status hara P dan K tanah sawah, (b) tingkat produktivitas padi sawah tingkat kecamatan, (c) seluruh kecamatan yang ada sebagai akibat dari pemekaran dan (d) menambahkan dosis rekomendasi untuk padi jagung dan kedelai dengan menggunakan pupuk NPK yang telah direformulasi yaitu NPK 15-10-12. Perubahan formula pupuk majemuk NPK 15-10-12 yang baru, perlu dikawal dan disosialisasikan agar petani memahami arti efisiensi pupuk dan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi. Dengan penghematan harga yang dapat dilakukan, diharapkan akan lebih luas lahanlahan pertanian yang mendapatkan bantuan subsidi pupuk dari pemerintah.
- ItemRekomendasi Pupuk N, P, dan K Spesifik Lokasi untuk Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai pada Lahan Sawah (Per Kecamatan)(BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2020) Husnain; Ladiyani R. Widowati; Irsal Las; Muhrizal Sarwani; Sri Rochayati; Diah Setyorini; Wiwik Hartatik; I. G. Made Subiksa; I. Wayan Suastika; Linca Angria; A. Kasno; Nurjaya; Heri Wibowo; Kiki Zakiah; Dilla Aksani; Muhammad Hatta; Niluh Putu Sri Ratmini; Yunita Barus; Wahida Annisa; SusilawatiPemerintah telah menetapkan tiga kebijakan dibidang pemupukan, yaitu: (1) menerapkan konsep pemupukan berimbang (balanced fertilization), (2) subsidi pupuk (Urea, ZA, SP-36, NPK dan Pupuk Organik), dan (3) menetapkan acuan rekomendasi pupuk untuk tanaman padi, jagung dan kedelai berdasarkan konsep pemupukan berimbang spesifik lokasi yang efektif dan rasional, dengan sasaran untuk meningkatkan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan, peningkatan efisiensi penggunaan pupuk, dengan menerapkan sistem produksi sehat serta ramah lingkungan, Berbagai upaya telah dilakukan untuk menerapkan dan mengawal kebijakan tersebut. Namun untuk dosis rekomendasi dan formula pupuk majemuk NPK 15-15-15 padi sawah, hasil kajian Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa formula pupuk majemuk bersubsidi NPK 15-15-15 produksi PT. Pupuk Indonesia kurang sesuai untuk tanah sawah di Indonesia yang didominasi tanah sawah berstatus P dan K sedang hingga tinggi. Dengan dosis umum 300 kg/ha terjadi kelebihan hara P dan K bila diaplikasikan ke lahan sawah dengan status hara P dan K sedang dan tinggi, dan hanya sesuai pada status hara P dan K rendah yang luasannya terbatas. Untuk itu, Badan Litbang Pertanian telah mengusulkan formulasi baru sebagai pengganti NPK 15-15-15 yaitu NPK 15-10-12. Dengan menurunkan formula hara P dan K, diharapkan dosis pupuk menjadi lebih efektif, efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Acuan rekomendasi pemupukan untuk tanaman padi sawah, jagung dan kedelai yang disusun ini merupakan perbaikan dari Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/1/ 2006 dan diperbarui menjadi Permentan No.40/Permentan/OT.140/4/2007 dengan memasukkan data terbaru tentang : (a) status hara P dan K tanah sawah, (b) tingkat produktivitas padi sawah tingkat kecamatan, (c) seluruh kecamatan yang ada sebagai akibat dari pemekaran dan (d) menambahkan dosis rekomendasi untuk padi jagung dan kedelai dengan menggunakan pupuk NPK yang telah direformulasi yaitu NPK 15-10-12. Perubahan formula pupuk majemuk NPK 15-10-12 yang baru, perlu dikawal dan disosialisasikan agar petani memahami arti efisiensi pupuk dan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi. Dengan penghematan harga yang dapat dilakukan, diharapkan akan lebih luas lahanlahan pertanian yang mendapatkan bantuan subsidi pupuk dari pemerintah.