Browsing by Author "Muhiddin, ST Nurul Muslinah"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeteksi African Swine Fever pada Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dengan Teknik Real-Time Polymerasa Chain Reaction(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Muflihanah; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosTeknik real fime PCR yang digunakan dalam deteksi penyakil African Swine Fever (ASF) dinilai memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta hasil pemeriksaannya relatif lebih cepat dibanding uji serologis dan isolasi virus. Sebanyak 31 spesimen berupa organ, swab nasal, swab rektal, darah utuh dan produk asal babi dari kasus kematian babi di Kabupaten Manokkwari Provinsi Papua Barat yang telah dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium bioteknologi balai besar veteriner maros (BBV Maros). Pengujian seluruh spesimen menggunakan dua pasang primer yang mengamplifikasi pada target gen VP72. Sebanyak 17 spesimen menunjukkan hasil positif ASF Berdasarkan pengujian real time PCR yang dilakukan. Metode PCR digunakan untuk deteksi ASF terutama jika spesimen sudh tidak memadai untuk diisolasi maupun deteksi antigen.
- ItemGambaran Patologi Anatomi Babi Suspek African Swine Fever (ASF) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Amaliah, Fitri; Supri; Wahyuni; Balai Besar Veteriner MarosAfrican Swine Fever (ASF) merupakan penyakit virus yang menyerang babi dengan kematian yang cukup tinggi dalam waktu singkat. ASF disebabkan oleh virus DNA untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran patologi anatomi babi yang mati mendadak dengan gejala ASF. Sampel organ diambil dari dua ekor babi yang mati mendadak di Distrik Prafi dan Tanah Rubuh, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Pemeriksaan klinis dilakukan pada salah satu babi yang sakit kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi anatomi setelah dilakukan nekropsi. Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan dengan mengamati perubahan struktur dan penampakan organ. Hasil nekropsi menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa perdarahan ekimosis subkutan di bagian ventral dan abdomen serta ekstremitas, perdarahan lambung, usus dan hati, splenomegali hiperemik, perdarahan pteckie pada kapsul ginjal, serta perdarahan multifokal di medula ginjal. Berdasarkan pengamatan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi, dapat disimpulkan bahwa kematian babi diduga disebabkan oleh suspek ASF.
- ItemInvestigasi Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Amaliah, Fitri; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Djatmikowati, Titis Furi; Supri; Balai Besar Veteriner MarosLaporan kematian ternak babi yang cukup tinggi dalam waktu singkat oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari pada tanggal 9 April 2021 dengan gejala yang ditunjukkan berupa diare, demam tinggi, lemah, anorekisia, vomit, konvulsion/kejang, gangguan pernafasan dan bahkan beberapa diantaranya dilaporkan mati mendadak tanpa sempat teramati gejalanya oleh pemilik. Penulusuran kasus dilakukan melalui wawancara dan pengambilan sampel secara langsung di dua kecamatan dari 5 kecamatan yang melaporkan adanya kematian babi dalam rentang waktu yang sama. Berdasarkan gejala klinis, gambaran patologi anatomi organ babi yang mati, serta hasil pengujian laboratorium menunjukkan kematian babi disebabkan oleh African Swine Fever (AFS). Diperlukan peningkatan pengawasan lalu lintas ternak babi dan manusia (wisatawan) ke Kabupaten Manokwari, penerapan biosecurity, pengawasan penggunaan swill feeding sebagai pakan ternak babi, sosialisasi dan KIE mengenai ASF kepada masyarakat, serta kerja sama lintas sektoral dan komunikasi yang baik seluruh stake holder yang bertanggung jawab.
- ItemInvestigasi Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Amaliah, Fitri; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Djatmikowati, Titis Furi; Supri; Balai Besar Veteriner MarosLaporan kematian ternak babi yang cukup tinggi dalam waktu singkat oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari pada tanggal 9 April 2021 dengan gejala yang ditunjukkan berupa diare, demam tinggi, lemah, anorekisia, vomit, konvulsion/kejang, gangguan pernafasan dan bahkan beberapa diantaranya dilaporkan mati mendadak tanpa sempat teramati gejalanya oleh pemilik. Penulusuran kasus dilakukan melalui wawancara dan pengambilan sampel secara langsung di dua kecamatan dari 5 kecamatan yang melaporkan adanya kematian babi dalam rentang waktu yang sama. Berdasarkan gejala klinis, gambaran patologi anatomi organ babi yang mati, serta hasil pengujian laboratorium menunjukkan kematian babi disebabkan oleh African Swine Fever (AFS). Diperlukan peningkatan pengawasan lalu lintas ternak babi dan manusia (wisatawan) ke Kabupaten Manokwari, penerapan biosecurity, pengawasan penggunaan swill feeding sebagai pakan ternak babi, sosialisasi dan KIE mengenai ASF kepada masyarakat, serta kerja sama lintas sektoral dan komunikasi yang baik seluruh stake holder yang bertanggung jawab.
- ItemPenyakit Hewan Lintas Batas di Indonesia: 2002-2022(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-07) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPemyakit hewan lintas batas (transboundary animal diseases) merupakan penyakit hewan yang sangat menular dan dapat menyebar dengan sangat cepat bahkan melewati batas antar negara. Penyakit-penyakit tersebut menyebabkan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi pada hewan ternak, serta berpotensi menyebabkan dampak sosioekonomi yang serius dan terkadang berdampak pada kesehatan masyarakat. Penyakit hewan lintas batas dapat mengancam ketahanan pangan dan lebih serius menyebabkan kematian pada manusia. Konsekuensi sosioekonomi dari penyakit hewan lintas batas dapat berupa biaya pengendalian dan pencegahan penyakit, pembatasan perdagangan, hingga mengancam keberlangsungan suatu peternakan. Periode tahun 2003-2022, penyakit hewan lintas batas yang telah masuk ke Indonesia meliputi High Parhogenic Avian Influenza (HPAI), African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), terakhir munculnya kembali Foot and Mouth Disease (FMD) atau dikenal Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di awal 2022. Melihat besarnya dampak penyakit tersebut, kebijakan pemerintah dan kerja sama antar pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat khususnya peternak sangat dibutuhkan dalam pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan lintas batas di Indonesia.
- ItemSirkulasi Virus Avian Influenza di Pasar Unggas Hidup di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Muflihanah; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Hendrawati, Ferra; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosVirus low pathogenicity avian influenza A (H9N2) dan highly pathogenic avian influenza A(H5N1) endemik pada populasi unggas di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros. Sejak munculnya kasus H5N1 pada tahun 2005 dan H9N2 di akhir tahun 2016, virus tersebut masih terus bersirkulasi baik di peternakan maupun di pasar unggas hidup. Surveilans LBM memonitor peredaran virus HPAI di lapangan, mendeteksi keberadaan re-assortment virus dan mengukur efektifitas kegiatan program pengendalian HPAI. Sebanyak 2.895 spesimen yang dikoleksi pada tahun 2020 dan dilakukan deteksi terhadap virus AI menggunakan teknik Real Time PCR dan isolasi virus menunjukkan bahwa 1.565 spesimen yang diuji dengan teknik RT PCR menunjukkan bahwa terdapat 11.5 % (180 spesimen) terdeteksi virus AI type A, 68.8% (124 spesimen) yang terdeteksi virus AI subtipe H9 dan 22,77% (41 sampel) terdeteksi virus AI subtype H5 dari 180 spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI type A dan tidak ada spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI subtype H7. Terdapat 41.11% (74 spesimen) yang terdeteksi virus AI tipe A tapi tidak terdeteksi terhadap subtype H5, H7 dan H9. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa virus AI subtype H9 masih mendominasi sirkulasi virus Avian Influenza di pasar unggas hidup di wilayah BBVet Maros. Key Words : Pasar unggas hidup, Avian Influenza, AI subtipe H9
- ItemSirkulasi Virus Avian Influenza di Pasar Unggas Hidup di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Muflihanah; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Hendrawati, Ferra; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosVirus low pathogenicity avian influenza A (H9N2) dan highly pathogenic avian influenza A(H5N1) endemik pada populasi unggas di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros. Sejak munculnya kasus H5N1 pada tahun 2005 dan H9N2 di akhir tahun 2016, virus tersebut masih terus bersirkulasi baik di peternakan maupun di pasar unggas hidup. Surveilans LBM memonitor peredaran virus HPAI di lapangan, mendeteksi keberadaan re-assortment virus dan mengukur efektifitas kegiatan program pengendalian HPAI. Sebanyak 2.895 spesimen yang dikoleksi pada tahun 2020 dan dilakukan deteksi terhadap virus AI menggunakan teknik Real Time PCR dan isolasi virus menunjukkan bahwa 1.565 spesimen yang diuji dengan teknik RT PCR menunjukkan bahwa terdapat 11.5 % (180 spesimen) terdeteksi virus AI type A, 68.8% (124 spesimen) yang terdeteksi virus AI subtipe H9 dan 22,77% (41 sampel) terdeteksi virus AI subtype H5 dari 180 spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI type A dan tidak ada spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI subtype H7. Terdapat 41.11% (74 spesimen) yang terdeteksi virus AI tipe A tapi tidak terdeteksi terhadap subtype H5, H7 dan H9. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa virus AI subtype H9 masih mendominasi sirkulasi virus Avian Influenza di pasar unggas hidup di wilayah BBVet Maros
- ItemSurveilans Triangulasi sebagai Deteksi Dini Emerging Infectious Disease (EID) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Bara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Muflihanah; Balai Besar Veteriner MarosSurveilans triangulasi merupakan deteksi dini Emerging Infectious Disease (EID) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Surveilans tertarget dilakukan untuk mengoptimalkan langkahlangkah pencegahan dan pengendalian serta mengurangi ancaman penyakit EID zoonosis pada masa yang akan datang. Pada kegiatan ini dilakukan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Sebanyak 1.077 spesimen berupa serum darah, swab nasal dan swab rektal dari kambing sapi dan babi yang dikoleksi dari 113 orang peternak pada tahun 2019 dan 2020 menunjukkan bahwa semua spesimen yang diuji dengan menggunakan protocol PREDICT di dapatkan presumtip negatif terhadap family virus baik paramixovirus, coronavirus, filiviridae dan flavivirus Dua ratus tiga puluh enam (236) spesimen serum yang diuji dengan menggunakan teknik ELISA menunjukkan seronegatif terhadap Japanase Enchephalitis (JE). Data profiling menunjukkan bahwa terdapat faktor risiko yang tinggi ketekaitan (interface) penularan penyakit satwa liar ke ternak domestik. Surveilans triangulasi diharapkan mampu memberikan informasi penting mengenai identifikasi virus, ancaman biologis lainnya, pengembangan platform surveilans penyakit dan mengidentifikasi serta memonitor patogen yang dapat ditularkan antara hewan (domestik dan satwa liar) dan manusia.
- ItemSurveilans Triangulasi sebagai Deteksi Dini Emerging Infectious Disease (EID) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Muflihanah; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Said, Siti Hartati; Firdaus, Taman; Iryadi; Balai Besar Veteriner MarosSurveilans triangulasi merupakan deteksi dini Emerging Infectious Disease (EID) di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Surveilans tertarget dilakukan untuk mengoptimalkan langkahlangkah pencegahan dan pengendalian serta mengurangi ancaman penyakit EID zoonosis pada masa yang akan datang. Pada kegiatan ini dilakukan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Sebanyak 1.077 spesimen berupa serum darah, swab nasal dan swab rektal dari kambing sapi dan babi yang dikoleksi dari 113 orang peternak pada tahun 2019 dan 2020 menunjukkan bahwa semua spesimen yang diuji dengan menggunakan protocol PREDICT di dapatkan presumtip negatif terhadap family virus baik paramixovirus, coronavirus, filiviridae dan flavivirus Dua ratus tiga puluh enam (236) spesimen serum yang diuji dengan menggunakan teknik ELISA menunjukkan seronegatif terhadap Japanase Enchephalitis (JE). Data profiling menunjukkan bahwa terdapat faktor risiko yang tinggi ketekaitan (interface) penularan penyakit satwa liar ke ternak domestik. Surveilans triangulasi diharapkan mampu memberikan informasi penting mengenai identifikasi virus, ancaman biologis lainnya, pengembangan platform surveilans penyakit dan mengidentifikasi serta memonitor patogen yang dapat ditularkan antara hewan (domestik dan satwa liar) dan manusia