Browsing by Author "Matitaputty, Procula Rudlof"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemKeamanan Pangan dan Cemaran Residu Antibiotika dalam Bahan Pangan Asal Ternak(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Bustaman, Sjahrul; Matitaputty, Procula Rudlof; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPersoalan keamanan pangan sementara ini menjadi issu global, lebih khusus lagi untuk produk peternakan sebab menyangkut kesehatan masyarakat konsumen untuk itu diperlukan penangan sedini mungkin. Dalam mendukung produk-produk asal ternak yang sesuai dengan strandar keaman dan daya awet yang ditetapkan, maka diperlukan pengawasan dan pengamanan dimulai dari fase pre produksi sampai ke tangan konsumen. Terdapat beberapa aspek penting yang dipakai sebagai standar keaman bahan pangan salah satu diantaranya adalah cemaran residu antibiotika. Makalah ini membahas tentang penggunaan obat-obatan kimiawi seperti penggunaan antibiotika yang mempengaruhi daya awet dan keamanan produk asal ternak. Dalam upaya menerapkan system jaminan keamanan pangan berbagai penjelasan dan daya menyangkut penggunaan antibiotika residu maupun segi negatifnya yang dapat membahayakan konsumen akan dijelaskan. Upaya menghasilkan produk peternakan yang berdaya awet dan aman untuk dikomsumsi dapat dilakukan dengan menerapkan system Hazard Analysis Critical Control Point (HCCP) pada setiap mata rantai. Sementara untuk produk yang berasal dari luar negeri dan beredar di Indonesia, perlu dilakukan pengawasan sebelumnya ditunjang dengan sarana, prasarana dan hokum yang berlaku. Tulisan ini merupakan review, dalam mempersiapkan sub sector peternakan memasuki era perdagangan bebas
- ItemKonsumsi dan Kecernaan Hijauan oleh Rusa dan Domba(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Latupeirissa, C Ch E; Matitaputty, Procula Rudlof; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuExperimen ini dirancang untuk mengetahui perbedaan jumlah komsumsi antara rusa dan domba ketika diberi hijauan dengan kualitas yang berbeda. Dalam percobaan ini hay luceme, hay rumput Rhodes dan hay jerami barley diberikan sebagai ransum basal secara ad libilum kepada lima rusa (Cervus Timorensis) jantan dan tujuh domba Merino. Rusa dan domba dipelihara secara individu dalam kandang metabolism. Parameter yang diukur adalah komsumsi dan kecernaan BK (bahan kering). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komsumsi BK sangat tinggi untuk rusa dan domba yang di beri makan luceme (P=0,0001) disbanding dengan rumput rhodes atau jerami barley tapi kedua spesies tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam komsumsi BK antara rumput Rhodes dan jerami barley. Perbandingan antara rusa dan domba menunjukkan bahwa komsumsi BK dari rumput Rhodes oleh rusa lebih besar disbanding dengan jerami barley (P=0,0187) atau rumput Rhodes (P=0.049) oleh domba. Komsumsi BK dan jerami barley cenderung lebih tinggi (P=0.0733) untuk rusa daripada domba. Rusa dan domba mencerna BK dari luceme (P=0.0001) lebih baik disbanding dengan dari BK rumput Rhodes atau jerami barley. Domba mencerna BK dari rumput Rhodes dan jerami barley dengan efisiensi yang sama. Akan tetapi rusa mencerna BK dari rumput Rhodes lebih baik (P=0.0507) dari jerami barley. Tidak ada perbedaan dalam kecernaan BK ditemukan antara rusa dan domba ketika diberi makan luceme atau jerami barley. Rusa mencerna BK dari rumput Rhodes lebih baik dari domba yang diberi jerami barley (P=0.0058) atau rumput Rhodes (P=0.0065)
- ItemPola Usaha Pengembangan Ternak Babi Dataran Rendah di Nabire, Papua(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Tirojah, Siska; Matitaputty, Procula Rudlof; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBagi masyarakat Papua ternak babi merupakan ternak yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat secara turun temurun dan berpotensi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan daging selain sebagai penentu status social. Pengkajian dilaksanakan di Desa Kai Semen Distrik Nabire Kabupaten Nabire yang berlangsung sejak Juni sampai Desember 2004. Tujuan pengkajian untuk melihat pola usaha pengembangan ternak babi bagi masyarakat asli yang meliputi keadaan umum wilayah, potensi peternakan, karakteristik peternak, dan pola introduksi (pengaruh perbaikan paket teknologi) dan system pemasaran ternak. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan ternak pola introduksi sebesar 0,197 kg/ekor/hari, sedangkan rata-rata pertambahan bobot badan pola petani sebesar 0.047 kg/ekor/hari. Sedangkan hasil survey terhadap 30 responden menunjukkan bahwa system peternakan babi masih bersifat semi-intensif tradisional, namun terdapat beberapa peternak penduduk asli dan system usahatani ternak babi mengarah ke system agribisnis
- ItemPotensi Mandalung yang Diberi lmbuhan Pakan Avilamisina Ditinjau dari Potongan Karkas komersial dan Meat Bone Ratio(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Matitaputty, Procula Rudlof; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSuatu penelitian yang menggunakan imbuhan pakan avilamisina, telah dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh avilamisina terhadap potongan karkas komersial da meat bone ratio. Sebanyak 138 ekor anak mandalug umur sehari yang dibagi dalam dua kelompok dengan tidak membedakan jantan dan betina. Kelompok pertama diberi perlakuan ransum tanpa avilamisina dan lainnya ransum ditambah 10 ppm avilamisina. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3 kelompok kecil yang berfungsi sebagai ulangan, yang terdiri dari 23 ekor. Pemotongan dilakukan pada umur 4 dan 10 minggu. Peubah yang diamati adalah pertambahan bobot badan, persentase potongan karkas komersial dan meat bone ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan avilamsina dapat meningkatkan bobot badan mandalung yaitu 2209,24 g dan tanpa avilamsina sebesar 2061,88g, sementara bobot karkas mandalung yang di beri avilamsina 1257,8g dan tanpa avilamsina 1101,2 g sedangkan dalam produksi daging penggunaan avilamsina menghasulkan persentase daging dada (86%), paha bawah (83%) dan paha atas (85%) lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa avilamsina
- ItemProduktivitas Itik Lokal Sistem Gembala pada Daerah persawahan lrigasi di Desa woekasar, Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005-11-22) Matitaputty, Procula Rudlof; Hutuely, Lutfhi; Titahena, Max L J; Kotadiny, Elizabeth; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian produktivitas itik lokal sistem gembala pada lahan sawah irigasi telah dilakukan di Kabupaten Buru. Desa Waekasar tahun 2003. Keberhasilan itik lokal yang mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Membuat ternak ini dapat hidup dan berkembang biak dimana saja. Provinsi Maluku dengan beberapa kabupaten yang ada memiliki potensi dalam pengembangan ternak itik. Kabupaten Buru merupakan salah satu daerah pengembangan ternak itik dengan populasi ternak itik sekitar 43.675 ekor, namun ternyata belum mampu berperan sebagai sumber pangan andalan. Sebagai penghasil telur dan daging, ternak itik dapat menyumbangkan 19% kebutuhan telur dan 0,94% kebutuhan daging, utuk komsumsi nasional. Sementara untuk kebutuhan telur komsumsi di provinsi masih sangat rendah 0,26 g/hari dan kebutuhan ini masih disubtitusi dari telur ayam ras petelur dan ayam buras. Pemeliharaan itik lokal di Kabupaten Buru yang merupakan daerah persawahan dilakukan secara tradisional. Pengkajian ii dilaksanakan denga menggunakan metode survei dan monitorig selama 5 bulan. Hasil pegkajian diperoleh produksi Duck Day itik gembala adalah 24,7% dengan rata-rata bobot telur per butir adalah 66,72 g. secara finansial usaha ternak itik memberi keuntungan sebesar Rp. 975.000,-