Browsing by Author "Mahawan, Trian"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemIdentifikasi Virus Reassortant H5N1 Clade 2.3.2.1C dari Outbreak Highly Pathogenic Avian Influenza pada Unggas di Indonesia Tahun 2015-2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Wibawa, Hendra; Dharmawan, Rama; Mulyawan, Herdiyanto; Mahawan, Trian; Srihanto, Eko A; Miswati, Yuli; Hutagaol, Nensy M; Riyadi, Arif; Hartawan, Dinar H.W.; Hendrawati, Ferra; Deswarni; Zenal, Farida C; Hartaningsih, Nining; Poermadjaja, BagoesSalah satu sifat virus avian influenza (AI), termasuk virus dari kelompok ganas atau highly pathogenic AI (HPAI) subtipe H5N1, adalah kemampuan untuk terus berubah melalui mekanisme mutasi (mutation) dan persilangan/reasorsi (reassortment) genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkharakterisasi virus-virus H5N1 terkini dengan pendekatan whole genome sequencing dan analisis bioinformatika virus AI. Teknik Next Generation Sequncing (NGS) digunakan untuk sekuensing sampel-sampel yang dikoleksi oleh Balai Besar Veteriner/Balai Veteriner di seluruh Indoesia dari kasus kematian unggas yang meningkat dari Desember 2015-April 2016. Hasil sekuens penuh (full-length) genom virus AI (terdiri dari 8 segmen: PB2, PB1, PA, HA, NP, NA, MP, NS) diblast dalam database genom influenza di Genbank, dilanjutkan analisa filogenetik, dan kharakterisasi asam-asam amino yang berperan dalam patogenesis virus HPAI. Hasil studi menunjukkan bahwa reassorsi genetik teridentifikasi pada beberapa segmen gen internal (PB2, M dan NS) dari virus H5N1 yang saat ini dominan ditemukan pada unggas di Indonesia (clade 2.3.2.1) dengan virus H5N1 yang dideteksi sebelumya (clade 2.1.3.2). Selain itu juga terdeteksi adanya virus-virus reassortant HPAI H5N1 Clade 2.3.2.1 yang memiliki segmen gen internal PB2 yang diduga berasal dari virus low pathogenic AI (LPAI). Hasil ini mengindikasikan adanya sirkulasi bersama beberapa virus AI dari jenis clade dan subtipe yang berbeda-beda sebelum terjadi peningkatan outbreak HPAI pada awal 2016, yang berdampak terjadinya infeksi campuran (co-infection) pada satu spesies inang sehingga menghasilkan virus-virus reassortant. Surveilans pada aras molekuler sangat dibutuhkan untuk terus memonitor perkembangan evolusi virus AI di Indonesia
- ItemPewarnaan Immunoperoxidase (IPX) pada Biakan Sel Madin-Darby Bovine Kidney (MDBK) sebagai Salah Satu Upaya untuk Mendapatkan Isolat Lokal Virus Bovine Viral Diarrhea (BVD)(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Edi, Suryo Purnomo; Lukman; Ibrahim, Afif; Mahawan, Trian; SodirunBovine Viral Diarrhea (BVD) adalah salah satu penyakit viral yang dapat menurunkan reproduksi dan produktifitas pada sapi. Berdasarka pengujian secara laboratoris, penyakit BVD telah menjangkiti sapi-sapi di wilayah kerja Balai Veteriner Subang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat lokal asal Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 9 serum sapi yang pada pengujian sebelumnya menggunakan Antigen Capture ELISA (ACE) dinyatakan positif antigen virus BVD, digunakan sebagai sampel pada penelitian ini. Sampel berasal dari Provinsi Jawa Barat yang diambil pada tahun 2016 dan 2017. Sampel diinokulasikan ke biakan sel Madin-Darby Bovine Kidney (MDBK). Pewarnaan Immunoperoxidase (IPX) digunakan untuk menentukan adanya infeksi virus BVDV pada biakan sel MDBK. Sebagai uji konfirmasi digunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Dari 9 sampel yang diuji didapatkan 2 sampel positif BVD dan juga menjadi isolat lokal virus BVD. Penerapan metode isolasi virus BVD di Balai Veteriner sangatlah penting mengingat metode tersebut menurut OIE merupakan gold standard pengujian diagnostik terhadap BVD. Isolat lokal virus BVD tersebut selanjutnya perlu dikarakterisasi lebih lanjut dan dapat digunakan sebagai bahan biologis untuk lebih memahami virus BVD yang bersirkulasi di Indonesia.
- ItemSeroprevalensi dan Faktor Risiko Influenza A pada Peternakan Babi di Provinsi Jawa Barat dan Banten, 2016-2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Nurhayati; Mahawan, Trian; Panus, Afrizal; Zaenal, Farida Camallia; SodirunInfeksi virus influenza pada babi telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak babi dan juga berpotensi mengancam kesehatan manusia karena bersifat zoonosis. Salah satu buktinya adalah dengan teridentifi kasinya material genetik babi yang telah beradaptasi terhadap virus infl uenza sebagai stain novel H1N1 di tahun 2009. Penelitian ini dilakukan untuk identifi kasi seropositive dan faktor risiko pada peternakan babi, Rumah potong dan pengumpul selama tahun 2016-2017 di Provinsi Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Pengumpulan data dilakukan melalui interview peternak dengan menggunakan quesionare yang sebelumnya telah standarisasi. Sebanyak 903 sampel serum dari peternak, rumah potong dan pengumpul babi, selanjutnya dilakukan pengujian. Sebaran kasus dianalisis menggunakan QIS, regresi linier Univariat dan multivariate menggunakan R software dilakukan dalam upaya menganalisis faktor risiko. Seroprevalen infl uenza A pada rumah potong babi 35.29% (95%Cl:21.4852.08), Peternakan Babi 30.85% (95%CI:24.48-38.05) dan Pengumpul babi 18.18% (95%Cl:5.13-47.69). Univariate regresi linier diperoleh 12 faktor yang berasosiasi (pvalue=0.1) terhadap virus infl uenza A pada babi. Namun demikian melalui uji akhir multivariable diperoleh hanya 4 faktor yang signifi kan. Keberadaan ternak/hewan lain dipeternakan meningkatkan seropositive di peternakan (OR = 2.53; 95% confi den interval (95%) Cl = 1.16,5.5, p-value= 0.017). Durasi ternak berada di peternakan kurang dari 2 tahun memiliki OR = 9.38 (95% Cl = 2.62,33.52, p-value < 0.001) jika dibandingkan dengan waktu lainnya. Tata letak peternakan dengan tempat tinggal kurang dari 5 km meningkatkan risiko terhadap infl uenza babi (OR=11.52; 95% Cl = 2.88,46.06, p-value < 0.001), dan peternakan yang memperoleh ternaknya hanya dari pengumpul memiliki resiko terhadap infl uenza babi (OR=10.64; 95% Cl=3.7,30.62, p-value < 0.001). Selama 2016-2017 telah terdeteksi seroprevalence influenza A pada rumah potong babi, peternakan babi dan pengumpul babi. Faktor internal seperti managemen peternakan dan faktor ekterbal seperti lokasi peternakan yg dekat dengan pemukiman menjadi salah satu faktor risiko terhadap influenza A di peternakan Babi