Browsing by Author "Lestari ...[at al], Endang Gati"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemKultur In vitro sebagai metode pelestarian tumbuhan obat langka(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1997) Lestari ...[at al], Endang Gati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKultur in vitro Sebagai Metode Pelestarian Tumbuhan Obat Langka. Penyimpanan melaiui kultur in vitro merupakan salah satu kegiatan untuk menunjang program pelestarian plasma nutfah yang sangat penting baik untuk mengatasi pelangkaan tanaman maupun untuk penyediaan keragaman genetik. Tumbuhan obat merupakan kelompok komoditas pertanian yang erosi genetiknya berlangsung sangat cepat sehingga upaya pelestariannya perlu segera dilakukan. Teknik kultur in vitro merupakan teknologi pilihan yang diharapkan dapat menyimpan kekayaan hayati dimasa mendatang. Dengan demikian penguasaan dan pengembangan teknik pelestarian plasma nutfah melalui kultur in vitro harus dipelajari. Pada saat ini laboratorium kultur jaringan tanaman industri sudah berhasil menyimpan berbagai tumbuhan obat secara in vitro baik yang termasuk dalam kategori langka maupun yang berpotensi untuk dikembangkan. Teknik penyimpanan yang dilakukan dengan cara pertumbuhan minimal dan penyimpanan dalam keadaan tumbuh. Disamping kedua cara tersebut di atas sedang dipelajari pula cara penyimpanan yang lebih efisien yaitu melalui enkapsulasi. Sebelum percobaan penyimpanan maka terlebih dahulu dilakukan perbanyakan biakan melalui kultur in vitro. Tumbuhan obat yang telah disimpan antara lain Pulasari (Alyxia stellata), Pule pandak (Rauvoljia serpentina), Purwoceng (Pimpinella pruatjan), Inggu (Ruta angustifolia), Temu puteri (Curcuma petiolata), Bidara upas (Meremia mammosa), Daun dewa (Gynura procumben), Kencur (Kaempferia galanga), Jahe (Zingiber ojficinalle), Daun encok (Plumbago zeylanica), Daun tangguh (Pettivera alliacea), Adas (Foeniculum vulgare) dan Som jawa (Talinum paniculatum). Penyimpanan dengan cara pertumbuhan minimal dan enkapsulasi dengan menambahkan inhibitor (paclobutrazol, ancymidol dan cycocel) atau retardan (Absisic Acid), dapat mengurangi frekuensi subkultur untuk pembaharuan. Metoda penyimpanan melalui kultur in vitro tidak sama tergantung jenis tumbuhannya. Berbagai tumbuhan obat tersebut diatas ada yang sudah disimpan selama 1 sampai dengan 7 tahun. Daya regenerasi jaringan setelah penyimpanan tidak menurun dan secara visual penampakan bibit di rumah kaca tidak berbeda dengan pohon induknya.
- ItemPerbanyakan dan Penyimpanan Tanaman Rauvolfia serpentina secara In Vitro(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2001) Lestari ...[at al], Endang Gati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPule pandak atau akar tikus (Rauvolfia serpentina) termasuk tanaman obat langka. Kegunaannya antara lain adalah sebagai obat penurun tekanan darah tinggi, penurun panas, radang jantung dan radang usus. Untuk membantu konservasi tumbuhan obat langka tersebut telah dilakukan percobaan perbanyakan dan penyimpanan secara in vitro dengan pertumbuhan minimal, enkapsulasi, dan penyimpanan dalam keadaan beku dengan nitrogen cair. Pada tahap pertunasan, tunas ganda paling banyak dihasilkan dari media dasar MS + BA 0,8 mg/1. Dengan media tersebut dihasilkan 14,2 tunas pada minggu ke-8. Untuk induksi perakaran digunakan media dasar MS 0,5 + IBA 0,8 mg/1. Media penyimpanan terbaik untuk memperoleh pertumbuhan minimal adalah Monier yang setengahnya dari formulasi njedia dasar kombinasi diencerkan dengan zat penghambat tumbuh ancymidol 1,0 dan 1,5 mg/1. Tinggi tunas pada biakan umur enam bulan hanya 0,83 cm. Penyimpanan dengan enkapsulasi eksplan yang digunakan dapat berupa meristem pucuk atau batang satu buku. Penggunaan paklobutrazol sebanyak 0,5 mg/1 dapat menghambat pertumbuhan eksplan hingga umur enam bulan. Penyimpanan dengan pembekuan dalam nitrogen cair dapat dilakukan dengan metode vitrifikasi. Perlakuan awal 0,4 M sukrosa selama 4 hari dan penggunaan krioprotektan MIX I selama 120 menit memberikan hasil yang cukup baik. Setelah penyimpanan pada temperatur -196C, eks plan dapat tumbuh kembali. Beberapa perlakuan penyimpanan yang dicoba tidak menurunkan kemampuan tumbuh eksplan pada media regenerasi.