Browsing by Author "Lestari, Martina Sri"
Now showing 1 - 9 of 9
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN KABUPATEN PUNCAK PROVINSI PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Lewaherilla, Niki E.; Tirajoh, Siska; Lestari, Martina Sri; Wulandari, Septi; Suebu, Yusuf; Kementrian PertanianAnalisis kebijakan pengembangan komoditas unggulan pertanian Kabupaten Puncak bertujuan untuk: 1) menentukan komoditas pertanian unggulan dan kebutuhan teknologinya, 2) menetapkan arah kebijakan pengembangan komoditas pertanian unggulan Kabupaten Puncak. Pendekatan survey melalui pengumpulan data primer berupa pengamatan dan wawancara responden petani dan pemangku kepentingan (pedagang, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pihak Pemda Bupati, Assisten II, Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi). Wilayah sampel pengamatan ditentukan secara sengaja yaitu wilayah Distrik Gome dan Ilaga. Data sekunder dari berbagai institusi berupa luas lahan pertanian, jumlah dan jenis ternak, produksi komoditas pertanian, data kependudukan yang diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten, BPS, Bappeda, Perguruan Tinggi. Penentuan komoditas unggulan menggunakan analisis L/Q Question, selanjutnya untuk mengetahui ketepatan penentuan komoditas unggulan dilakukan penilaian terhadap komoditas unggulan terpilih oleh pemangku kepentingan Pihak Pemda menggunakan skala tinggi, sedang dan rendah. Analisis arah kebijakan pengembangan pertanian kabupaten Puncak didasarkan pada analisis SWOT, yang dituangkan dalam bentuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas unggulan kabupaten Puncak yaitu ubijalar dan sayuran pada 8 distrik induk yaitu: Ilaga, Pigoma, Agadugume, Beoga, Sinak, Duofo, Wangbe dan Gome. Komoditas Talas/bete dan ubikayu terdapat pada 7 Distrik basis. Jagung pada 4 Distrik Basis yaitu; Distrik Duofo, Beoga, Pogoma dan Sinak. Komoditas kacang tanah 3 wilayah basis pengembangan yaitu Distrik Duofo, Pogoma, dan Sinak. Dukungan inovasi teknologi pengembangan komoditas unggulan pertanian berupa penyediaan VUB, teknis budidaya praktis, pascapanen dan pengolahan hasil komoditas. Strategi Pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Puncak terdiri dari 11 program.
- ItemAssessing Opportunities to Increase Yield and Profit in Rainfed Lowland Rice Systems in Indonesia(MDPI, 2021-04-15) Erythrina, Erythrina; Anshori, Arif; Bora, Charles Y.; Dewi, Dina O.; Lestari, Martina Sri; Mustaha, Muhammad A.; Remija, Khadijah E.; Rauf, Abdul W.; Mikasari, Wilda; Surdianto, Yanto; Suriadi, Ahmad; Darwis, Valeriana; Syahbuddin, HarisIn this study, we aimed to improve rice farmers’ productivity and profitability in rainfed lowlands through appropriate crop and nutrient management by closing the rice yield gap during the dry season in the rainfed lowlands of Indonesia. The Integrated Crop Management package, involving recommended practices (RP) from the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD), were compared to the farmers’ current practices at ten farmer-participatory demonstration plots across ten provinces of Indonesia in 2019. The farmers’ practices (FP) usually involved using old varieties in their remaining land and following their existing fertilizer management methods. The results indicate that improved varieties and nutrient best management practices in rice production, along with water reservoir infrastructure and information access, contribute to increasing the productivity and profitability of rice farming. The mean rice yield increased significantly with RP compared with FP by 1.9 t ha 1 (ranges between 1.476 to 2.344 t ha 1 ), and net returns increased, after deducting the cost of fertilizers and machinery used for irrigation supplements, by USD 656 ha (ranges between USD 266.1 to 867.9 ha 1 ) per crop cycle. This represents an exploitable yield gap of 37%. Disaggregated by the wet climate of western Indonesia and eastern Indonesia’s dry climate, the RP increased rice productivity by 1.8 and 2.0 t ha 1 , with an additional net return gain per cycle of USD 600 and 712 ha 1 , respectively. These results suggest that there is considerable potential to increase the rice production output from lowland rainfed rice systems by increasing cropping intensity and productivity. Here, we lay out the potential for site-specific variety and nutrient management 1 with appropriate crop and supplemental irrigation as an ICM package, reducing the yield gap and increasing farmers’ yield and income during the dry season in Indonesia’s rainfed-prone areas.
- ItemEKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI TANAMAN LOKAL SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH DI KABUPATEN BIAK NUMFOR, PROVINSI PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Wulanningtyas, Heppy Suci; Wulandari, Septi; Rumsarwir, Yuliana; Ondikeleuw, Mariana; Lestari, Martina Sri; Kementrian PertanianBiak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua berupa pulau yang terpisah dari daratan Papua. Secara umum termasuk wilayah dataran rendah dengan didominasi relief bergelombang-berbukit. Biak Numfor kaya aneka flora dengan plasma nutfah beragam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai jenis tanaman lokal spesifik sebagai bagian dari pengelolaan dan pelestarian sumberdaya genetik di Biak Numfor, Papua. Metode yang digunakan adalah survei, kuesioner dan wawancara. Survei dilakukan pada pekarangan-kebun di tiga puluh rumah tangga yang tersebar di lima distrik di Kabupaten Biak Numfor yang diduga menjadi lokasi tumbuh tanaman yakni Distrik Samofa, Biak Kota, Biak Utara, Yendidori dan Warsa. Kuesioner dan wawancara dilakukan pada masyarakat setempat untuk mendapat informasi mengenai pemanfaatan dan nama lokal tanaman. Diperoleh 24 aksesi tanaman buah, 22 aksesi tanaman sayur, 29 aksesi tanaman hias, 6 aksesi umbi-umbian, dan 14 aksesi tanaman obat dari hasil eksplorasi. Dari data tersebut, beberapa merupakan tanaman lokal Biak Numfor dan sebagian hanya diketahui nama lokalnya yaitu alpukat hutan, sukun hutan, kuker, pisang jarum, gedi batang merah, anggrek tanah, talas merah, daun gatal, daun masnasem dan pohon kayu perahu.
- ItemINTENSITAS SERANGAN TUNGAU Polyhagotesonemus latus PADA TANAMAN WIJEN DI AREAL PERTANAMAN TAMAN AGRO BPTP PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Lestari, Martina Sri; Garuda, Sitti Raodah; Talanta, Simon; Kementrian PertanianTanaman Wijen (Sesamum indicum L.) adalah tanaman semak semusim termasuk dalam famili Pedaliceae dan merupakan salah satu tanaman tropis yang mudah dibudidayakan dan tahan kering. Salah satu kendala utama budi daya wijen adalah serangan hama dan penyakit, yang dapat menurunkan produksi. Pengamatan hama telah dilakukan di areal pertanaman Taman Agro BPTP Papua. Tujuan pengamatan ini untuk menginventarisasi serangga hama serta musuh alami pada tanaman wijen Metode pengambilan contoh tanaman dilakukan secara diagonal sebanyak 6 tanaman wijen dan pengamatan dilakukan setiap bulan. Parameter yang diamati ialah jenis-jenis serangga hama dan parasitoid serta persentase tanaman terserang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenisjenis serangga hama pada tanaman wijen ialah kutu daun (Aphis sp), tungau (Polyhagotesonemus latus), thrips sp., kepik hijau, mizus dan belalang (Atratomorpha sp.). Hasil pengujian menunjukkan bahwa varietas Sb-1, Winas-1, Winas-2 dan klon lokal termasuk varietas tahan terdahap serangan tugau B P. latus.
- ItemMODEL PERCEPATAN DAN PENGUATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS INOVASI DI PERBATASAN MERAUKE(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2022-10-18) Lobo, Fransiskus; Lestari, Martina Sri; Kementrian PertanianPembangunan sektor pertanian di Indonesia selama beberapa dekade terakhir ini menunjukan dinamika yang tinggi dan meraih berbagai keberhasilan, tantangan terutama dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Namun demikian pembangunan pertanian di masa depan akan terus dihadapkan kepada berbagai kendala dan tantangan yang semakin kompleks, baik dari segi pengaruh iklim dan pemenuhan konteks kebutuhan pangan dan energi, maupun dalam pengentasan kemiskinan dan penopang laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Buku “Model Percepatan Dan Penguatan Pembangunan Pertanian Berbasis Inovasi Di Perbatasan“.
- ItemPOTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI KABUPATEN SARMI, PAPUA(BPTP Papua, 2022-06-01) Manwan, Sri Wahyuni; Lestari, Martina Sri; Dominanto, Ghalih Priyo; Kementrian PertanianKabupaten Sarmi termasuk penghasil kelapa dengan luas areal tanaman produktif 5.085 ha atau 19,9% dari total areal kelapa di Provinsi Papua seluas 25.585 ha pada tahun 2019. Terjadi peningkatan luas areal pertanaman kelapa 60,96% dari tahun sebelumnya, namun tidak disertai dengan peningkatan produktivitas yang signifikan. Rendahnya produktivitas kelapa karena sebagian besar sudah tua, tidak berasal dari bibit unggul, dan tidak menerapkan teknologi dalam perawatan tanaman. Hingga saat ini produktivitas kelapa di Kabupaten Sarmi hanya 0,22 t/ha, jauh lebih rendah dari produktivitas nasional yang mencapai 1,1 t/ha. Makalah ini membahas prospek, kendala, dan peluang pengembangan usahatani kelapa di Kabupaten Sarmi, Papua. Areal perkebunan kelapa yang produktif di daerah ini hanya 60,6%, sisanya tanaman belum menghasilkan, rusak, dan baru. Lahan yang masih luas menjadi peluang pengembangan perkebunan kelapa rakyat di Kabupaten Sarmi, Papua. Penggunaan bibit berkualitas dan pengelolaan budidaya yang tepat menjadi keniscayaan dalam meningkatkan produksi dan agribisnis kelapa. Kendala yang dihadapi dalam agribisnis kelapa ialah rendahnya produktivitas kelapa rakyat, pascapanen tidak optimal, dan produksi belum mampu diserap pasar setempat. Pendapatan petani dari sekali panen buah kelapa adalah Rp 600.449, pendapatan dari kopra Rp 900.766, dan pendapatan dari produk minyak kelapa Rp 1.000.871. Hasil analisis menunjukkan, produk usahatani kelapa rakyat di Kabupaten Sarmi mempunyai R/C ratio 1,71 dalam bentuk buah kelapa, 1,06 dalam bentuk kopra, dan 1,03 dalam bentuk minyak kelapa. Artinya, produk kelapa dalam bentuk buah yang layak. Pengembangan agribisnis kelapa memerlukan dukungan sarana prasarana pendukung, inovasi teknologi perbenihan, budidaya, pengelolaan panen dan pascapanen. Selain itu diperlukan pemberdayaan dan pembinaan petani serta pengembangan jejaring pemasaran melalui kelembagaan.
- ItemRESPON PETANI TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI JAJAR LEGOWO SUPER DI KABUPATEN MERAUKE(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Wulandari, Septi; Wulanningtyas, Heppy Suci; Lestari, Martina Sri; Sujarwo; Kementrian PertanianPotensi luas lahan pertanian produktif Kabupaten Merauke sebagai salah satu peluang terwujudnya swasembada pangan. Kabupaten Merauke mempunyai luas lahan sawah dan lahan kering 64.000 ha dari luas wilayah mencapai 46.791,63 km. Produksi Kabupaten Merauke tahun 2016 mencapai 136.500 ton dengan luas panen 52.000 ha. Dalam rangka mempertahankan produksi beras sekaligus meningkatkan pendapatan petani, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi, salah satunya Teknologi Jajar Legowo Super. Teknologi Jajar Legowo Super merupakan teknologi budidaya padi berbasis jajar legowo 2:1, penggunaan VUB, pemanfaatan dekomposer M-Dec dalam pengelolaan jerami, pemanfaatan pupuk hayati dalam seed treatment (agrimeth), pengendalian organisme pengganggu tanaman menggunakan pestisida nabati dan anorganik serta pemanfaatan alsintan khususnya untuk tanam dan panen. Tujuan pengkajian adalah mengetahui respon petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teknologi jajar legowo super. Kajian dilakukan di Kampung Nggutibob, Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke pada bulan November 2016 - Februari 2017. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel petani secara purposif, yaitu 20 petani kooperator yang menerapkan jarwo super. Analisis data menggunakan regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi respon petani. Hasil kajian menunjukkan respon petani terhadap teknologi jajar legowo tergolong sedang (54,82%). Pemanfaatan biodekomposer, pupuk hayati, dan alsintan mendapat respon positif dari petani. Namun pemanfaatan agrimeth kurang diminati petani (36,67%) yang menyukai karena benih terlalu cepat berkecambah dan sulit untuk ditabur di pesemaian. Variabel umur, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, upah penanaman, dan besarnya biaya produksi tidak mempengaruhi tinggi rendahnya respon petani dalam penerapan teknologi jajar legowo super.
- ItemTeknologi Peningkatan Produksi Kedelai di Papua(BPTP Papua, 2022-10-06) Garuda, Sitti Raodah; Lestari, Martina Sri; Rumsarwir, Yuliana H.; Rumbarar, Merlin K.; Jayanti, Edita Dwi; Kementrian PertanianKedelai merupakan salah satu tanaman kacang- cangan andalan nasional yang menunjang program versifikasi pangan dan mendukung ketahanan pangan ional. Kedelai sebagai bahan baku olahan makanan upun pakan ternak serta merupakan tanaman palawija ng kaya akan protein, yang memiliki arti penting sebagai umber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi nyakit kurang gizi seperti busung lapar. Kedelai menempati peringkat ketiga tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Selain itu meningkatnya konsumsi penduduk terhadap produk olahan kedelai juga ikut meningkatkan permintaan bahan baku kedelai.
- ItemUji Kemampuan Ekstrak Mimba (Azodirachtan indica A. Juss) Sebagai Pestisida Organik pada Tanaman Bawang Merah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Lestari, Martina Sri; Pesireron, Marietje; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian Uji Kemampuan Ekstrak Mimba (Azadirachta indica A. Juss). sebagai Pestisida Organik Pada Tanaman Bawang Merah telah dilaksanakan di Kampung Yobeh Distrik Sentani Tengah Kabupaten Jayapura selama 4 bulan dari bulan September - Desember 2006 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak mimba dalam mengendalikan serangan hama pada tanaman bawang merah. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang diulang empat kali. Perlakuan yang diuji adalah lima perlakuan dosis ekstrak mimba yaitu 30, 40, 50, 60 cc/liter dan kontrol (tanpa perlakuan). Cara pembuatan pestisida organik : 1 kg daun mimba di tumbuk halus dicampur dengan 2 sendok makan sabun colek dan 1 liter air kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Disaring dan ekstrak tersebut dianggap larutan pestisida 100% yang siap diaplikasikan ke lapangan sesuai dengan perlakuan dosis yang akan diuji. Variable pengamatan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah umbi, berat umbi per rumpun, diameter umbi, produksi dan intensitas serangan hama. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun mimba dengan dosis 50 dan 60 cc/liter mampu mengendalikan serangan hama tanaman dengan intensitas serangan 0,34 – 1,43% dengan kriteria serangan ringan.