Browsing by Author "Kompudu, Alfred"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Kelayakan Usaha Budidaya Itik Petelur dengan Sistem Kandang Baterai dan Ranch di Kabupaten Blitar(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Khopsoh, Binti; Kompudu, Alfred; Anugera, PriyaBudidaya itik petelur di Indonesia dikelola dengan sistem kandang baterai dan ranch. Penelitian ini untuk mengetahui analisis usaha ternak itik petelur pada kandang baterai dan ranch; dan untuk mengetahui pengaruh perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual telur itik, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan fi nansial budidaya itik petelur tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dilakukan bulan April 2017 di Kabupaten Blitar pada 10 peternak itik yaitu 5 peternakan untuk setiap jenis kandang. Penentuan lokasi menggunakan metode sampling purposive. Data primer diperoleh dari kuisioner dan observasi, sedangkan data sekunder dari berbagai literatur dan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar. Analisis fi nansial dari perhitungan NPV, IRR, Net B/C, payback period dan sensitivitas saat terjadinya kenaikan harga pakan, penurunan harga telur dan penurunan produksi telur. Sedangkan analisis data non fi nansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek social lingkungan. Analisis fi nansial pada sistem baterai: NPV sebesar Rp. 198.344.974, IRR 220%, Net B/C 11,4 dan payback period 1,4. Pada sistem ranch: NPV sebesar Rp. 100.700.923, IRR 108%, Net B/C 8 dan payback period 1,5. Analisis sensitivitas toleransi kenaikan harga pakan maksimal pada sistem baterai 19,1% dan 10.45% pada sistem ranch. Toleransi penurunan harga jual maksimal pada sistem baterai 14,6% dan 8,86 % pada sistem ranch. Sedangkan toleransi penurunan produksi telur pada sistem baterai 14.53% dan 8,86 % pada sistem ranch. Analisis non fi nansial berdasarkan aspek pasar terdapat permintaan telur itik yang tinggi; dari aspek teknis peternakan memenuhi persyaratan ideal dalam persiapan kandang, manajemen produksi, dan penanganan penyakit. Aspek manajemen terdapat struktur organisasi yang jelas tugas dan fungsinya. Sedangkan dari aspek social lingkungan tidak ada yang menentang usaha ini karena tidak menimbulkan pencemaran yang menganggu masyarakat sekitar. Berdasarkan analisis fi nansial dan non fi nansial disimpulkan bahwa budidaya itik petelur dengan sistem baterai lebih menguntungkan peternak dibandingkan dengan sistem ranch.
- ItemPedoman Umum Penggunaan Antibiotik di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan(Direktorat Kesehatan Hewan, 2021) Nasrullah; Rasa, Fadjar Sumping Tjatur; Isriyanthi, Ni Made Ria; Ratnasari, Yurike Elisadewi; Fauzi, Muhammad; Utomo, Gunawan Budi; Asmara, Widya; Naipospos, Tri Satya Putri; Mukartini, Sri; Patriana, Unang; Rahminiwati, Min; Munawaroh, Muhammad; Teruli, Bonifasius Suli; Darusalam, Huda Shalahudin; Andriyanto; Mustika, Aulia Andi; Fitriana, Ida; Rahman, Abdul; Subiyanti, Wiwit; Mucharini, Hany; Ardini, Pravita Sari Purnama; Desmayanti, Liys; Fari, Irawati; Tinora, Forlin; Wijanarko, Andi; Kusumanagandi, Dedi; Kompudu, Alfred; Nugroho, Erianto; SunandarResistansi antimikroba atau yang dikenal dengan istilah antimirobial resistance (AMR) adalah kemampuan mikroba untuk melawan efek obat yang pernah berhasil / efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikroba tersebut. Resistansi antibiotik merupakan bagian dari AMR untuk bakteri yang menjadi resistan terhadap antibiotik. Resistansi antimikroba merupakan ancaman global bagi kesehatan masyarakat serta kesehatan hewan. Potensi munculnya bakteri yang resistan terhadap antibiotik (bakteri super) erat kaitannya dengan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan tidak bertanggung jawab di sektor kesehatan manusia, pertanian, termasuk peternakan dan kesehatan hewan, produksi tanaman, dan perikanan. Penggunaan antimikroba yang sama di manusia dan hewan produksi, diduga sebagai salah satu penyebab timbul dan menyebarnya bakteri resistan. Resistansi antimikroba umumnya terjadi akibat penggunaan antimikroba untuk pencegahan penyakit atau pengobatan penyakit yang tidak mengikuti petunjuk dokter hewan (pengobatan mandiri). Tingginya intensitas penggunaan antibiotik yang tidak tepat sasaran serta penerapan standar kewaspadaan (standard precaution) yang tidak benar di tingkat peternakan dan fasilitas pelayanan kesehatan hewan merupakan faktor pemicu terjadinya resistansi yang dapat berdampak pada manusia maupun hewan, dan keamanan produksi pangan.