Browsing by Author "Katamtama"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemKeracunan Nitrat-Nitrit pada Sapi di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong (BPTUSP) Padang Mengatas dan UPT PTU Disnak dan Keswan Riau(Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi, 2011) Katamtama; Helmi; Latief, Sofina; Wilyani, Sri; Herman; AzfirmanTelah terjadi kematian secara akut pada 2 ekor sapi dari 44 ekor yang baru datang dari Australia, yang sebelumnya sapi tersebut dalam keadaan sehat, segar-bugar. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, temperatur lebih 41⁰C, hipersalivasi, tremor, inkoordinasi kemudian roboh dan mati. Seekor sapi yang lain juga mengalami kematian yang didahului dengan keguguran terlebih dahulu, tampak gejala sampai mati tidak lebih dari 6 jam. Sebelum mati, sapi sempat ditreatmen dengan analgesik, anti spasmodik, dan antibiotik. Kematian secara akut yang serupa terjadi pada 3 ekor sapi Bali dari 26 ekor di UPT PTU Salo milik Disnak dan Keswan Provinsi Riau, sapi mati tidak lebih dari satu jam dari gejala. Paparan Nitrat-Nitrit dalam pakan hijauan diduga menjadi sebab kematian sapi dari BPTU Padang Mengatas, dan juga UPT PTU Disnak dan Keswan Riau. Pengujian yang dilakukan dengan menguji Hijauan dari areal penggembalaan BPTU Padang Mengatas dengan Diphenilamine (DPA), dibandingkan dengan hijauan yang berada di BPPV. Begitu pula sampel dari UPT PTU Riau diuji pada isi rumen dan isi saliva. Hasil pengujian pada hijauan BPTU Padang Mengatas, serta isi rumen dan saliva sapi dari UPT PTU Riau diperoleh hasil positif mengandung nitrat nitrit. Hasil uji DPA membentuk warna biru sedangkan hasil pemeriksaan hijauan dari BPPV membentuk warna kuning. Keracunan nitrat nitrit pada ternak ruminansia biasanya terjadi karena kesalahan dalam pemupukan hijauan.
- ItemSurveillans dan Monitoring Penyakit Brucellosis dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas Brucellosis di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2019) Inarsih, Dwi; Novriyenti, Adek; Oktavia, Erina; Zulkifli; KatamtamaBrucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi, penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau penyakit BAng. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1935 pada sapi perah di Grati Pasuaruan Jawa Timur, Penyakit Brucellosis menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia. Brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak. Saat ini Brucellosis merupakan salah satu dari 25 (dua puluh lima) penyakit masuk pada PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis) yang di tetapkan oleh Kementerian Pertanian. Untuk penyakit Brucellosis di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi sudah dinyatakan bebas sejak tahun 2009 dengan SK Menteri Pertanian tahun 2009 No. 2541/Kpts/PD.610/6/2009. Monitoring dan surveillans tetap terus dilaksanakan untuk detect diseases dalam mempertahankan status bebas Brucellosis di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Pengambilan sampel menggunakan kaidah pengambilan sampel dengan metode detect disease. Dan pengujian sampel secara serologi seperti yang ditetapkan dalam SK Ditjennak No. 75/OT/210/Kpts/1996 tanggal 5 Desember 1996 tentang petunjuk pengendalian. Penyakit hewan keluron menular (brucellosis) adalah Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT). Dan sejak dinyatakan bebas Balai Veteriner Bukittinggi tetap melakukan monitoring dan surveillans terhadap penyakit Brucellosis secara rutin dari tahun ke tahun hingga saat ini. Untuk 2 tahun terakhir ini pada tahun 2018 pengambilan sampel sebanyak 10.198 sampel dan di dapat hasil positif sebanyak 4 sampel (0,04%). Pada tahun 2017 pengambilan sampel sebanyak 10.720 sampel dan didapat hasil positif sebanyak 1 sampel (0,009%). Sampel positif yang di dapat adalah sampel positif yang telah di uji dengan CFT. Dengan masih di dapatkan hasil positif dari penyakit Brucellosis walaupun tingkat prevalensi masih kurang dari 2%, langkah ini untuk mewaspadai sedini mungkin timbulnya penyakit tersebut serta menanggulangi secara cepat terhadap masuknya kembali reaktor Brucellosis dari penyakit Brucellosis yang ada di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Hal-hal tersebut sebagai upaya dalam mempertahankan status bebas terhadap penyakit Brucellosis. Untuk itu sangat perlu mendapat perhatian dan pengawasan dari instansi terkait mengingat sangat pentingnya penyakit Brucellosis ini terhadap dampak yang ditimbulkannya, baik dari segi perekonomian maupun segi kesehatan masyarakat veteriner.