Browsing by Author "Irianingsih, Sri Handayani"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemIsolasi Virus Avian Influenza pada Sel Primer Chicken Embryo Fibroblast (CEF) dan Sel Kultur Mardin-Darby Bovine Kidney (MDBK)(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Sari, Desi Puspita; Irianingsih, Sri Handayani; Darul, M. AfdhalPada awal tahun 2018, banyak kasus penurunan produksi telur dan kematian pada unggas komersial yang dilaporkan di wilayah kerja BBVet Wates, sehingga jumlah permintaan uji isolasi virus AI bertambah dan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan Telur Ayam Berembrio SAN. Kajian isolasi virus Avian Influenza pada sel primer Chicken Embryo Fibroblast (CEF) dan sel kultur Mardin-Darby Bovine Kidney (MDBK) telah dilakukan di Laboratorium Virologi BBVet Wates. Kajian ini bertujuan untuk melihat perubahan dan respon titer HA sel primer CEF dan sel kultur MDBK yang diinokulasi virus Avian Influenza. Kajian ini dilakukan dengan metoda inokulasi virus AI pada media pertumbuhan sel primer CEF P2 dan sel kultur MDBK P142. Sel CEF dibuat dari 2 telur ayam berembrio (TAB) umur 10 hari. Setelah 24 jam 1 flask sel CEF dilakukan split ke microplate 24 well,sedangkan sel MDBK dikultur ke microplate 24 well dan flask 25 cm2. Isolat virus yang digunakan adalah A/Chicken/Sleman/BBVW-242/2017 dengan titer virus 16HA. Isolat virus diencerkan bertingkat dari 10-2 sampai 10-5 dan diinokulasikan pada sel CEF dan sel MDBK dengan 3 kali ulangan. Sel MDBK yang dikultur pada flask 25 cm2 diinokulasi virus enceran 10-2. Sel diinkubasi selama 4 hari pada suhu 37oC. Sel primer CEF dan sel kultur MDBK setelah 1 jam post infeksi tampak adanya perubahan sel (cytopathic effect/cpe). Virus AI dapat diisolasi pada sel primer CEF dengan titer virus 4HA pada inokulasi virus enceran 10-2 dan titer 2HA pada virus enceran 10-3. Pada sel kultur MDBK di microplate 24 well virus AI diidentifikasi pada pengenceran 10-2 dengan titer virus 2HA dan 10-3 dengan titer 4HA sedangkan sel kultur MDBK di flask 25 cm2 diperoleh titer virus lebih tinggi 64HA. Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa sel primer CEF dan sel kultur MDBK dapat digunakan sebagai media pertumbuhan untuk isolasi virus AI.
- ItemKewaspadaan dalam Penggunaan Fetal Bovine Serum Komersial yang Terkontaminasi Bovine Viral Diarrhea sebagai Suplemen Media Kultur Sel pada Pengujian Isolasi Pestivirus(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Irianingsih, Sri Handayani; Sari, Desi Puspita; Darul, Muhammad Afdhal; Famia, Zaza; Direktorat Kesehatan HewanKetersediaan fetal bovine serum (FBS) komersial sebagai suplemen media kultur sel di Indonesia saat ini masih bergantung pada importasi. Persyaratan bebas virus Bovine Viral Diarrhea (BVD) untuk pengujian isolasi virus BVD dan Classical Swine Fever (CSF) yang tergolong dalam Pestivirus harus dipenuhi sesuai dengan protokol pengujian. Evaluasi terhadap FBS komersial ini bertujuan untuk memberikan penilaian kesesuaian FBS sebagai suplemen media kultur sel berdasarkan adanya antibodi dan kontaminasi antigen dan/atau virus BVD. Sebanyak 9 batch FBS yang berasal dari 2 penyedia telah diuji ELISA antibodi dan antigen BVD, realtime RT-PCR virus BVD, dan multiplex nested PCR genotyping BVD, sedangkan 2 batch FBS diuji terhadap pertumbuhan virus BVD menggunakan kultur sel Madin Darby Bovine Kidney (MDBK). Hasil pengujian menunjukkan 9 batch FBS negatif antibodi BVD, 4 batch FBS positif antigen BVD, 9 batch FBS terkontaminasi virus BVD, dan 8 batch FBS diidentifikasi genotipe BVDV-1. Kultur sel MDBK yang dilakukan pertumbuhan sel hingga 3 kali pasase menggunakan 2 batch FBS sebagai suplemen media kultur sel menunjukkan positif virus BVD biotipe noncytopathic. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa sediaan FBS komersial telah terkontaminasi virus BVD dan terindikasi sebagai virus aktif, sehingga perlu lebih waspada dan selektif dalam menentukan FBS sebagai suplemen media kultur sel pada pengujian diagnostik, isolasi virus, dan analisis sekuensing virus BVD dan CSF yang termasuk dalam Genus Pestivirus.
- ItemProfiling Peternakan Babi yang Berisiko Tertular Penyakit African Swine Fever di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Wates(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Irianingsih, Sri Handayani; Wibawa, Hendra; Rochmadiyanto; Suryanto, Basuki Rochmat; Direktorat Kesehatan HewanKejadian penyakit African swine fever sejak akhir tahun 2019 di Provinsi Sumatera Utara menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Aspek biosekuriti dan manajemen pemeliharaan ternak merupakan hal penting dalam pemantauan penyakit di daerah berisiko. Tujuan profiling adalah untuk mengetahui profil peternakan babi yang mempunyai risiko tertular penyakit ASF. Profiling peternakan babi telah dilakukan pada 151 peternak babi di 11 kabupaten di 3 provinsi wilayah kerja BBVet Wates pada bulan Januari 2020. Metoda yang digunakan adalah mengisi kuisioner melalui wawancara peternak dan menganalisis data secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa 57% peternak memiliki populasi kurang dari 50 ekor sedangkan populasi lebih dari 1000 ekor hanya 9%. Sebesar 67% peternakan babi di wilayah kerja BBVet Wates menggunakan pakan sisa, dengan 7% merupakan produk babi dan 85% pakan sisa tidak dimasak. Hampir semua peternak menjaga kebersihan kandang, minimal 1 kali sehari sebesar 90%. Sebagian besar peternak belum melakukan penyemprotan kandang menggunakan desinfektan (81%). Sebesar 49% peternak melakukan pembelian bibit ternak dari luar farm, dan 24% yang mempunyai pedagang mensuplai bibit secara rutin. Rerata penjualan babi meningkat pada bulan Desember – Januari dengan daerah pemasaran kota-kota besar. Profil peternakan babi di wilayah kerja BBVet Wates yang menggunakan pakan sisa dan implementasi biosekuriti dalam manajemen pemeliharaan rendah mempunyai risiko tertular penyakit ASF.