Browsing by Author "Inarsih, Dwi"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemKejadian Goiter pada Kambing Peranakan Etawa yang Diduga Disebabkan oleh Tanaman Goitronik di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Inarsih, Dwi; Anindita, Katamtama; Rahmadani, Ibenu; Febrianto, NikoPenyakit goiter merupakan penyakit yang muncul akibat kekurangan asupan iodium. Kekurangan kandungan iodium bisa terjadi baik secara langsung diakibatkan oleh kandungan iodium dalam tanah yang memang rendah maupun secara tidak langsung yang disebaabkan karena ada faktor penghambat atau menghalangi atau mengganggu dari kerja kelenjar tiroid. Tujuan kegiatan untuk menyelidiki kemungkinan dari penyebab pada kasus-kasus sejenis dan mempunyai kesamaan pada ternak kambing PE (Peranakan Etawa) di beberapa wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Metode yang digunakan pada kasus yang terjadi yaitu berdasarkaan anamnesa, gejala klinis, patologi klinis dan histopatologi serta memperhatikan kondisi lingkungan sekitar kasus yang merupakan daerah penghasil sayur seperti bunga kol, brokoli, kubis, Lobak, Sawi, bayam dll. Dimana tanaman tersebut merupakan sumber goitronik yang tinggi. Adanya kematian pada kambing PE terutama yang baru lahir dalam keadaan lemah yang hanya mampu bertahan hidup 1 hingga 4 minggu serta adanya pembesaran kelenjar Tiroid. Kejadian ini terjadi berulang pada beberapa ekor kambing PE. Daerah kasus merupakan daerah penghasil sayuran dilereng gunung marapi dan singgalang, propinsi Sumatera barat. Dari kadaver yang mengalami pembengkaan kelenjar tiroid, setelah dilakukan pemeriksaan histopalogi terlihat adanya hiperplastik goiter. Pada beberapa kasus yang belum terlambat kejadiannya telah di terapi dengan mineral berupa garam beryodium pada induk selama bunting dan pada fetus yang lahir. Serta terjadi kesembuhan pada kasus yang di tangani secara cepat dan tepat. Kasus-kasus ini terjadi pada daerah-daerah penghasil sayuran. Dan kejadian ini terjadi diduga karena ternak memakan tanaman yang mengandung zat Goitronik.
- ItemMetode Pengembangan Diagnosa Penyakit Paratuberculosis di Wilayah BPPV Regional II Bukittinggi Kajian Pendahuluan dalam Melakukan Survaillans dan Monitoring(Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi, 2011) Inarsih, Dwi; Zaidra, Olin; Zulkifli; Susilowati; Budhiyadnya, I Gde Eka; AzfirmanPenyakit Paratuberculosis atau yang biasa dikenal dengan Johne's Disease merupakan penyakit pada sapi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium avian subspesies paratuberculosis atau kadang-kadang juga disebut sebagai Myco Johne. Penyakit ini telah banyak dilaporkan sebagai salah satu penyakit menular penting dan telah menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar di sektor industri peternakan pada beberapa negara. Pengujian terhadap penyakit Paratuberculosis merupakan metode pengembangan diagnosa di Laboratorium Bakteriologi dengan menggunakan metode ELISA. Hasil yang didapat dapat digunakan untuk kajian pendahuluan terhadap surveillans dan monitoring penyakit Paratuberculosis di wilayah kerja BPPV Regional II Bukittinggi. Jumlah sampel yang dilakukan dalam pengujian ini sebanyak 135 sampel yang diambil dari 4 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat, 3 kabupaten di Propinsi Riau dan 2 kabupaten di Propinsi Jambi. Dari 135 sampel yang diuji, 10 sampel menunjukkan hasil seropositif dan 125 sampel menunjukkan hasil seronegatif. Dan adanya hasil seropositif pada pengujian ini menunjukkan perlu dan pentingnya dilakukan surveillans dan monitoring yang lebih terarah dan terencana terhadap penyakit paratuberculosis dan untuk membantu program pemerintah dalam swasembada daging tahun 2014.
- ItemPengamatan Terjadinya Kasus Penyakit Septicemia Epizootika (SE) di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi dari Tinjauan Laboratorium Bakteriologi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2015) Inarsih, Dwi; Zulkifli; Novriyenti, Adek; Oktavia, Erina; Anindita, Katamtama; AzfirmanSepticemia Epizootika (SE) merupakan bentuk khusus dari Pasteurelosis dan merupakan penyakit yang terdapat di seluruh wilayah tropis dan subtropics. Dengan sifat patogenisitasnya yang tinggi, ketepatan diagnosa dan kecepatan pengobatan terhadap penyakit SE sangatlah diperlukan. Sampel yang diperiksa adalah sampel yang menunjukkan indikasi penyakit SE. Hasil pengjian pada sampel yang masuk lab Bakteriologi secara umum yang diduga dan dicurigai disebabkan oleh bakteri Pasteurella sp diperlakukan sebagai berikut : pada pengujian biologis, mencit mati dalam waktu 24 jam. yang dilanjutkan isolasi pada organ mencit tersebut, dari kedua isolasi dan identifikasi yang dilakukan ditemukan kuman berbentuk bipolar dan gram negatif serta dari uji biokimia didapatkan kuman Pasteurella moltocida.Dari beberapa kasus yang diperoleh dan telah dilakukan pengujian serta dari hasil pengujian yang didapat maka perlunya diwaspadai dan dikendalikan terhadap penyakit Septicemia Epizootika di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi yang meliputi propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau. Septicaemia Epizootica (SE) adalah penyakit infeksius yang menyerang ruminansia oleh bakteri gram negatif Pasteurella multocida. Penyakit ini menyebar cepat dengan cara kontak langsung yang menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi yang tinggi. Pencegahan SE yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian vaksin.
- ItemPeranan Instalasi Sterilisasi Bagi Laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2017) Inarsih, DwiSterilisasi peralatan dilakukan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan laboratorium dengan metode panas kering dan basah. Langkah awal sebelum dilakukannya sterilisasi adalah presterilisasi terhadap peralatan laboratorium yang kotor pasca pengujian di laboratorium. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan peralatan laboratorium yang streil yang akan digunakan lagi dalam pengujian-pengujian laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi sehingga hasil pengujian yang dilakukan mendapatkan hasil yang baik dan akurat, karena peralatan yang digunakan dalam mendukung pengujian tersebut telah memenuhi standar kelayakan yang telah dipersyaratkan. Selain itu Sterilisasi juga menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan yang dilakukan di Balai Veteriner Bukittinggi.
- ItemSituasi Brucellosis Tahun 2009 dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas Brucellosis Wilayah Regional II Bukittinggi(BPPV Regional II Bukittinggi, 2009) Azfirman; Inarsih, Dwi; Zulkifli; Zedra, Olin; Sybli, MuhammadMenurut SK Mentan No.254/Kpts/PD.610/6/2009 tanggal 15 Juni 2009 tentang pernyataan Propinsi Sumbar, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau bebas Penyakit Kluron Menular (Brucellosis) pada sapi dan kerbau. BPPV Regional II telah melakukan surveilans dalam rangka mempertahankan status bebas brucellosis. Hasil pemeriksaan sampel dari Propinsi Sumbar sebanyak 4066 sampel, Propinsi Riau sebanyak 1648 sampel, Propinsi Jambi sebanyak 1538 sampel dan Propinsi Kepulauan Riau sebanyak 702 sampel diperoleh hasil 100% negatif terhadap reaktor Brucellosis.
- ItemSurveillans dan Monitoring Penyakit Brucellosis dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas Brucellosis di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2019) Inarsih, Dwi; Novriyenti, Adek; Oktavia, Erina; Zulkifli; KatamtamaBrucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi, penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau penyakit BAng. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1935 pada sapi perah di Grati Pasuaruan Jawa Timur, Penyakit Brucellosis menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia. Brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak. Saat ini Brucellosis merupakan salah satu dari 25 (dua puluh lima) penyakit masuk pada PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis) yang di tetapkan oleh Kementerian Pertanian. Untuk penyakit Brucellosis di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi sudah dinyatakan bebas sejak tahun 2009 dengan SK Menteri Pertanian tahun 2009 No. 2541/Kpts/PD.610/6/2009. Monitoring dan surveillans tetap terus dilaksanakan untuk detect diseases dalam mempertahankan status bebas Brucellosis di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Pengambilan sampel menggunakan kaidah pengambilan sampel dengan metode detect disease. Dan pengujian sampel secara serologi seperti yang ditetapkan dalam SK Ditjennak No. 75/OT/210/Kpts/1996 tanggal 5 Desember 1996 tentang petunjuk pengendalian. Penyakit hewan keluron menular (brucellosis) adalah Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT). Dan sejak dinyatakan bebas Balai Veteriner Bukittinggi tetap melakukan monitoring dan surveillans terhadap penyakit Brucellosis secara rutin dari tahun ke tahun hingga saat ini. Untuk 2 tahun terakhir ini pada tahun 2018 pengambilan sampel sebanyak 10.198 sampel dan di dapat hasil positif sebanyak 4 sampel (0,04%). Pada tahun 2017 pengambilan sampel sebanyak 10.720 sampel dan didapat hasil positif sebanyak 1 sampel (0,009%). Sampel positif yang di dapat adalah sampel positif yang telah di uji dengan CFT. Dengan masih di dapatkan hasil positif dari penyakit Brucellosis walaupun tingkat prevalensi masih kurang dari 2%, langkah ini untuk mewaspadai sedini mungkin timbulnya penyakit tersebut serta menanggulangi secara cepat terhadap masuknya kembali reaktor Brucellosis dari penyakit Brucellosis yang ada di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi. Hal-hal tersebut sebagai upaya dalam mempertahankan status bebas terhadap penyakit Brucellosis. Untuk itu sangat perlu mendapat perhatian dan pengawasan dari instansi terkait mengingat sangat pentingnya penyakit Brucellosis ini terhadap dampak yang ditimbulkannya, baik dari segi perekonomian maupun segi kesehatan masyarakat veteriner.