Browsing by Author "Hanafi, Hano"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis usahatani ternak sapi potong(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2014) Triwidyastuti, Kurnianita; Hanafi, Hano; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
- ItemKajian Strategi Rekayasa Kelembagaan Penunjang Teknologi Budidaya Kedelai Tahan Naungan di Kabupaten Gunung Kidul(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Hanafi, Hano; Astuti, Umi Pudji; Arifin, Ahmad Yunan; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPermintaan kedelai di dalam negeri yang tinggi tidak diikuti dengan kemampuan produksi kedelai lokal sehingga impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Hal ini membuat petani kedelai kurang termotivasi untuk menanam kedelai karena adanya persaingan harga dan kualitas kedelai yang semakin ketat antara kedelai lokal dan impor. Pengembangan analisis kelembagaan memiliki implikasi luas terhadap pencapaian keberhasilan pengembangan agribisnis kedelai. Diperlukan evaluasi terhadap beragam upaya dan dukungan dari semua pihak terkait dari aspek kelembagaan, sehingga dapat berimplikasi bagi peningkatan daya saing dan pengembangan agribisnis kedelai lokal. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi kondisi kelembagaan penunjang usahatani kedelai tahan naungan dan (2) merumuskan strategi rekayasa kelembagaan penunjang usahatani kedelai tahan naungan. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga Juni 2019 di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, sebagai salahsatu wilayah sentra kedelai di Kabupaten Gunungkidul. Data primer diperoleh melalui diskusi, wawancara, dan pengamatan langsung terhadap kegiatan usahatani kedelai di lokasi kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kelembagaan penyedia benih, pemasaran dan penanganan hasil panen, serta penyedia jasa alsintan merupakan kelembagaan agribisnis yang tidak berfungsi dengan baik, sedangkan kelembagaan tenaga kerja, permodalan, dan penyedia informasi pasar merupakan kelembagaan agribisnis yang belum berfungsi dengan baik. Selanjutnya, analisis kuadran menghasilkan prioritas strategi pada posisi kuadran IV yang merupakan strategi kombinasi mengurangi faktor kelemahan dan ancaman (WT) dalam pengembangan kelembagaan penunjang budidaya kedelai tahan naungan. Rincian strategi WT hasil dari pencocokan komponen kelemahan dan ancaman adalah (1) peningkatan peran kelembagaan ekonomi petani mendukung usahatani kedelai (T3, T4, W1, W2); (2) peningkatan peran lembaga riset dan penyuluh dalam penyediaan dan penyebaran teknologi (W2, W4, W6, T2, T4); dan (3) pemberdayaan kelompok tani dalam mengorganisasikan aktivitas usaha petani kedelai (W3, W5, W7, T1, T2).
- ItemMEMBANGUN SINERGI KELEMBAGAAN PENDAMPINGAN KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA KRISAN (Dendrathema grandiflorum, Tzvelev) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Hanafi, Hano; Martini, Tri; BPTP JambiSalah satu programRenstra BBP2TP tahun 2010 – 2014 adalah Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian. Kegiatan ini dimulai pada tahun 2009 dalam bentuk kegiatan pendampingan teknologi yang diarahkan untuk mendukung Program Strategis Pertanian (BBP2TP, 2009), diantaranya Pendampingan Program Pengembangan Kawasan Hortikultura. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis korelasi yang positif terhadap efektivitas kerja dalam membangun sinergi kelembagaan pendampingan kawasan agribisnis hortikultura). Konsep pengembangan kawasan merupakan konsep yang sangat tepat dalam rangka mengintegrasikan beberapa kegiatan dengan Eselon I terkait lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian. Salah satu komoditas yang menjadi andalan di DIY untuk pendampingan pengembangan di kawasan agribisnis hortikultura adalah krisan.Metode pengambilan data dilakukan melalui evaluasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan pencarian dan penentuan lokasi, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi akhir kegiatan, evaluasi sistem koordinasi sinergi pihak terkait, mulai pemda setempat (Bupati), Dinas pertanian tingkat propinsi sampai kabupaten, BPP/BP3k, pemerintah tingkat kecamatan dan tingkat kelurahan, serta pelaku bisnis (para floris dan dekorator) penampung dan pedagang bunga. Hasil evaluasi menunjukkan koordinasi dan sinergi antar kelembagaan terkait seperti Pemda tingkat I dan II; Dinas Pertanian, BP2TPH, BPTP dan BPP berjalan sangat baik dan efektif dalam melaksanakan pendampingan kawasan agribisnis hortikultur (PKAH) Krisan , sesuai tupoksi kelembagaan masing-masing. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura krisan merupakan kegiatan yang melibatkan banyak pihak, maka koordinasi antar instansi yang terkait dengan pelaku usaha perlu dikembangkan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan.
- ItemPengolahan pupuk organik dari limbah kandang sapi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2014) Hanafi, Hano; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta