Browsing by Author "Hairani, Anna"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemEfisiensi Pemupukan melalui Irigasi Tetes pada Tanaman Cabai di Lahan Sulfat Masam Aktual(BPTP Jambi, 2008) Hairani, Anna; Noor, Izzuddin; Indrayati, Linda; Jumberi, Achmadi; BPTP JambiTanaman sayuran dapat dikembangkan di lahan pasang surut tipe B dan C, namun lahan tersebut umumnya didominasi oleh tanah sulfat masam aktual dengan masalah kemasaman tanah yang tinggi. Disamping itu, air yang tersedia berkualitas rendah dengan pH < 3,0. Untuk penyiraman tanaman sayuran di musim kemarau, perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan pemberian bahan amelioran dan penggunaan irigasi tetes dapat menghemat penggunaan air. Dengan cara tersebut hasil tanaman sayuran dapat ditingkatkan. Irigasi tetes juga dapat dimanfaatkan untuk pemberian pupuk dan diharapkan akan lebih efisien. Untuk itu, dilakukan penelitian pada lahan sulfat masam aktual di Desa Kolam Kiri Dalam, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, pada MK 2006 dengan menanam tanaman cabai.
- ItemGubernur Riau Apresiasi Peran Balitbangtan melalui Balittra dan BPTP Riau(Balittra, 2021) Hairani, Anna; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa(Rabu, 10/11/21) Tim Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian yang terdiri dari Balittra dan BPTP Riau melakukan audiensi dengan Gubernur Riau yang didampingi Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan jajaran. Gubernur Riau, H. Syamsuar menerima Tim Balitbangtan yang dipimpin oleh Dr. Sugeng Widodo (BPTP Riau) dan Agus Hasbianto, Ph.D (Balittra) di Rumah Dinas Gubernur dalam suasana semi formal dan kekeluargaan. Kepala Balittra menyampaikan bahwa Balittra merupakan UPT Balitbangtan yang memiliki tugas khusus melakukan penelitian lahan rawa utuk pertanian di seluruh wilayah Indonesia dan telah melaksanakan tugas tersebut selama beberapa dekade. Balittra yang berkantor di Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan didukung oleh SDM unggul diantaranya peneliti ahli yang terdiri dari 8 peneliti utama, 7 peneliti madya, dan 9 peneliti muda dan pertama, serta tenaga fungsional dan non fungsional lainnya
- ItemKARAKTERISTIK TANAH(Balittra, 2021) Fahmi, Arifin; Hairani, Anna; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSecara lebih teknis, Dent dan Pons (1995) mendefinisikan tanah sulfat masam sebagai tanah atau sedimen yang mengandung sejumlah besi sulfida yang jika teroksidasi menghasilkan lebih banyak asam sulfat daripada yang dapat dinetralkan oleh daya sangga tanah. Ketika bahan sulfidik tersebut teroksidasi maka pH tanah dapat menjadi sangat masam (pH <3,5). Tanah sulfat masam adalah tanah hasil endapan marin dengan ciri (salah satu atau beberapa) hal sebagai berikut: mengandung bahan sulfidik, memiliki horison sulfurik, terdapat bercak jarosit, yang mengandung bahan penetral berupa karbonat atau basa tukar lainnya. Istilah umum untuk tanah sulfat masam menggambarkan seluruh profil tanah yang terdiri atas tanah sulfat masam aktual dan lapisan tanah sulfat masam potensial (Smith, et al., 2003) maupun juga digunakan untuk menggambarkan profil satu dari jenis bahan tanah ini.
- ItemLAHAN RAWA PASANG SURUT: PERTANIAN MASA DEPAN INDONESIA(Balittra, 2017) Hairani, Anna; Raihana, Yulia; Masganti; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan rawa pasang surut merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pergerakan air di permukaan sungai akibat pergerakan bulan, terdiri dari lahan sulfat masam dan lahan gambut. Upaya meningkatkan produksi pangan bersifat mutlak mengingat kebutuhan pangan yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran untuk diversifikasi pangan, tuntutan kualitas bahan pangan, dan keinginan untuk menjadi lumbung pangan dunia. Lahan rawa pasang surut sangat potensial dikembangkan sebagai lumbung pangan dan pertanian masa depan Indonesia mengingat (1) produktivitas masih rendah, (2) ketersediaan lahan masih luas, (3) indeks pertanaman (IP) masih rendah, (4) lahan terdegradasi yang potensial masih luas, (5) pola produksi bersifat komplementer dengan pulau Jawa, (6) kompetisi pemanfaatan lahan untuk tujuan nonpertanian relatif rendah, dan (7) teknologi produksi berbagai komoditas cukup tersedia. Lahan rawa pasang surut telah dimanfaatkan petani sebagai penghasil bahan pangan sejak awal abad XIX dengan luas terbatas, kemudian dibuka melalui beberapa proyek penelitian : (1) P4S pada tahun1968-1980, (2) SWAMP - I pada tahun 1982-1986, (3) SWAMP - II pada tahun 1986-1992, (4) ISDP pada tahun 1993-2000, (5) SUP pada tahun 1998-2000,serta proyek pembukaan lahan seperti Mega Proyek Sejuta Hektare di Kalimantan Tengah pada tahun 1996 dan revitalisasi Ex PLG pada tahun 2006. Permasalahan dalam menjadikan lahan rawa pasang surut sebagai pertanian masa depan Indonesia adalah rendahnya produktivitas lahan, rendahnya pendapatan petani, dan penurunan kualitas lingkungan. Strategi menjadikan lahan rawa pasang surut sebagai pertanian masa depan Indonesia adalah (1) peningkatan produktivitas lahan, (2) peningkatan pendapatan petani, dan (3) perbaikan kualitas lingkungan dengan persyaratan secara teknis bisa dilaksanakan dan diterima masyarakat, secara ekonomi layak dan menguntungkan dan tidak merusak lingkungan. Pengembangan pertanian masa depan Indonesia harus mengembangkan pertanian yang integratif, ramah lingkungan, modern, dan hemat tenaga kerja. Selain itu juga harus mengembangkan komoditas spesifik seperti tanaman obat (farmaka), tanaman untuk kosmetik, dan tanaman untuk pestisida nabati.
- ItemModel Pengelolaan Lahan Lebak Tengahan Terpadu Berbasis Polder untuk Tanaman Padi dan Cabai(Balittra, 2019) Hairani, Anna; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaFluktuasi genangan yang sukar diprediksi merupakan kendala pengelolaan lahan rawa lebak untuk pertanian. Kondisi ini menyebabkan pengaturan pola tanam. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menerapkan sistem polder. Polder/tanggul keliling berfungsi mengeluarkan dan memasukkan air dengan pompanisasi untuk dapat mempertahankan muka air tanah sesuai keperluan tanaman. Polder dilengkapi dengan pintu-pintu air. Di dalam polder terdapat mini-mini polder untuk mempermudah pengaturan air.
- ItemPenelitian Perbaikan Teknologi Budidaya Terpadu Padi Dan Cabai Pada Lahan Lebak Tengahan(Balittra, 2019) Hairani, Anna; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenelitian ini bertujuan untuk (1) Merakit teknologi pengelolaan lahan dan tanaman terpadu di Lahan Lebak Tengahan, (2) Mendukung pengembangan model pengelolaan lahan dan tanaman terpadu di Lahan Lebak Tengahan, (3) Menyusun model kelembagaan petani yang mendukung keberlanjutan pengelolaan lahan dan tanaman terpadu di Lahan Lebak Tengahan, (4) Merakit komponen teknologi ameliorasi dan pemupukan di Lahan Lebak Tengahan, (5) Merakit komponen teknologi varietas padi tahan rendaman, (6) Merakit komponen teknologi pengelolaan air, varietas dan pengendalian OPT tanaman cabai di Lahan Lebak Tengahan dan (7) Menganalisa tingkat keberlanjutan usahatani padi dan cabai di Lahan Lebak Tengahan
- ItemTeknologi Pengelolaan Air Berbasis “Filter-Box Biochar” dan Sensor Di Lahan Rawa(Balittra, 2019) Hairani, Anna; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaTujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) Mendapatkan informasi awal karakteristik biochar dan (2) Mendapatkan rancang bangun awal sensor ketinggian air dan menrancang kontruksi pintu sorong Pada kegiatan 1 yaitu penelitian perbaikan pengelolaan air berbasis “filter-box biochar” di lahan rawa pasang surut, dilakukan skala laboratorium bertujuan untuk memilih biochar (bahan baku+suhu pirolisis+ukuran) terbaik dalam memperbaiki kualitas air dari 4 jenis biochar yang diuji. Bahan baku untuk pembuatan biochar berupa limbah pertanian yang mudah diperoleh di lahan rawa yakni sekam padi, tongkol jagung, tandan kosong sawit dan tempurung kelapa