Browsing by Author "Haeriah"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemAktivitas Beberapa Chemical Germicide Golongan Formaldehide dan Chlorin terhadap Sampel Darah Anthraks pada Laboratorium(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Djatmikowati, Titis Furi; Haeriah; Hasniah; Rahman, Abdul; RamlanAnthraks merupakan penyakit endemis di Provinsi Sulawesi Selatan, antharks juga merupakan penyakit zoonosis dan dapat berakibat fatal bagi manusia. Penanganan disposal terkait biosecurity dan biosafety haruslah diperhitungkan dalam budaya kerja di Balai Besar Veteriner Maros. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aktivitas bahan kimia sebagai chemical germicide terhadap sampel darah yang teridentifikasi anthraks yaitu Buffer Normal Formalin 1%, Buffer Normal Formalin 2%, Buffer Normal Formalin 5%, Buffer Normal Formalin 10%, Formalin 10%, Formalin 37%, Hypochlorite 1%, Hipochlorite 2%, Hipochlorite 5,25% dengan variasi waktu kontak 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit dan 60 menit. Hasil penelitian pada penggunaan bahan kimia golongan formaldehyde yaitu BNF 10%, Formalin 10% dan Formalin 37% mampu menghambat pertumbuhan B.anthracis dengan lama waktu kontak minimum adalah 5 menit. Sedangkan hambatan pertumbuhan B.anthracis dengan masing-masing bahan kimia golongan formaldehyde yaitu BNF 1% terjadi setelah 15 menit, BNF 2 % setelah 30 menit, BNF 5% setelah 10 menit. Penggunaan hypochlorite 1% dengan waktu kontak 60 menit tidak mampu menghambat pertumbuhan B.anthracis, konsentrasi hypochlorite 2% mampu menghambat dalam waktu kontak 60 menit, sedangkan hypochlorite 5,25% mampu menghambat pertumbuhan B.anthracis dalam waktu kontak 15 menit. Hypochlorite 2%, hypochlorite 5,25%, BNF 1%, BNF 2 %, dan BNF 5% memiliki aktivitas germicide sama dengan BNF 10%, Formalin 10% dan Formalin 37%, namun aktivitas germicide terhadap B.anthracis dari masing-masing chemical tersebut ditentukan oleh lamanya waktu kontak yang berbeda pula.
- ItemDeteksi Spesies Leptospira Dengan Teknik Conventional PCR Pada Target Gen secY(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Haeriah; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosDeteksi spesies Leptospira sangat penting diketahui karena untuk pengembangan diagnosa Leptospirosis di laboratorium. Penelitian ini ini berfujuan untuk mendeteksi spesies Leptospira dengan menggunakan teknik Conventional PC R pada target gen sec Y. Empat spesies bakteri standar Leptospira interrogans yaitu L.hardjo, L. tarassovi, L. bataviae dan L. ichterohaemorhagica digunakan dalam pengembangan metode ini. Primer yang digunakan yaitu prirner spesifik G1 dan G2 padatarget gen secY mengfasilkan panjang amplikon 285 pasangan basa. Conventional PCR dapat digunakan sebagai alternatif pengujian Leptospirosis karena lebih cepat, sensitif dan spesifik.
- ItemGambaran Darah Pada Ayam Broiler Setelah Perlakuan Vaksin ND (New Castle Disease)(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-02) Muflihanah; M. Idris; Hj. Suriani; Haeriah; Irmayanti; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan percobaan tentang gambaran darah pada Ayam Broiler setelah perlakuan vaksin ND Hitcher B1 dengan tetes hidung, La Sota secara penyuntikan intramuskular, HItcher B1 melalui air minum dan ND Clone dengan cara penyemprotan (spray). Hasil diperoleh dengan membandingkan hasil perlakuan dengan frekuensi dari limfosit, netrofil, eosinofil, basofil dan monosit. Dari seluruh perlakuan diperoleh jumlah limfosit lebih tinggi baik pada kontrol maupun perlakuan.
- ItemInvestigasi Kasus Anthraks di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros ,(Balai Besar Veteriner Maros, 2015) Djatmikowati, Titis Furi; Rahman, Abdul; Haeriah; Achmad, Hasniah; RamlanKejadian Anthraks di desa Labuaja kecamatan Cenran4 Kabupaten Maros :rr,etahui berawal adanya laporan bahwa salah satu warga terkena penyakit Anthraks -ittdtl€lts pada tanggal I Juni 20i5 berdasarkan hasil diagnosa Puskesmas Cenrana. Inr estigasi dan pengambilan spesimen guna konfirmasi laboratorium dilaksanakan oleh tim Balai Besar Veteriner Maros ( BBVet Maros ) untuk menelusuri kejadian tersebut. Hasil pengujian menunjukkan positif Baccilus anthracis dari spesimen tanah bekas tempat penyembelihan temak sapi dan sisa-sisa kulit. Hasil wawancata dengan masyarakat sekitar lokasi kejadian menunjukkan bahwa masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya panyakit Anthraks, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor ke petugas peternakan, lemahnya pengawasan lalu lintas ternak serta masih banyaknya penyembelihn ternak sakit menjadi faktor penndukung penularan penyakit Anthraks ke manusia. Keberhasilan pemberantasan anthraks pada manusia tergantung pada pemberantasan penyakit ini pada hewan
- ItemInvestigasi Kasus Anthraks di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Djatmikowati, Titis Furi; Rahman, Abdul; Haeriah; Achmad, Hasniah; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosTelah teradi kematian ternak sapi di desa Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros dari september hingga bulan Nopember 2013. Pengambilan spesimen dan konfirmasi laboratorium dilakasanakan oleh tim investigasi Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros). Hasil pengujian menunjukkan positif Bacillus anthracis dari spesimen tanah. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi dilapangan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat, ternak yang belum pernah dilakukan vaksinasi antraks. kurangnya laporan masyarakat mengenai ternak sakit serta kurangnya petugas lapangan (kader desa) untuk monitoring penyakit hewan. Sosialisasi kegiatan penanggulangan (vaksinasi, terapi antibiotik serta mekanisme pelaporan) menjadi kunci dalam program pengendalian penyakit anthraks di desa Maccini Baji kecamatan Lau.
- ItemInvestigasi Kasus Antraks pada Sapi di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Mutisari, Dewi; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Haeriah; Rahman, Abdul; RamlanInvestigasi terhadap kasus kematian ternak sapi di kecamatan Cenrana kabupaten Maros telah dilaksankan pada bulan Agustus 2017. Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, penelusuran kasus, dan pengambilan spesimen. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan positif Bacillus anthracis dari sampel tanah. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat, ternak yang belum divaksinasi antraks, kurangnya laporan masyarakat mengenai ternak sakit, serta kurangnya petugas lapangan untuk monitoring penyakit hewan. Desinfeksi area kasus, pemberian antibiotik pada ternak disekitar lokasi kasus dan dilanjutkan dengan vaksinasi antraks pada 21 hari paska pemberian antibiotik merupakan tindakan pengendalian dan penanggulangan wabah penyakit antraks di kecamatan Cenrana kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
- ItemKejadian Kasus PenyakitAnthraks di Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Siswani; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Djatmikowati, Titis Furi; Haeriah; Perpustakaan Balai Besar Veteriner Marostelah terjadi kematian ternak sapi yang disertai dengan suspek pada manusia di Desa Jenne Taesa Kec. Simbang, Kabupaten Maros pada bulan oktober 2013. pengambilan spesimen dilaksanakan oleh petugas Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Maros untuk dilakukan konfirmasi laboratorium di Balai Besar Veteriner Maros (BBvet Maros). hasil pengujian menunjukkan positif Bacillus Anthracis. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya masyarakat, ternak yang belum pernah dilakukan vaksinasi anthraks sehingga sosialisasi kegiatan penanggulangan (vaksinasi, terapi antibiotik serta mekanisme pelaporan) menjadi kunci dalam program pengendalian penyakit antraks di kecamatan simbang.
- ItemLaporan Kasus Strangles Pada Kuda Lokal di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2009-09) Alfinus; Soegiarto; Marmansari D; Haeriah; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kasus ingusan pada beberapa lokal di Desa lampangan dan Desa Rumbia, Kelurahan Tanete, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 6 bulan yang lalu dan sebelum kasus ini telah ada juga kasus serupa di Kecamatan Bantimurung tetapi pada kasus ini kami mengunjungi di Kecamatan Simbang. Tanggam 20 Oktober 2009 Balai Besar Veteriner Maros menerima laporan tertulis dari Dinas Peternakan Kabupaten Maros perihal kasus tersebut dan memohon bantuan tenaga medik veteriner dalam mendiagnosa kasus tersebut sehingga Balai Besar Veteriner Maros pada hari yang sama mengirim tim untuk turun kelapangan dalam rangka penyidikan terhadap kejadian kasus tersebut. Pengamatan dilapangan kasus masih berlanjut walaupunprevalensi sudah menurun mengingat waktu kejadian sudah 6 bulan yang lalu. Adapun gejala klinis yang teramati di lapangan adalah demam, terdapat discharge mukopurulent dari hidung dan terdapat luka terbuka (abses) di bagian mandibula. Sampel yang diambil untuk dilakukan pengujian laboratorium terdiri dari swab dan cairan mukopurulent dari hidung, serum, swab dan cairan abses terbuka. Pengobatan yang kami lakukan adalah pemberian antibiotik. Hasil pengujian laboratorium bakteriologi Balai Besar Veteriner Maros pada 12 swab maupun cairan (abses dan mukopurulent) terindentifikasi bakteri Streptococcus equi. Berdasarkan gejala klinis dan hasil pengujian dari laboratorium bakteriologi Balai Besar Veteriner terindektifikasi bakteri streptococcus equi sehingga diagnosa ingusa pada kuda lokal di Desa Lempangan dan Desa Rumbia, Kelurahan Tanete, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi adalah Strangles (Streptococcus equi).