Browsing by Author "Garuda, Sitti Raodah"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemBuku Seri Tanaman Khas Papua : Matoa(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2014) Garuda, Sitti Raodah; Kadir, SyafruddinTanaman matoa merupakan tanaman khas yang menjadi identitas flora bagi daerah Papua, tanaman ini sangat mudah dijumpai karena pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan Papua, penyebaran buah matoa hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl.
- ItemINTENSITAS SERANGAN TUNGAU Polyhagotesonemus latus PADA TANAMAN WIJEN DI AREAL PERTANAMAN TAMAN AGRO BPTP PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-09-01) Lestari, Martina Sri; Garuda, Sitti Raodah; Talanta, Simon; Kementrian PertanianTanaman Wijen (Sesamum indicum L.) adalah tanaman semak semusim termasuk dalam famili Pedaliceae dan merupakan salah satu tanaman tropis yang mudah dibudidayakan dan tahan kering. Salah satu kendala utama budi daya wijen adalah serangan hama dan penyakit, yang dapat menurunkan produksi. Pengamatan hama telah dilakukan di areal pertanaman Taman Agro BPTP Papua. Tujuan pengamatan ini untuk menginventarisasi serangga hama serta musuh alami pada tanaman wijen Metode pengambilan contoh tanaman dilakukan secara diagonal sebanyak 6 tanaman wijen dan pengamatan dilakukan setiap bulan. Parameter yang diamati ialah jenis-jenis serangga hama dan parasitoid serta persentase tanaman terserang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenisjenis serangga hama pada tanaman wijen ialah kutu daun (Aphis sp), tungau (Polyhagotesonemus latus), thrips sp., kepik hijau, mizus dan belalang (Atratomorpha sp.). Hasil pengujian menunjukkan bahwa varietas Sb-1, Winas-1, Winas-2 dan klon lokal termasuk varietas tahan terdahap serangan tugau B P. latus.
- ItemPetunjuk Teknis Budidaya Tebu(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2015) Kadir, Syafruddin; Garuda, Sitti RaodahPapua memiliki potensi wilayah yang cukup besar dan luas dalam membudidayakan berbagai jenis tanaman. Salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Papua adalah tebu. Tebu merupakan tanaman penghasil gula yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk dilirik petani sebagai lahan pekerjaan baru selain tanaman pangan. Eksentensifikasi dengan perluasan areal tanam tebu adalah salah satu strategi percepatan swasembada gula nasional dan Papua memiliki potensi wilayah yang dapat mendorong upaya eksplorasi dan eksploitasi sentra pengembangan tebu yang baru di luar Pulau Jawa.
- ItemSumber Daya Genetik Tanaman Papua(BPTP Papua, 2016-01-01) Ondikeleuw, Mariana; Garuda, Sitti Raodah; Wulanningtyas, Heppy Suci; Rumbarar, Merlin K.; Rumsarwir, Yuliana H.; Felle, Herlina; Wihyawari, Silwanus; Kementrian PertanianIndonesia merupakan negara mega biodiversitas (biodiversity), karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia (Warta Plasma Nutfah Indonesia, 2011). Papua merupakan salah satu provinsi yang mempunyai sumber daya hayati tumbuhan maupun hewan yang sangat beranekaragam dan belum banyak diketahui manfaatnya. Beberapa tanaman yang saat ini dikembangkan secara nasional tetuanya berasal dari Papua seperti tebu. Hingga saat ini masyarakat lokal di beberapa kabupaten memelihara sumber daya genetik (SDG) beberapa tanaman yang bersifat endemik di Papua seperti tebu, sagu, matoa, buah merah, ubi jalar, pokem (juwawut), gembili, talas dan keladi, namun belum dikembangkan sebagai SDG. SDG tersebut merupakan kekayaan sumber daya hayati yang perlu dieksplorasi untuk memperkaya keragaman plasma nutfah. SDG merupakan sumber genetik dan modal utama dalam pembentukan varietas unggul baru (VUB) yang sangat diperlukan karena memiliki keanekaragaman genetik yang luas. Sumber genetik ini berguna untuk mengatasi permasalahan cekaman biotik (hama, penyakit) dan abiotik (kekeringan, serangan salinitas dan suhu tinggi). Saat ini erosi genetik terus berlangsung sebagai akibat gangguan alam dan ulah manusia berupa penebangan liar yang tidak bertanggung jawab (Rifai, 1983). Semakin meningkatnya kebutuhan manusia telah mengarahkan ketidakpedulian mereka terhadap lingkungan yang semakin terbatas dan akan mendorong terjadinya perambahan dan perusakan hutan. Salah satu bentuk perlindungan terhadap keanekaragaman hayati adalah dengan melaksanakan konservasi secara in situ maupun ex situ. Menurut Mac Kinnon dalam Alikodra (2000), sistem konservasi dapat dicapai melalui cara berikut (1) menjaga proses dan menopang kehidupan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan, (2) melestarikan keanekaragaman plasma nutfah yang penting bagi program pemuliaan, dan (3) menjamin kesinambungan pendayagunaan spesies dan ekosistem oleh manusia yang mendukung kehidupan jutaan penduduk pedesaan serta dapat menopang sejumlah besar industri. Dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan, sebetulnya kita tidak perlu bergantung kepada ketersediaan bahan pangan dari negara lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan SDG, di samping sebagai sumber pangan, juga menjadi bahan baku industri untuk sandang, papan, dan obatobatan. Dengan kata lain, yang harus segera dikembangkan adalah teknologi-teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya tersebut, sekaligus diikuti dengan upaya pelestariannya (Balitbangtan, 2002). Tahap awal program pemuliaan adalah menyediakan keragaman yang luas (Poehlman, 1991). Keragaman genetik dapat diketahui melalui arakterisasi varietas-varietas unggul modern yang dibentuk melalui program pemuliaan. Varietas pada dasarnya merupakan rakitan SDG dengan menggunakan benih yang ada. Oleh karena itu, SDG perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan. Gengen yang pada saat ini belum berguna mungkin pada masa yang akan datang sangat diperlukan sebagai sumber tetua dalam perakitan VUB (Tickoo et al.,1987). Sumarno (1996) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya genetik, adalah: 1) menyusun konsep kebijakan pengelolaan SDG secara nasional, 2) mengkoordinasikan pengelolaan SDG yang terdapat di semua institusi pemerintah (Puslit, Balit), 3) membina dan meningkatkan kemampuan teknis pengelolaan SDG bagi tenaga pengelola, 4) melakukan kerjasama internasional dalam pengelolaan SDG, 5) mengelola SDG secara profesional oleh peneliti yang berdedikasi.
- ItemTeknologi Peningkatan Produksi Kedelai di Papua(BPTP Papua, 2022-10-06) Garuda, Sitti Raodah; Lestari, Martina Sri; Rumsarwir, Yuliana H.; Rumbarar, Merlin K.; Jayanti, Edita Dwi; Kementrian PertanianKedelai merupakan salah satu tanaman kacang- cangan andalan nasional yang menunjang program versifikasi pangan dan mendukung ketahanan pangan ional. Kedelai sebagai bahan baku olahan makanan upun pakan ternak serta merupakan tanaman palawija ng kaya akan protein, yang memiliki arti penting sebagai umber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi nyakit kurang gizi seperti busung lapar. Kedelai menempati peringkat ketiga tanaman pangan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Selain itu meningkatnya konsumsi penduduk terhadap produk olahan kedelai juga ikut meningkatkan permintaan bahan baku kedelai.