Browsing by Author "Fatie, Yuliana"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemKasus Kematian Ayam Petelur terduga Avian Influenza di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang pada Februari 2020(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Putra, Hamdu Hamjaya; Purnomowati, Emy; Hendrawati, Ferra; Fatie, Yuliana; Ratna; Direktorat Kesehatan HewanKasus kematian ayam petelur terduga Avian Influenza (AI) di Kabupaten Sidenreng Rappang dilaporkan meningkat sejak Februari 2020. Kasus tersebut disertai penurunan produksi telur sampai 60% dan menjadi perhatian bagi peternak dan pemerintah daerah Investigasi kasus dilakukan bertujuan untuk identifikasi penyabab kematian pada ayam petelur di Kecamatan Panca Rijang dalam upaya pencegahan dan pengendalian wabah. Penelusuran kasus dengan wawancara dan pengambilan sampel dilakukan pada tiga peternakan di Desa Bulo, satu peternakan di Desa Bulo Wattang dan Desa Cipotakari, Kecamatan Panca Rijang, berdasarkan laporan kepada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidenreng Rappang. Sampel berupa serum, swab dan organ diambil dari ayam yang sakit dalam satu kelompok kandang. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel berupa uji isolasi, haemaglutination inhibition (HI) dan uji polymerase chain reaction (PCR) kemudian dilakukan analisa secara deskriptif. Hasil penelusuran ditemukan adanya kematian disertai penurunan produksi pada lima peternakan. Sampel yang didapat yaitu serum 53 spesimen, swab oropharing 53 spesimen, swab lingkungan 1 pool, organ 1 pool dalam media transport dan formalin. Hasil pengujian laboratorium terkonfirmasi positif AI subtipe H5N1 clade 2.1.3 dan 2.3.2 terhadap empat peternakan serta satu peternakan positif Newcastle Disease (ND). Hasil perhitungan titer antibodi dari sampel serum ditemukan seropositif pada ayam yang divaksin dan seronegatif pada ayam yang mengalami kasus. Rute penularan penyakit berasal dari bangkai yang dibuang ke sungai maupun peralatan kandang yang terkontaminasi virus menyebar ke peternakan lain melalui burung liar, vektor lalat dan petugas kandang. Faktor risiko terjadinya kasus diantaranya biosekuriti yang buruk, tidak ada program vaksinasi rutin, kepadatan populasi ayam, dan kurangnya kebersihan kandang. Tindakan pengendalian kasus di Kecamatan Panca Rijang sudah dilakukan diantaranya eliminasi unggas sakit, vaksinasi ayam sehat sekitar lokasi kasus, serta sosisalisasi penanganan bangkai kepada masyarakat. Rekomendasi saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan kerja sama lintas sektoral berupa komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang penanganan dan pengendalian, pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke wilayah kasus, serta pelaporan cepat perkembangan kasus di lapangan.
- ItemKasus Kematian Sapi Belgian Blue di Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa pada Mei 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-07) Putra, Hamdu Hamjaya; Fatie, Yuliana; Arifuddin; Balai Besar Veteriner Marosian (Polbangtan Gowa) pada hari Jumat, 7 Mei 2021. Kasus kematian sapi Belgian Blue kedua terjadi pada hari Senin, 10 Mei 2021 dalam satu kandang yang sama. Investigasi kasus dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian pada Sapi Belgian Blue dan memberikan rekomendasi terhadap penanganan kasus. Tim investigasi melakukan penelusuran dan pengambilan sampel hewan dari sapi. Sampel berupa serum, darah EDTA, ulas darah, potongan telinga, lalat dan feses. Sapi menunjukkan gejala penurunan nafsu makan sejak satu minggu terakhir, terlihat kurus dan sebelum terjadi kematian sapi megalami ambruk atau tidak mampu berdiri. Hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel darah dan organ tidak teridentifikasi infeksi bakteri, hasil pemeriksaan ulas darah dan feses juga tidak terkonfirmasi adanya parasit darah dan gastrointestinal. Beberapa faktor yang memicu gejala klinis dan kematian pada sapi Belgian Blue antara lain defisiensi nutrisi dalam pakan atau malnutrisi, perubahan suhu dan cuaca yang ekstrem, serta infestasi ektoparasit pada sapi dalam jangka panjang. Semua pihak yang terlibat dalam pemeliharaan sapi perlu memperhatikan kembali manajemen kandang, pemeliharaan serta kesehatan sapi ras Belgian Blue. Pemerintah dan instansi terkait perlu menindaklanjuti kasus kematian dan mengevaluasi kembali keberlangsungan perkembangan sapi Belgian Blue sebagai calon bibit unggul di Indonesia.
- ItemKasus Kematian Sapi Belgian Blue di Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa pada Mei 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Putra, Hamdu Hamjaya; Fatie, Yuliana; Nicholas; Arifuddin; Balai Besar Veteriner MarosKasus kematian sapi Belgian Blue pertama dilaporkan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan Gowa) pada hari Jumat, 7 Mei 2021. Kasus kematian sapi Belgian Blue kedua terjadi pada hari Senin, 10 Mei 2021 dalam satu kandang yang sama. Investigasi kasus dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian pada Sapi Belgian Blue dan memberikan rekomendasi terhadap penanganan kasus. Tim investigasi melakukan penelusuran dan pengambilan sampel hewan dari sapi. Sampel berupa serum, darah EDTA, ulas darah, potongan telinga, lalat dan feses. Sapi menunjukkan gejala penurunan nafsu makan sejak satu minggu terakhir, terlihat kurus dan sebelum terjadi kematian sapi megalami ambruk atau tidak mampu berdiri. Hasil pemeriksaan laboratorium dari sampel darah dan organ tidak teridentifikasi infeksi bakteri, hasil pemeriksaan ulas darah dan feses juga tidak terkonfirmasi adanya parasit darah dan gastrointestinal. Beberapa faktor yang memicu gejala klinis dan kematian pada sapi Belgian Blue antara lain defisiensi nutrisi dalam pakan atau malnutrisi, perubahan suhu dan cuaca yang ekstrem, serta infestasi ektoparasit pada sapi dalam jangka panjang. Semua pihak yang terlibat dalam pemeliharaan sapi perlu memperhatikan kembali manajemen kandang, pemeliharaan serta kesehatan sapi ras Belgian Blue. Pemerintah dan instansi terkait perlu menindaklanjuti kasus kematian dan mengevaluasi kembali keberlangsungan perkembangan sapi Belgian Blue sebagai calon bibit unggul di Indonesia.