Browsing by Author "Dominanto, Ghalih Priyo"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemPotensi Dan Kendala Integrasi Sapi-Sawit Di Kecamatan Prafi Kabupaten Manokwari Papua Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Dominanto, Ghalih Priyo; Tiroja, Siska; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuLahan penggembalaan alam berupa lahan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sumber hijauan pakan bagi ternak sapi terutama oleh peternakan rakyat di daerah pedesaan, di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Studi ini bertujuan untuk mengetahui potensi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Prafi yang meliputi analisis komposisi botani dan proyeksi kapasitas tampung pada lokasi ini. Penelitian dilakukan selama bulan Februari sampai April 2015. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik studi kasus. Hasil studi memperlihatkan bahwa spesies tumbuhan yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Prafi Manokwari sebanyak 27 spesies yang terdiri atas 7 spesies rumput, 5 spesies legum dan 15 spesies hijauan lain atau non pakan. Selanjutnya proporsi spesies tumbuhan berdasarkan frekuensi ditemukannya didominasi oleh hijauan lain sebesar 55,56% kemudian 25,92% rumput, dan 18,52% legum. Kapasitas tampung perkebunan kelapa sawit di daerah Prafi sebesar 0,35 UT/ha/tahun.
- ItemPOTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI KABUPATEN SARMI, PAPUA(BPTP Papua, 2022-06-01) Manwan, Sri Wahyuni; Lestari, Martina Sri; Dominanto, Ghalih Priyo; Kementrian PertanianKabupaten Sarmi termasuk penghasil kelapa dengan luas areal tanaman produktif 5.085 ha atau 19,9% dari total areal kelapa di Provinsi Papua seluas 25.585 ha pada tahun 2019. Terjadi peningkatan luas areal pertanaman kelapa 60,96% dari tahun sebelumnya, namun tidak disertai dengan peningkatan produktivitas yang signifikan. Rendahnya produktivitas kelapa karena sebagian besar sudah tua, tidak berasal dari bibit unggul, dan tidak menerapkan teknologi dalam perawatan tanaman. Hingga saat ini produktivitas kelapa di Kabupaten Sarmi hanya 0,22 t/ha, jauh lebih rendah dari produktivitas nasional yang mencapai 1,1 t/ha. Makalah ini membahas prospek, kendala, dan peluang pengembangan usahatani kelapa di Kabupaten Sarmi, Papua. Areal perkebunan kelapa yang produktif di daerah ini hanya 60,6%, sisanya tanaman belum menghasilkan, rusak, dan baru. Lahan yang masih luas menjadi peluang pengembangan perkebunan kelapa rakyat di Kabupaten Sarmi, Papua. Penggunaan bibit berkualitas dan pengelolaan budidaya yang tepat menjadi keniscayaan dalam meningkatkan produksi dan agribisnis kelapa. Kendala yang dihadapi dalam agribisnis kelapa ialah rendahnya produktivitas kelapa rakyat, pascapanen tidak optimal, dan produksi belum mampu diserap pasar setempat. Pendapatan petani dari sekali panen buah kelapa adalah Rp 600.449, pendapatan dari kopra Rp 900.766, dan pendapatan dari produk minyak kelapa Rp 1.000.871. Hasil analisis menunjukkan, produk usahatani kelapa rakyat di Kabupaten Sarmi mempunyai R/C ratio 1,71 dalam bentuk buah kelapa, 1,06 dalam bentuk kopra, dan 1,03 dalam bentuk minyak kelapa. Artinya, produk kelapa dalam bentuk buah yang layak. Pengembangan agribisnis kelapa memerlukan dukungan sarana prasarana pendukung, inovasi teknologi perbenihan, budidaya, pengelolaan panen dan pascapanen. Selain itu diperlukan pemberdayaan dan pembinaan petani serta pengembangan jejaring pemasaran melalui kelembagaan.
- ItemTEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK BABI DI PAPUA(Kementerian Pertanian, 2022-10-01) Dominanto, Ghalih Priyo; Wulandari, Septi; Rumsarwir, Yuliana Helena; Jayanti, Edita Dwi; BPTP PapuaTernak babi merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Terdapat 312 bangsa babi dan 87 merupakan bangsa babi unggul hasil seleksi dan persilangan beberapa bangsa babi, misalnya Landrace, Yorkshire dan Duroc (Sihombing 2006). Ternak babi tergolong ternak yang subur untuk dipelihara dengan jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu, serta jarak dari satu kelahiran dan kelahiran berikutnya pendek, sehingga memungkinkan untuk menjualnya dalam jumlah besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (1999), bahwa ternak babi mempunyai banyak keunggulan antara lain merupakan ternak prolifik (memiliki banyak anak setiap kelahiran), efisien dalam konversi pakan serta mempunyai daging dengan persentase karkas yang tinggi. Pendapat tersebut didukung oleh Wheindrata (2013), bahwa babi merupakan ternak produktif yang dapat beranak dua kali setahun, sekali beranak antara 10-14 ekor, karena babi merupakan hewan polytocous atau melahirkan anak lebih dari satu (Blakely dan Bade 1998). Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging. Besarnya konversi babi terhadap ransum ialah 3,5 artinya untuk menghasilkan berat babi 1 kg dibutuhkan makanan sebanyak 3,5 kg ransum (Prasetya 2012). Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien (Wheindrata 2013