Browsing by Author "Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemBurung Hantu (Tyto alba) sebagai Predator Hama Tikus(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2009) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan; Direktorat Perlindungan Tanaman PanganSalah satu predator pengendali organisme pengganggu tumbuhan khususnya hama tikus adalah burung hantu. Tikus merupakan hama penting yang menyerang lahan pertanian dan perkebunan sehingga menurunkan hasil produksi. Berbagai teknologi telah diterapkan untuk mengendalikan tikus, antara lain pengendalian secara kimiawi, fisik mekanis dan secara biologis/hayati dengan menangkarkan/membudidayakan burung hantu. Burung hantu sebagai predator banyak jenisnya, namun spesies Tyto alba adalah salah satu pengendali hama tikus yang potensial, disamping ramah lingkungan, juga efektif karena mempunyai kelebihan dibanding dengan spesies burung hantu lainnya.
- ItemDaftar Organisme Pengganggu Tumbuhan Pangan (Pest List)(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2009) Direktorat Perlindungan Tanaman PanganDengan diberlakukannya ketentuan kesehatan tumbuhan (Sanitary and Phytosanitary/SPS) maka perdagangan global produk pertanian mengikat setiap negara anggotanya untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Salah satu persyaratannya yaitu adanya daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau “Pest List" dari masing-masing komoditas yang diekspor beserta informasi tambahan mengenai OPT tersebut. Daftar OPT atau "Pest List” memiliki peranan penting karena negara-negara yang melakukan negosiasi perdagangan komoditas pertanian mungkin dapat menjadi media pembawa bagi pemindahan OPT ke daerah baru/negara tujuan ekspor Oleh karena itu, informasi tentang biologi, distribusi, kisaran tanaman inang, dan status ekonomi OPT harus tersedia dan dapat diakses oleh negara- negara tersebut. Buku “Daftar OPT (Pest List) Pangan" ini menyajikan daftar OPT dan masing-masing komoditas tanaman pangan beserta informasi tambahannya, meliputi taksonomi, media pembawa, daerah sebar dan kategori serangannya pada masing-masing provinsi di Indonesia. Informasi kategori serangan OPT yang tersaji dalam buku ini disusun berdasarkan data keberadaan OPT di tingkat kecamatan pada Musim Tanam 2006/2007 sampai dengan Musim Tanam 2008/2009 yang dilaporkan oleh petugas POPT-PHP di lapangan Buku ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi petugas perlindungan tanaman pangan dalam melaksanakan pengamatan OPT serta penentuan tindakan pengelolaan OPT di lapangan, dan sebagai informasi utama yang dapat digunakan oleh negara tujuan ekspor untuk melakukan analisa resiko OPT (Pest Risk Analysis).
- ItemPedoman Operasional Pengamatan & Pengendalian Spodoptera frugiperda pada Jagung(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2020) Direktorat Perlindungan Tanaman PanganOrganisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan budidaya tanaman jagung. Gangguan OPT yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil produksi. Perkembangan OPT di lapangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor tanaman inang, lingkungan dan faktor intern OPT. Usaha tani jagung di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan baru berupa hadirnya OPT baru yang menyerang pertanaman jagung. Organisme pengganggu tumbuhan pendatang baru tersebut adalah hama ulat grayak dari spesies Spodoptera frugiperda, yang dikenal dengan nama Fall Awrmyworm (FAW).
- ItemPetunjuk Teknis Pengamatan dan Pelaporan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Dampak Perubahan Iklim (OPT-DPI)(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2018) Direktorat Perlindungan Tanaman PanganKeberhasilan pengamanan produksi dari aspek perlindungan tanaman pangan sangat tergantung kepada kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan agar langkah operasional pengamanan yang diambil tidak terlambat dan sesuai dengan keadaan yang berkembang di lapangan. Pengambilan keputusan tersebut perlu didukung oleh data dan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan berkesinambungan. Untuk menghasilkan data dan informasi yang akurat diperlukan metode pengamatan dan pelaporan yang tepat serta aplikatif.