Browsing by Author "Dian Ratnawati"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemEffect of Traditional Herbal Suplementation on Performance of PO BULL(Indonesian Center for animal Reserch and Development Indonesian agency for Agricultural Reserch and Development minstry of agriculture republic of Indonesia IAARD Press, 2012) Dian Ratnawati; M.Luthfi; L.Affandhy; Indonesian Center for animal Reserch and Development Indonesian agency for Agricultural Reserch and Development minstry of agriculture republic of IndonesiaEffect of Traditional Herbal Suplementation on Performance of PO BULL
- ItemIntroduksi Pejantan dan Kandang Model Litbangtan terhadap Angka Kebuntingan Sapi Dara(Prosiding seminar nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan untuk Akselerasi pemenuhan pangan (SERI II ), 2014-06-14) Dian Ratnawati; Ainur Rasyid; Loka Penelitian Sapi Potong
- ItemPenanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong(Loka Penelitian Sapi Potong Grati, 2007-09-09) Dian Ratnawati; Wulan Cahya Pratiwi; Lukman Affandhy. S,Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional. Perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong dalam rangka mendukung kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2010. Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) (ari-ari tidak keluar), (2) (kesulitan melahirkan) (3) (keguguran), dan (4) kelahiran prematur /sebelum waktunya. Gangguan reproduksi tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap penurunan pendapatan peternak; umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : (1). penyakit reproduksi, (2) buruknya sistem pemeliharaan, (3) tingkat kegagalan kebuntingan dan (4) masih adanya pengulangan inseminasi, yang kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi; di Sumatera Barat 60 % disebabkan oleh dan 40 % hormonal (Riady, 2006). Penanganan gangguan reproduksi ditingkat pelaku usaha peteranakan masih kurang, bahkan beberapa peternak terpaksa menjual sapinya dengan harga yang murah karena ketidaktahuan cara menangani. Perlu pemasyarakatan teknologi inovatif untuk penanggulangan gangguan reproduksi sapi potong, khususnya pada sapi induk usaha