Browsing by Author "David, Jhon"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemPERBAIKAN MUTU BIJI KAKAO DENGAN PERLAKUAN SUHU PENGERINGAN DAN FERMENTASI DI KALIMANTAN BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) David, Jhon; Octora Manurung, Gohan; Balai Pengkajian Teknologi PertanianPenelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas suhu pengeringan dengan lama fermentasi optimum untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas sesuai dengan standar SNI. Penelitian ini di lakukan di desa desa Pegandang Kecamatan Sekayam pada tahun 2014 dengan menggunakan rancangan perlakuan acak lengkap dengan dua faktor yaitu Faktor pertama adalah suhu pengeringan (S): So = Suhu ruang, S 1 = 45 0 C, S 2 = 50 0 C, S 3 = 55 0 C, S 4 = 60 0 C dan faktor kedua lamanya Fermentasi (F 0 = tanpa fermentasi, F 1 = 4 hari, F 2 = 6 hari, F 3 = 8 hari, dengan parameter Variabel yang akan diteliti adalah mutu biji kakao dengan indikasi dan parameter: kadar air, kadar protein, kadar lemak, total abu, dan uji organoleptik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bahwa warna yang paling disukai dari biji kakao diperoleh pada perlakukan fermentasi 6 hari dan suhu pengeringan 55 0 C. Kadar air terendah didapati pada suhu 55 0 C pada semua perlakuan. Suhu pengeringan sangat penting dalam proses biji kakao karena efek Maillard. Hal ini merupakan tantangan utama dalam indutsri pasca panen coklat karena ekef ini berpengaruh terhadap tampak, aroma, warna dan kualitas bahan pangan secara keseluruhan, terutama pada biji kakao.
- ItemPERBAIKAN MUTU BIJI KAKAO DENGAN PERLAKUAN SUHU PENGERINGAN DAN FERMENTASI DI KALIMANTAN BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Lampung, 2017-10) David, Jhon; Manurung, Gohan Octora; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian LampungPenelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas suhu pengeringan dengan lama fermentasi optimum untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas sesuai dengan standar SNI. Penelitian ini di lakukan di desa desa Pegandang Kecamatan Sekayam pada tahun 2014 dengan menggunakan rancangan perlakuan acak lengkap dengan dua faktor yaitu Faktor pertama adalah suhu pengeringan (S): So = Suhu ruang, S1 = 45 0C, S2 = 50 0C, S3 = 55 0C, S4 = 600C dan faktor kedua lamanya Fermentasi (F0 = tanpa fermentasi, F1 = 4 hari, F2 = 6 hari, F3 = 8 hari, dengan parameter Variabel yang akan diteliti adalah mutu biji kakao dengan indikasi dan parameter: kadar air, kadar protein, kadar lemak, total abu, dan uji organoleptik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bahwa warna yang paling disukai dari biji kakao diperoleh pada perlakukan fermentasi 6 hari dan suhu pengeringan 55 0C. Kadar air terendah didapati pada suhu 55 0C pada semua perlakuan. Suhu pengeringan sangat penting dalam proses biji kakao karena efek Maillard. Hal ini merupakan tantangan utama dalam indutsri pasca panen coklat karena ekef ini berpengaruh terhadap tampak, aroma, warna dan kualitas bahan pangan secara keseluruhan, terutama pada biji kakao.
- ItemPERBAIKAN MUTU BIJI KAKAO DENGAN PERLAKUAN SUHU PENGERINGAN DAN FERMENTASI DI KALIMANTAN BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) David, Jhon; Manurung, Gohan Octora; Balai Pengkajian Teknologi PertanianPenelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas suhu pengeringan dengan lama fermentasi optimum untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas sesuai dengan standar SNI. Penelitian ini di lakukan di desa desa Pegandang Kecamatan Sekayam pada tahun 2014 dengan menggunakan rancangan perlakuan acak lengkap dengan dua faktor yaitu Faktor pertama adalah suhu pengeringan (S): So = Suhu ruang, S 1 = 45 0 C, S 2 = 50 0 C, S 3 = 55 0 C, S 4 = 60 0 C dan faktor kedua lamanya Fermentasi (F 0 = tanpa fermentasi, F 1 = 4 hari, F 2 = 6 hari, F 3 = 8 hari, dengan parameter Variabel yang akan diteliti adalah mutu biji kakao dengan indikasi dan parameter: kadar air, kadar protein, kadar lemak, total abu, dan uji organoleptik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bahwa warna yang paling disukai dari biji kakao diperoleh pada perlakukan fermentasi 6 hari dan suhu pengeringan 55 0 C. Kadar air terendah didapati pada suhu 55 0 C pada semua perlakuan. Suhu pengeringan sangat penting dalam proses biji kakao karena efek Maillard. Hal ini merupakan tantangan utama dalam indutsri pasca panen coklat karena ekef ini berpengaruh terhadap tampak, aroma, warna dan kualitas bahan pangan secara keseluruhan, terutama pada biji kakao.
- ItemPERCEPATAN PENGEMBANGAN LADA SEBAGAI KOMODITAS STRATEGIS DI KALIMANTAN BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017-10) David, Jhon; Balai Pengkajian Teknologi PertanianPertanaman lada di Indonesia sebagian besar (90%) diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat yang pada umumnya mempunyai areal sempit dan kemampuan permodalan yang lemah. Kondisi ini mengakibatkan perkembangan luasan tanaman lada serta teknologi untuk perbaikan penanganan pascapanen lada di tingkat petani berjalan lambat, yang walaupun komoditas lada telah berkembang cukup lama di Indonesia. Tanaman lada di Kalimantan Barat merupakan tanaman perkebunan yang menempati urutan ke 6 setelah karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan kakao. Luas areal tanaman lada tahun 2012 seluas 8.347 ha dengan produksi 4.123 ton atau dengan produktivitas 0.49 ton/ha. Produktivitas lada di Kalimantan Barat masih sangat rendah dibanding dengan produktivitas nasional 1.5 ton/ha, hal ini disebabkan berbagai kendala diantaranya sebagian tanaman sudah tua, adanya serangan hama penyakit dan mahalnya harga pupuk. Tujuan dan penulisan ini untuk memberikan gambaran pengelolaan tanaman lada serta pengembangan lada untuk menciptakan kesejateraan petani lada. Metode yang dilakukan adalah penelusuran daftar pustaka dan survey lapangan. Dibutuhkan keterkaitan dan kerjasama yang berkelanjutan dengan petani, dinas terkait serta penghasil teknologi sehingga petani lada dapat menikmati usaha taninya.