Browsing by Author "Basundari, Fransiska R.A."
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemIDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI KELEMBAGAAN PERBENIHAN PADI DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sutisna, Entis; Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Manokwari, Sorong, dan Teluk Bintuni pada bulan April sampai juni 2014. Menggunakan metode survei dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkarakterisasi kelembagaan produksi perbenihan padi yang ada di Papua Barat. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa belum semua wilayah Papua Barat memiliki kelembagaan perbenihan, dari 10 kabupaten dan satu kota, baru ada tiga kabupaten yang sudah mulai menangani perbenihan padi. Di Kabupaten Manokwari terdapat BBI (Balai Benih Induk), BBU (Balai Benih Utama), dan penangkar benih. Sedangkan di kabupaten Sorong dan Teluk Bintuni baru ada BBU dan Penangkar benih. Lembaga perbenihan padi yang sudah memproduksi benih setiap tahun dengan kapasitas terbesar baru BBI, yang lainnya belum memproduksi secara berkesinambungan. Distribusi benih terbesar adalah dijual ke pemerintah melalui BLBU. Selain itu ada juga yang digiling menjadi beras. Keberadaan Lembaga Perbenihan di Papua Barat masih lemah. Diperlukan dorongan yang kuat dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan perbenihan yang ada.
- ItemPERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH PADA BERBAGAI DOSIS PEMUPUKAN ZA DI LAHAN TADAH HUJAN BERTANAH ALLUVIAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NTB(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hadiawati, Lia; Suriadi, Ahmad; Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPupuk ammonium sulfat/ZA (Zwavelzure Ammoniak) dapat meningkatkan hasil dan mutu bawang merah sehingga banyak diaplikasikan oleh petani di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk ZA yang tepat untuk mengingkatkan hasil bawang merah di lahan tadah hujan bertanah Alluvial. Penelitian on-farm dilaksanakan di Desa Labuan Lombok Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur-NTB pada bulan Juni sampai Agustus 2017. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan pupuk ZA yaitu 0/kontrol, 50, 100, 150, 200, dan 250 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fase pertumbuhan awal sampai umur 40 HST, tanaman bawang merah menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot berangkasan segar paling tinggi pada dosis pupuk ZA 50 kg/ha. Akan tetapi, hasil bawang merah tertinggi dicapai pada dosis pupuk ZA 200 kg/ha. Pada dosis tersebut, hasil bawang merah kering jemur meningkat 41.9% dibandingkan kontrol. Sampai umur 60 HST, secara konsisten dosis pupuk ZA 200 kg/ha memberikan nilai tertinggi untuk hasil segar (3.50 kg/m2), jumlah umbi (8.67), bobot berangkasan segar per rumpun (106.81 gr), jumlah daun per rumpun (40.60 helai), dan tinggi tanaman per rumpun (49.53 cm).
- ItemTEKNOLOGI ADAPTASI BAWANG MERAH DI LUAR MUSIM(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, dan potensi pengembangannya masih terbuka luas. Namun demikian peningkatan kebutuhan bawang merah tidak diiringi dengan peningkatan produksinya, terutama pada saat iklim yang tidak normal. Hal ini menyebabkan fluktuasi ketersediaan dan harga bawang merah di pasaran. Hal serupa terjadi pula di wilayah Papua Barat, khususnya Sorong sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura. Kabupaten Sorong memiliki kondisi iklim yang berbeda dengan wilayah lainnya, dan pada tahun 2017 memiliki curah hujan cukup tinggi. Faktor iklim ini menjadi salah satu faktor pembatas yang sangat mempengaruhi produktivitas bawang merah, sehingga hasilN kajian yang diperoleh pada penanaman di luar musim ini jauh dari potensi hasilnya. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan inovasi teknologi budidaya di luar musim, dan kemudian didiseminasikan kepada penggunanya. Hal ini dapat dilakukan dengan pemilihan varietas yang tepat dan perbaikan teknik produksinya. Dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait, baik dari peneliti, penyuluh, maupun petani, maka proses diseminasi dan adopsi teknologi adaptasi untuk pengembangan bawang merah di luar musim dapat dipercepat.
- ItemTINJAUAN PENGGUNAAN MARKA DNA UNTUK SELEKSI KETAHANAN PENYAKIT TANAMAN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenerapan metode pemuliaan tanaman konvensional untuk perakitan gen-gen ketahanan pada genotipe tertentu akan memerlukan waktu lama. DNA berdasarkan polimorfismenya, yang disebut dengan marka DNA, dapat digunakan untuk menyeleksi sifat-sifat unggul yang diinginkan pemulia. Penanda molekuler ini menjadi komponen penting dalam program persilangan backcross untuk pengerucutan gen (gene pyramiding). Proses seleksi dengan menggunakan marka DNA ini disebut dengan Marker-Assisted Breeding (MAB) atau Marker-Assisted Selection (MAS). MAS akan sangat menguntungkan bila diterapkan pada generasi awal tanaman, karena tanaman yang membawa gen-gen yang tidak diharapkan dapat dieliminasi. Proses seleksi pada tahapan bibit ini disebut dengan Marker-Assisted Seedling Selection (MASS). Uji DNA melalui MASS akan dapat mengidentifikasi bibit-bibit tanaman yang diprediksi memiliki sifat yang diinginkan oleh pemulia sebelum ditanam di lahan. Beberapa uji DNA melalui MASS telah digunakan pada beberapa tanaman untuk melakukan seleksi terhadap ketahanan penyakit tertentu, diantaranya resistensi terhadap penyakit scab (kudis) pada tanaman apel, dan juga resistensi terhadap penyakit bercak daun (cherry leaf spot/CLS) pada tanaman ceri (cherry). Penggunaan MASS ini menunjukkan potensi yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi pengerucutan alel-alel yang tahan penyakit. Pada akhirnya, integrasi antara marka molekuler dalam program pemuliaan tanaman akan menjadi cara yang sangat baik dalam peningkatan efisiensi pengembangan kultivar untuk tanaman tahunan.
- ItemUJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU BAWANG MERAH DI DATARAN RENDAH, MANOKWARI - PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Basundari, Fransiska R.A.; Krisdianto, Arif Y.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berfungsi sebagai penyedap rasa, dan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Prospek pengembangan bawang merah sangat baik, yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi bawang merah. Peningkatan ini belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya, karena teknologi perbenihan untuk peningkatan produktivitas belum dapat diadopsi oleh petani secara progresif. Teknologi yang mudah diaplikasikan oleh petani perlu diterapkan, diantaranya melalui pengaturan pemupukan, jarak tanam, dan varietas yang tepat dalam produksi umbi benih bawang merah. Perbedaan varietas tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, diantaranya pemupukan dan populasi tanaman. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2016 di Kebun Percobaan di Anday, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi varietas yang diuji, yaitu varietas Bauji, Bima Brebes, Katumi, Mentes, Pikatan, Trisula, dan lokal sebagai kontrol. Penelitian dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dan ketujuh varietas sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang memiliki hasil yang baik, dan dinilai mampu beradaptasi dengan baik adalah varietas Bauji, Bima Brebes, Mentes, dan Pikatan. Keempat varietas tersebut dinilai dapat dikembangkan untuk pengembangan bawang merah di lain di Papua Barat.