Browsing by Author "Balittra, Balittra"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
- ItemBETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI LAHAN RAWA(Balittra, 2020) Balittra, Balittra; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKambing etawa berasal dari India. Di Anak Benua tersebut kambing etawa disebut kambing jamnapari. Postur kambing etawa khas karena tubuhnya besar dengan telinga yang panjang dan terkulai ke bawah. Tinggi kambing jangan berkisar 90--127 cm, sedangkan yang betina maksimal 92 cm. Bobot kambing jantan dapat mencapai 91 kg, sedangkan betina 63 kg. Dahi dan hidung kambing etawa cembung. Kambing etawa disebut unggul karena mampu menghasilkan susu hingga 3l per hari. Lantaran itulah kambing etawa diintroduksi untuk memproduksi susu.
- ItemPertanian tanaman pangan pada lahan pasang surut di Kalimantan Selatan(Balittra, 1988) Balittra, Balittra; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemTEKNOLOGI PENATAAN LAHAN RAWA SISTEM SURJAN UNTUK OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN(Balittra, 2020) Balittra, Balittra; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaMasyarakat Indonesia kaya sumber daya alam dan model pertanian karena memiliki beragam ekosistem, etnis, budaya, dan komoditas yang diusahakan. Oleh karena itu, kita mengenal sistem pertanian sawah (sawah irigasi dan sawah tadah hujan), sistem pertanian tegalan (sistem pertanian lahan kering), sistem perladangan, sistem pertanian irigasi (teknis dan setengah teknis), sistem subak, dan sistem walik jerami. Sistem surjan merupakan perpaduan sistem pertanian sawah dan tegalan di lahan rawa. Model pertanian sistem ini berkembang di lahan sawah pasang surut dan lebak karena terbatasnya pilihan komoditas yang dapat dikembangkan di lahan rawa yang hanya padi. Sedangkan di tegalan dapat berkembang tanaman lahan kering lainnya seperti palawija, sayur, dan tanaman tahunan. Sistem surjan berkembang pesat karena tuntutan optimalisasi sumber daya lahan rawa, sehingga di lahan rawa juga dapat dikembangkan berbagai komoditas palawija, hotikultura, dan tanaman tahunan. Bentuk surjan di lahan rawa disesuaikan dengan ragam tipologi lahan, tipe luapan atau tinggi genangan air, dan perkembangan pengetahuan atau pengalaman masyarakat. Pada awalnya petani lahan rawa membuat puntukan (tukungan) dengan cara meninggikan lahan untuk meletakan bibit sebatas luas 50 cm x 50 cm dan tinggi 50 cm. Kemudian berkembang dengan membuat tembokan yang disebut surjan. Berdasarkan tipologi lahan, luapan air atau tinggi genangan, dan jenis komoditas yang dikembangkan, maka bentuk surjan dapat dipilah menjadi tiga, yaitu: 1) surjan dengan tambahan tukungan, 2) surjan tanpa tukungan, dan 3) surjan bertahap. Bentuk surjan yang dikembangkan di Taman Sains Pertanian Pengelolaan Lahan Rawa adalah surjan tanpa tukungan.