Browsing by Author "Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku"
Now showing 1 - 20 of 361
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Suneth, Risma Fira; Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPeningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan varietas unggul baru. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari penggunaan varietas baru diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan. Tujuan kajian adaptasi beberapa vari etas unggul baru padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) untuk mendapatkan 1 -2 varietas baru produktivitas tinggi (= 7 t ha-1) dan adaptif terhadap lingkungan spesifik untuk dikembangkan. Pengkajian dilakukan di Kecamatan Kairatu Barat kabupaten Seram Bagian Barat dari bulan Mei hingga September 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kali ulangan. Perlakuan menggunakan lima varietas padi sawah yang terdiri dari Inpari 21, Inpari 24, Inpari 26, inpari 27 dan inpari 28. Ukuran petak perlakuan (varietas) 10m x 50m sehingga luas ulangan 0,25 ha. Sistem tanam yang digunakan adalah legowo 2:1 dengan jarak tanam 10 x 20 x 40 cm yang diisi 1 -3 batang per lubang. Teknologi lain yang diterapkan adalah komponen dasar dan pilihan yang terdapat dalam model Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa varietas baru inpari 24, inpari 26, inpari 27 dan inpari 28 memberikan hasil tertinggi ( > 7 t ha-1 ) secara berturut – turut adalah 9,55; 7,72; 9,48; dan 9,5 ton GKP ha di atas varietas eksisting Ciherang, mekongga dan cigeulis (4-6 t/ha) sehingga dapat dikembangkan di sekitar wilayah kabupaten Seram Bagian Barat.
- ItemAdopsi Inovasi PTT Padi Sawah Di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Van Room, Maryke Jolanda; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPada dasarnya, sebagai individu petani tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan usaha taninya. Oleh karena itu, keberadaan bantuan dari luar sangat diperlukan, baik secara langsung dalam bentuk bimbingan dan pembinaan usaha maupun tidak langsung dalam bentuk intensif yang dapat mendorong petani menerima hal-hal baru dalam mengadakan tindakan perubahan. Untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku petani, demi terwujudnya perbaikan mutu hidup, perlu disampaikan melalui kegiatan penyuluhan. Pesan-pesan pembangunan pertanian yang disuluhkan harus mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang memiliki sifat pembaharuan pada masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian baru mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran, akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap dan juga baru karena belum diterima, dilaksanakan atau diterapkan oleh seluruh petani setempat. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi dan hubungannya dengan adopsi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, berlokasi di desa Kobisonta, Kabupaten Maluku Tengah. Populasi dalam penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) sebanyak 90 responden. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara kecepatan adopsi dan inovasi teknologi PTT padi sawah adalah Karakteristik Responden: umur responden dalam kategori tinggi/muda, tingkat pendidikan sedang dan pengalaman usahatani tinggi; Sifat-sifat Inovasi termasuk dalam kategori sedang; Saluran Komunikasi termasuk dalam kategori tinggi; Kegiatan Promosi tentang PTT padi termasuk dalam kategori sedang; dan Jenis Keputusan Inovasi termasuk dalam kategori sedang. Adopsi dan difusi inovasi PTT padi untuk penggunaan varietas unggul, benih bermutu, bibit muda, jumlah bibit dan sistem tanam, pemeliharaan serta panen dan pascapanen sesuai dengan rekomendasi atau dalam kategori tinggi. Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi dengan adopsi inovasi adalah nyata pada faktor karakteristik responden, sifat inovasi dan saluran komunikasi.
- ItemAgribisnis Sagu di Maluku : prospek dan Peluang Pengembangan(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Bustaman, Sjahrul; Alfons, Janes Berthy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSagu (Metroxylon sp) adalah salah satu tumbuhan penghasil karbohidrat dan merupakan bahan makanan pokok masyarakat desa di Maluku, dimana dapat diposisiskan sebagai komponen dalam membangun ketahanan pangan daerah. Di Maluku terdapat lima jenis sagu yaitu Sagu Tuni (Metroxylon rumphi mart), Sagu Molat (Metroxylon sogos Mart), Sagu Makanaru (Metroxylon longisipinum Mart), Sagu Ihur ( Metroxylon silvestre Mart) dan Sagu Duri Rotan (Metroxylon microcothium Mart). Dari jenis-jenis sagu ini tiap pohonnya memproduksi tepung basah yang berbeda. Berdasakan jenis tanah tempat tumbuhnya dan dirujuk pada peta AEZ (Agoekologikal Zone) Maluku skala 1:250.000 diperkirakan luas areal sagu potensial di Maluku 31.360 ha, dan dengan adanya usaha pemeliharaan akan dihasilkan 30 pohon produktif/ha/tahun. Populasi tumbuhan sagu utama di Maluku tersebut di kabupaten Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku tengah dan Buru. Selama ini tepung sagu hanya diolah untuk makanan pook pengganti nasi dan kue-kue yang diusahakan dalam skala rumah tangga sedangkan kearah industri yang menggunakan teknologi belum ada. Prosedur sagu saat ini kondisinya belum mencapai tingkat yang memadai. Oleh karena itu, peningkatan diversifikasi pangan dengan memanfaatkan tanaman sagu harus sejalan dengan upaya pengembangan sistem agribisnisnya. Dalam usaha pengembangan sagu sebagai komoditas agribisnis perlu di tunjang oleh kebijaksanaan pemerintah, teknologi, partisipasi masyarakat dan faktor eksternal lainnya dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani sagu dan pendapatan Asli Daerah (PAD)
- ItemAgribisnis Usaha Ternak Sapi Potong Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (Puap) Di Kabupaten Jayapura, Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Tiroja, Siska; Tiro, Batseba M W; Usman; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPerkembangan pembangunan di Propinsi Papua saat ini mulai membaik dibandingkan tahun-tahusebelumnya. Di era pemerintahan yang baru dengan semangat kerjanya yang tinggi menjadikan Papua cukumendapat perhatian. Sebagai salah satu Propinsi di Kawasan Timur Indonesia dan apabila dibandingkadengan Kawasan Barat Indonesia, dalam perkembangannya berbagai sektor pembangunan cukup lambanamun demikian apabila ditinjau berdasarkan potensi sumberdaya alam dan ketersediaan hijauan (padanpenggembalaan) sangat potensial bagi pengembangan ternak bila ditinjau dari potensi sumber daya alamnyaKebijakan dan program yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran pembangunan peternakan di Papusalah satunya yaitu melalui program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) terutama ditinjau daagribisnis usaha ternak sapi potong yang merupakan komoditi unggulan di kabupaten Jayapura. Berbaga upaya terus dilakukan melalui pengembangan kawasan produksi peternakan, mengembangkan usahagribisnis berbasis komoditas melalui pengembangan agribisnis peternakan, dan menyediakan sarana dan prasarana pendukung sarana produksi. Oleh karena itu perlu diinformasikan potensi pet ernakan, ketersediaadan dukungan teknologi pakan sapi dalam mendukung teknologi usaha ternak sapi sehingga upaya untumengembangkan agribisnis usaha ternak sapi potong ditingkat peternak dapat tercapai.
- ItemAktivitas Antioksidan Asap Cair Dari Cangkang Kenari (Canarium Indicum) Dan Aplikasi Dalam Produk Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Asap(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Leha, Maria Alexanderina; Dompeipen, Edward Julys; Lady, Tjoeng; Simanjuntak, Partomuan; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuCangkang kenari adalah limbah yang dihasilkan dalam produksi biji kenari.Biji kenari merupakan bahan pangan popular karena kaya akan omega 3, omega 9 yang bermanfaat bagi kesehatan. Limbah cangkang kenari yang berlimpah dapat diinovasi menjadi produk asap cair yang berperan pada teknologi pangan sebagai bahan tambahan pangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan asap cair dari cangkang kenari dengan waktu pengeringan yang berbeda terhadap aktivitas antioksidan yang diaplikasikan pada ikan asap. Penelitian dilakukan dalam 4 (empat) tahap yaitu, proses pengeringan cangkang kenari, pembuatan asap cair, analisis asap cair (fisika dan kimia, benzo(a)piren, analisis aktivitas antioksidan) dan aplikasi asap cair dalam pengolahan ikan, analisa data mutu ikan asap menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, dan sebagai pembanding terhadap mutu ikan cakalang asap digunakan Persyaratan Mutu Ikan Asap (SNI 01-2725-1992). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa analisis cangkang kenari A1 dan A2 diperoleh kadar selulosa (40,59%; 26,30%), hemiselulosa (20,34%; 15,48%), lignin (32,68%; 47,03%), abu (4,25%; 7,14%). Sifat kimia asap cair (A1 dan A2) , asam organik (6,91%; 10,62%), fenol (0,55%; 2,81%), karbonil (6,05%; 9,97%), benzo(a)piren (tidak terdeteksi: tidak terdeteksi). Aplikasi asap cair untuk pengolahan ikan asap, memperlihatkan bahwa waktu proses pengeringan cangkang kenari, konsentrasi asap cair dan waktu penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter organoleptik, kadar air, abu tak larut dalam asam, TPC, sedangkan parameter Escherichia coli dan kapang tidak berpengaruh terhadap mutu ikan cakalang asap. Perlakuan A1B1C3 dan A1B2C3 khusus untuk parameter organoleptik (6,86 dan 6,94) tidak sesuai dengan persyaran mutu ikan asap (SNI 01-2725-1992), sedangkan parameter lainnya memenuhi persyaran mutu ikan asap (SNI 01-2725-1992). Aktivitas antioksidan (A1) sebesar 314,57 bpj sehingga memiliki aktivitas sebagai antioksidan sedang dan pada (A2) aktivitas sebesar 39,09 bpj sehingga sangat aktif sebagai antioksidan.
- ItemAnalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jamur Kuping (Auricularia sp.) dan Sensitivitas terhadap Perubahan Kurs Dolar ($) US(p, 2005) Widodo, S; Heni, P; Kaliky, Rahima; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuJamur kuping (Auricularia sp) merupakan salah satu andalan petani di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hal ini karena memberikan kontribusi tinggi terhadap pendapatan keluarga. Perkembangan jamur kuping mengalami booming tahun 1998, menurun tahun 2002, dan naik lagi pada tahun 2004-2005. Produksi jamur kuping diekspor ke Jepang, Taiwan, Singapore, Malaysia dan sebagian Negara Asia dan USA. Penelitian dilakukan di Gambretan, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, pada tahun 2001, untuk mengetahui factor yang mempengaruhi terhadap produktivitas usaha jamur kuping, dan pada tahun 2005 dilakukan evaluasi untuk mengetahui sensitivitas terhadap perubahan kurs dolar (US). Penentuan lokasi secara sengaja (purposive) dengan alas an bahwa daerah tersebut sebagai sentra pengembangan jamur kuping di Yogyakarta. Penelitian menggunakan data cross-section dengan 30 responden petani jamur kuping. Untuk mengetahui factor produksi (X1=benih), X2=kubung, X3=pengalaman, X4=tenaga kerja, dan X5=pestisida) digunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS), sedangkan untuk mengetahui sensitivitas hanya didekatkan pada perubahan nilai tukar rupiah terhadp dolar US. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dari tingkat pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen (tingkat kesalahan 1% - 10%) nyata pada pemilikan kubung, penggunaan benih dan penggunaan tenaga kerja, dan tidak nyata pada pengalaman serta berpengaruh negative pada penggunaan pestisida, (2) Secara eknomi usahatani jamur kuping layak dengan indicator nilai R/C > 1, yaitu 1,24 (2001) dan 1,58 (2005), (3) Terhadap perubahan nilai tukar uang maka pada OER IOfficial Exchange Rate) ($) US 1,00 ≥ Rp 10.000,- maka investasi ini layak
- ItemAnalisis Faktor-Faktor Yang Menentukan Keputusan Petani Memilih Varietas Unggul Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hetharia, Imelda; Riry, Johan; Tatitapata, Aurellia; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBerkembangnya inovasi teknologi dalam perbenihan padi sawah menghasilkan banyak varietas unggul padi sawah yang telah dilepas oleh Kementerian Pertanian. Petani di masing-masing daerah memiliki pertimbangan yang berbeda-beda untuk memilih varietas unggul padi sawah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan keputusan petani memilih varietas unggul padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Petani yang menjadi responden sebanyak 125 orang, pemilihan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih varietas unggul padi sawah meliputi potensi hasil, umur panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kerebahan tanaman, harga beli benih, aromatik, tekstur nasi dan kemudahan memperoleh benih. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang menentukan keputusan petani memilih varietas unggul padi sawah digunakan analisis diskriminan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tekstur nasi, harga beli benih dan kemudahan memperoleh benih berpengaruh dalam menentukan keputusan petani memilih varietas unggul padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat, sedangkan potensi hasil, umur panen, ketahanan hama dan penyakit, kerebahan dan aromatik tidak berpengaruh dalam menentukan keputusan petani memilih padi varietas unggul di Kabupaten Seram Bagian Barat.
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Padi Sawah di Desa Woegeren, Kecamatan Mako. Kabupaten Buru Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Susanto, Andriko Noto; Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelayakan financial teknologi introduksi dan teknologi asli usahatani padi sawah, titik impas tambahan produksi padi dan titik impas harga padi yang telah dilakukan pada petani padi sawah irigasi di desa Waegeren, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada tahun 2005. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasi penelitian menujukkan bahwa usahatani yang dikelola petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding usahatani yang dikelola petani non-kooperator, dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,71 (petani kooperator), 1,53 (petani non-kooperator minimal), 1,41 (petani non-kooperator maksimal) dan 1,54 (petani non-kooperator rta-rata). Hasil analisis marginal R/C menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara financial layak dilakukan karena setiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masin kelompok petani non-kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan masing-masin sebesar Rp. 1,87 (non-kooperator minimal), Rp 4,68 (non-kooperator maksimal) dan Rp. 2,11 (non-kooperator rata-rata). Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yang harus dicapai untuk masing-masing kelompok petani non-kooperator yaitu 1441,34 kg GKG/ha (minimal) 256,37 kg GKG/ha (maksimal dan 829,99 kg GKG/ha (rata-rata). Dengan tambahan produksi sebesar 2.700 GKG/ha (minimal), 1.200 GKG/ha (maksimal) dan 1,750 GKG/ha (rata-rata) pada petani non-kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah tititk impas harga yaitu Rp. 1.099,10/kg
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Pemanfaatan Biochar Pada Sistem Usahatani Padi Sawah Tadah Hujan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Seran, Yohanes Leki; Kote, Mode; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSalah satu lahan potensial yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mendukung kemandirian pangan yakni lahan sawah tadah hujan. Masyarakat di daerah lahan kering yang belum memiliki infrastruktur pengairan yang memadai dapat mengembangkan sistem usahatani padi sawah dengan mengandalkan ketersediaan curah hujan. Rendahnya curah hujan yang didukung oleh tidak menentunya pola distribusi curah hujan dapat mengganggu pertanaman padi sawah tadah hujan bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan. Dalam rangka mepertahankan produktivitas yang diperoleh selama ini bahkan meningkatkan produktivitas padi sawah tadah hujan diperkenalkan pemanfaatan Biochar dan kompos pada usahatani tersebut. Penelitian ini bertujuan (a) mempertahankan produktivitas usahatani padi sawah tadah hujan. (b) mengevaluasi kelayakan finansial pemanfaatan Biochar pada sistem usahatani padi sawah tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan di hamparan persawahan Kutu loncat - Ben Mboy pada musim tanam 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan Biochar dan kompos pada pengelolaan sistem usahatani padi sawah tadah hujan dapat memacu ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman yang diusahakan sehingga tanaman yang diusahakan mampu memberikan produktivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sistem usahatani padi sawah tadah hujan yang tidak diaplikasikan Biochar dan kompos. Hasill analisis R/C ratio Sistem usahatani padi sawah tadah hujan yang menggunakan Biochar dan kompos lebih besar dari sistem usahatani padi sawah tadah hujan yang tidak menggunan Biochar dan Kompos dan system usahatani padi sawah tadah hujan pola petani. Dan analisis terhadap marginal Benifit Cost Ratio meunjukkan bahwa penggnuaan Biochar dan Kompos lebih layak untuk dikembangkan atau diaplikasikan pada system usahatani padi sawah tadah hujan.
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Berbasis Tanaman Pangan pada Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Susanto, Andriko Noto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi peningkatan produktivitas lahan berbasis tanaman pangan pada lahan sawah irigasi. Kajian pola tanam telah dilakukan pada petani lahan sawah irigasi di desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru pada tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani non kooperator (pola tanam asli) dan kooperator (pola tanam introduksi). Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani dengan pola tanam petani maupun pola tanam introduksi layak secara finansial untuk diusahakan, namun usahatani dengan pola tanam introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding pola tanam asli petani dengan nilai R/C dan keuntungan masing-masing yaitu padi – padi – bero 1,60 keuntungan Rp 5.384.675 (pola tanam petani ), sedangkan pola tanam introduksi yaitu padi – padi – kedelai 1,61 dengan keuntungan Rp 8.921.675, padi – padi – kacang hijau 1,53 dengan keuntungan Rp 7.961.675, padi – kedelai – kedelai 1,57 dengan keuntungan Rp 9.389.175, padi – kedelai – kacang hijau 1,50 dengan keuntungan Rp 8.429.175, padi – kacang hijau – kacang hijau 1,46 dengan keuntungan Rp 8.000.675. Hasil analisis marginal B/C rasio semuanya > 1, menunjukkan bahwa perubahan pola tanam oleh petani sesuai pola tanam introduksi secara finansial layak dilakukan karena dari masing masing pola tanam introduksi mampu memberikan tambahan penerimaan lebih besar dibanding tambahan biaya yang dikeluarkan akibat mengganti pola tanam sesuai pola tanam introduksi dengan nilai mbcr masing masing yaitu padi – padi – kedelai 1,63, padi – padi – kacang hijau 1,42, padi – kedelai – kedelai 1,53, padi – kedelai – kacang hijau 1,38, padi – kacang hijau – kacang hijau 1,31. Model pola tanam introduksi padi – padi – kedelai secara finansial merupakan model usahatani yang mampu memberikan keuntungan terbesar selama satu tahun
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai Setelah Padi Sawah di Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi introduksi usahatani kedelai setelah padi sawah, yang telah dilakukan pada petani kedelai lahan sawah irigasi di Desa Waekasar, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada Tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar (Rp 2.557.000) dibandingkan dengan usahatani petani non-kooperator (1.165.000), dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,40 (petani kooperator), 1,33 (petani non-kooperator). Hasil analisis marginal B/C sebesar 1,36 menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara finansial layak dilakukan karena setiap Rp 100 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan tambahan penerimaan sebesar Rp 136. Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yaitu 556,60 kg/ha atau produktivitas minimal yang harus dicapai 1.486,60 kg/ha. Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg/ha pada petani kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg.
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Usahatani Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuAnalisis kelayakan finansial usahatani tanaman perkebunan dilakukan di Kabupaten Buru tahun 2005 dengan metode survei berstruktur. Indikator kelayakan yang digunakan Pendapatan bersih atau keuntungan, rasio pendapatan dengan biaya (B/C), Periode pengembalian (Pay Back Period), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return atau IRR. Hasil analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa pada tingkat DF 15 persen, dalam waktu 15 tahun usahatani tanaman perkebunan rakyat layak atau menguntungkan dengan nilai NPV masing masing yaitu kelapa Rp 1.095.316,80. dengan tingkat IRR 17 persen, jambu mete Rp 1.912.230 dengan tingkat IRR 19,20 persen, pala Rp 5.612.558,50 dengan tingkat IRR 22,10 persen, cengkeh Rp 9.846.800,60 dengan tingkat IRR 29 persen, kakao Rp 8.136.000 dengan tingkat IRR 25 persen, kopi Rp 8.126.510 dengan tingkat IRR 27 persen, sedangkan nilai net B/C > 0 pada semua komoditas perkebunan (layak secara ekonomi), artinya selama 15 tahun usaha perbandingan antara keuntungan bersih dengan biaya yang dikeluarkan untuk masing masing komoditas yaitu kelapa 1,19, jambu mete 1,34, pala 1,74, cengkeh 2,67, kakao 1,89, kopi 2,10. Tanpa memperhatikan tingkat bunga (bunga modal), jangka waktu pengembalian modal usahatani tanaman perkebunan untuk masing masing komoditas yaitu kelapa 8 tahun 7 bulan, jambu mete 7 tahun 1 bulan, pala 8 tahun 9 bulan, cengkeh 6 tahun 9 bulan, kakao 6 tahun 1 bulan,opi 5 tahun 6 bulan.
- ItemAnalisis Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri Sagu: Studi Kasus Pengusaha Sagu di Kec. Salahutu dan Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Leatemia, E D; Girsang, Wardis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuMaluku memiliki potensi sagu sekitar 31000 hektar namun belum dimanfaatkan secara optima baik pohon sagu maupun hasil olahan tepung sagu. Sagu merupakan komoditi pangan yang banyak mengandung karbohidrat sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pangan masyarakat, baik secara tradisional maupun pangan olahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha produksi sagu dan nilai tambah produk olahan sagu. Metode penelitian studi kasus digunakan terhadap 3 kelompok pengusaha sagu dan 30 pengrajin pembuat bagea dan sarut, masing-masing di desa Waai dan Waitatiri, kecamatan Salahutu dan desa Ihamahu, kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis finansial dan analisi nilai tambah Hayami dan Toshihiko (1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha kelompok bisnis tepung sagu basah dan kering layak diusahakan. Nilai tambah yang diperoleh pun bervariasi menurut harga bahan baku, harga input dan nilai produk. Rasio nilai tambah satu kilogram tepung sagu terhadap nilai produk yang dijual untuk masing-masing produk juga berbeda: bagea kanari 27,86%, sarut kanari 28,65%, bagea kelapa 20,94% dan sarut kelapa 17,82%. Disarankan agar kelompok usaha sagu memperoleh nilai tambah yang optimal melalui perbaikan teknologi produksi yang lebih baik dan teknik modifikasi produk yang lebih beragam serta jaringan pasar yang lebih luas.
- ItemAnalisis Kemandirian Kacang-Kacangan, Sayur Dan Buah Di Maluku Utara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Susanto, Andriko Noto; Siregar, Idri Hastuty; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuAnalisis kemandirian sayur, buah, bumbu dan kacang-kacangan bertujuan untuk mengetahui neraca kecukupan domestik serta tingkat kemandirian pangan di Maluku Utara. Study/analisis data bersifat kuantitatif-deskriptif dengan menggunakan database pangan BPS 2015 dari setiap Kab./Kota di Provinsi Maluku Utara serta data dari Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, meliputi jumlah ketersediaan pangan, jumlah kebutuhan pangan, eraca pangan serta tingkat kemandirian panganyang berasal dari sayur, buah , bumbu dan kacang-kacangan. Pada tahun 2014, Maluku Utara mengalami defisit energi dari kacang-kacangan sebesar -31.595.060,157 kkal. Produksi kacang-kacangan hanya mampu mencukupi 39.5 % kebutuhan domestik. Sayur dan buah mengalami surplus sebesar 29.179.254,220 kkal , dengan tingkat kemandirian pangan mampu mencukupi sebesar 146,6 % dari kebutuhan masyarakat lokal. Sedangkan kebutuhan bumbu mengalami defisit sebesar -29.985.395,958 kkal dan hanya mampu memenuhi 4,3% kebutuhan domestik di Maluku Utara. Kekurangan kalori dari sumber kacang-kacangan dan bumbu diperoleh dari provinsi lain maupun impor dari luar negeri.
- ItemAnalisis Kemandirian Pangan Sumber Karbohidrat Di Provinsi Maluku Utara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Susanto, Andriko Noto; Ramijah, Khadijah El; Siregar, Idri Hastuty; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuAnalisis tingkat kemandirian pangan sumber karbohidrat (padi/serelia dan umbi) di Provinsi Maluku Utara telah dilakukan berdasarkan database pangan dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara tahun 2015. Analisis data pangan dilakukan secara kuantitatif-deskriptif meliputi jumlah ketersediaan pangan, jumlah kebutuhan pangan, neraca pangan serta perhitungan kemandirian pangan sumber karbohidrat. Total kebutuhan kalori seluruh penduduk Maluku Utara tahun 2015 yang bersumber dari padi/serelia adalah 522.335.875.628 kkal sedangkan ketersediaan kalori hanya mencapai 167.090.232.412 kkal sehingga terjadi defisit sebesar -355.245.643.22 kkal. Total kebutuhan kalori dari aneka umbi adalah 62.680.305.076 kkal sedangkan ketersediaan mencapai 352.879.679 kkal, sehingga mengalami surplus sebesar 290.199.374 kkal . Tingkat kemandirian pangan dari padi/serelia hanya 33% sedangkan umbi-umbian mencapai 198% . Jika total kelebihan energi dari kelompok umbi-umbian dijumlahkan dengan kelompok padi/serelia maka tingkat kemandirian pangan sumber karbohidrat di Maluku Utara meningkat menjadi 59. 5%. Sumber energi pangan di Maluku Utara seharusnya dapat tercapai jika masyarakat bersedia mengurangi konsumsi beras dan beralih ke umbi-umbian karena tersedia dalam jumlah yang banyak serta mengandung karbohidrat yang tinggi. Oleh karena itu program diversifikasi pangan perlu terus digalakkan untuk mencapai ketahanan dan kemandirian pangan secara spesifik lokasi.
- ItemAnalisis Keunggulan Usahatani Cabe Rawit Di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Yuniarsih, Eka Triana; Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuCabe rawit merupakan komoditas hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat, dan merupakan salah satu sektor yang diunggulkan di SulSel. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keunggulan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sul awesi Selatan; (2) keuntungan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sulawesi Selatan; (3) kelayakan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2016. Populasi penelitian semua petani cabe rawit di Kab. Maros. Pengambilan petani sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekundern dan metode observasi, wawancara, dan pencatatan. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil analisis keunggulan cabe rawit di Kab. Maros SulSel menggunakan analisis LQ dengan nilai 9,7 yang menggambarkan bahwa cabe rawit merupakan sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dikarenakan nilai LQ > 1. Hasil analisis usahatani cabe rawit menunjukkan rata-rata produksi 8,6 ton dengan pendapatan sebesar Rp 69.104.083, dan hasil analisis menunjukkan R/C rasio 3,02. Berdasarkan analisis deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani cabe rawit layak diusahakan.
- ItemAnalisis Komparatif Dan Prospek Pengembangan Usahatani Tumpangsari Kacang Tanah Dengan Jagung Pada Lahan Kering Masam Di Provinsi Bengkulu(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sugandi, Dedi; Yesmawati; Wibawa, Wahyu; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSistem tumpangsari meningkatkan produktivitas, pendapatan petani dan efisiensi penggunaan lahan. Provinsi Bengkulu memiliki lahan kering masam yang potensial untuk pengembangan dan peningkatan produksi kacang tanah dan jagung dengan sistem tumpangsari . Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pendapatan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung pada lahan kering masam di Kabupaten Bengkulu Tengah, (2) mengetahui prospek pengembangan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung pada lahan kering masam di Kabupaten Bengkulu Tengah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan September 2014 di Kabupaten Bengkulu Tengah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) dan uji t (t-test) untuk membandingkan pendapatan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung. Prospek usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung diukur dengan Skala Likert terhadap 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung lebih tinggi (Rp. 40.830.000) dibandingkan dengan monokultur (Rp. 32.850.000) dengan selisih pendapatan sebesar Rp. 7.506.500, (2) Usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung lebih efisien dibandingkan dengan monokultur, (3) Usahatani tumpangsari kacang tanah dengan jagung mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu
- ItemAnalisis Perhitungan Kebutuhan Pangan Pokok Penduduk Dalam Upaya Swasembada Pangan di Kabupaten Maluku Tenggara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini dilakukan untuk menghitung kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten kepulauan Maluku Tenggara dengan tujuan swasembada, dengan skenario swasembada pangan pokok dicapai pada tahun 2010 melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten Maluku Tenggara untuk masing masing Komoditas yaitu 10.138,67 ton beras, 1.490,98 ton jagung, 26.506,34 ton ubi kayu, 3.699,84 ton umbi-umbian. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut diperlukan tambahan luas panen untuk masing masing komoditas yaitu padi gogo 7.570,81 ha, jagung 63,49 ha, ubikayu 168,86 ha, ubi ubian 199,98 ha. Alternatif kebijakan yang dilakukan yaitu penambahan luas panen dan peningkatan produktivitas padi gogo sebesar 1.177 ha dan 4 ton/ha, Meningkatkan produktivitas ubikayu sebesar 23 ton/ha, jagung 5 ton/ha dan ubu ubian 16 ton/ha, dengan skenario komposisi pangan pokok dirubah menjadi beras 11,37%, ubikayu 72,19%, jagung 10,29% dan ubi ubian 6,16%.
- ItemAnalisis Prioritas Pengembangan Dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Subsektor Peternakan Di Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian Analisis Prioritas Pengembangan dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi KomoditasUnggulan Peternakan di Provinsi Maluku telah dilakukan, kegiatan bertujuan menginventarisasi dan/atauidentifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsector peternakandi provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan danFocus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangankomoditas ternak ruminansia di propinsi Maluku yaitu sapi, kambing, domba dan babi, sedangkan komoditas ternak unggas yaitu itik. Sentra pengembangan ternak sapi yaitu kabupaten Maluku Tengah, Buru, SBB danSBT. Sentra pengembangan ternak babi di Ambon, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan KepulauanAru. Sentra pengembangan ternak kambing di kabupaten Tual dan Buru Selatan, sedangkan sentrapengembangan domba di kabupaten Maluku Barat Daya. Komoditas unggulan ternak unggas yaitu itik dikabupaten Buru. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas ternak yaituSapi (Teknologi pengolahan pakan dari jerami padi , Teknologi IB, Teknologi pengolahan pupuk organik padatdan cair), Kambing (teknologi penanganan penyakit kembung dan diare, teknologi pemeliharaan secaraintensif, teknologi pengolahan pakan ternak kambing), Babi (ketersediaan vaksin setiap saat, Teknologipemeliharaan secara intensif), Itik (Teknologi mesin tetas sederhana, teknologi pemanfaatan pakan dari limbah alami lokal, teknologi pemeliharaan intensif).
- ItemAnalisis Program Ketahanan Pangan Dalam Perspektif Kemiskinan dan Kelaparan di Wilayah Kepulauan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Rahado, Kos; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKemiskinan dan kelaparan merupakan dampak dari adanya kekeliruan dalam kebijakan pembangunan nasional yang selama ini mengarah kepada pendekatan makro dan kurang memperhatikan keadaan mikro, berpola sentralistis, dominasi pemerintah, dan kebijakan pengembangan komoditas pertanian yang berfokus pada beras. Saat ini masih ditemukan banyak masyarakat yang berada dalam kondisi rawan pangan, kesehatan buruk dan pendidikan tertinggal yang bila tidak ditangani secara adil akan berlanjut kepada kerawanan pangan kronis dan kondisi terbelunggu kemiskinan struktural. Pemecahan masalah untuk memerangi kelaparan dan mengurangi kemiskinan melalui pendekatan yang berorientasi kepada rumah tangga, berpola desentralistik dan peningkatan partisipasi masyarakat. Untuk itu peningkatan ketersedian pangan spesifik wilayah, sistem distribusi dan keterjangkauan, kesempatan memperoleh layanan pendidikan, kesehatan, modal, asuransi dan jaminan sosial serta dibutuhkan komitmen eksekutif dan legislatif guna perbaikan tatanan pemerintahan. Di samping itu dibutuhkan program pangan bersifat segera, program pangan jangka pendek, program pangan jangka menengah dan program pangan jangka panjang. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan untuk memerangi kelaparan dan mengurangi kemiskinan perlu adanya keserasian dan keterkaitan antara kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta penanganan yang bersifat lintas sektoral, lintas departemen dan lintas wilayah serta usaha masyarakat. Program-program untuk memerangi kelaparan dan mengurangi kemiskinan perlu disosialisasikan kepada para pelaku kebijakan, pelaku ekonomi dan masyarakat untuk dilaksanakan sesuai dengan permasalahan dan kondisi masing-masing daerah kepulauan.