Browsing by Author "Balai Peneliti Kelapa"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemBuletin Balika(Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 1987-01-01) Balai Peneliti KelapaHujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang kundah dikenal dan diukur. Umumnya hujan yang terjadi diukur di semua Stasiun Klimatologi untuk jangka waktu yang cukup lama. Dengan adanya data curah hujan, masalah yang timbul kemudian bagaimana data hujan tersebut dapat lebih bermanfaat bagi pemecahan masalah hidrologi umumnya dan kekeringan khususnya.
- ItemKA.Buletin No.19(Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 1993) Balai Peneliti KelapaAnalisis persistensi terhadap hujan bulanan untuk kelapa di Mapanget, Sulawesi Utara menggunakan data 38 tahun (1951-1988) menunjukkan adanya persistensi. Pendugaan frekuensi persistensi bulan kering dapat menggunakan Model Deret Geometrik, Deret Logaritmik, Sebaran Eggenberger-Polya dan Model Rantai Markov ordo-1, 2, dan 3. Sedangkan frekuensi persistensi bulan basah dapat diduga dengan Model Deret Logaritmik. Sebaran Eggenberger-Polya dan Model Rantai Markov ordo-1
- ItemKA.Buletin No.21(Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 1994) Balai Peneliti KelapaProduk kelapa yang akan dickspor disyaratkan bebas atau rendah kadar aflatoxin, yakni maksimum 30 ppb atau kurang dari 0,05 µg/g. Aflatoxin adalah racun yang diproduksi olch jamur Aspergillus sp. Jenis aflatoxin B1 yang paling berbahaya bagi manusia dan ternak, yang diproduksi Aspergillus flavus strain toxigenik. Kopra bermutu rendah merupakan produk kelapa yang mudah tercemar aflatoxin. Aflatoxin akan terbawa pada proses pengolahan kopra menjadi minyak kelapa dan bungkil kopra. Produk lain seperti kelapa parut kering relatif kurang tercemar aflatoxin, karena pola pengolahannya yang higienis dan kadar air sangat rendah, sehingga menekan tumbuh dan berkembangnya Aspergillus flavus, Dalam mencegah kontaminasi aflatoxin pada produk kelapa, tindakan pengendalian patut mendapat perhatian. Untuk mendapatkan cara pengendalian yang efektif dan efisien dibutuhkan penelitian.
- ItemKA.Buletin No.22(Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 1994) Balai Peneliti KelapaAceh mempunyai pertanaman kelapa yang cukup luas dan ditanam pada agroklimat yang beragam, dengan demikian produksi beragam pula. Faktor iklim yang dominan mempengaruhi produksi adalah curah hujan. Kajian mengenai ketersediaan air pada suatu lokasi dapat dianalisis dengan beberapa cara. Pada penelitian ini digunakan analisis frekuensi berdasarkan selang jeluk dan periode ulangnya. Dengan tujuan untuk mendapatkan peluang curah hujan yang sesuai untuk tanaman kelapa, yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan di dalam menentukan lokasi pengembangan kelapa selanjutnya. Dasar analisis adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun (1981-1990) yang diperoleh dari beberapa stasiun di D.L. Acch. Bulan kering untuk tanaman kelapa adalah Curah hujan <130 mm per bulan sedangkan bulan basah>130mm per bulan, Batas minimal persentase peluang kejadian bulan basah untuk dilampaui adalah 60 persen. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa di Aceh terdapat perbedaan ketersediaan air antara daerah yang satu dengan yang lain. Daerah Blang Pidie, Ulee Kareng, Meulaboh, mempunyai peluang kejadian bulan basah berturut-turut 93, 83, dan 81 persen dengan periode ulang masing-masing 1 bulan sedangkan Bukit rata, Idi, dan Biruen masing-masing hanya 53, 52, dan 48 persen dengan periode ulang 2 bulan. Pengembangan kelapa hibrid di 3 lokasi yang mempunyai peluang kejadian bulan basah 80 persen disarankan menggunakan jenis kelapa hibrid yang tahan penyakit, terutama penyakit gugur buah dan busuk pucuk. Sedangkan di tiga lokasi dengan peluang 60 persen disarankan menggunakan kelapa Dalam yang tahan kekeringan atau yang telah beradaptasi dengan lingkungan yang kering