Browsing by Author "Azfirman"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeteksi Peste Des Petis Ruminants (PPR) Virus dengan Metode ELISA (ENZYME-LINKED IMUNOSORBENT ASSAY)(Balai Veteriner Bukittinggi, 2016) Martdeliza; Fitria, Yul; Febrianto, Niko; Sri, Wilna; desmira VM; Rahmi EP; Nurwan, Rio; AzfirmanPeste Des Petis Ruminants (PPR) adalah penyakit menular yang menyerang kambing dan domba. Penyakit ini merupakan Penyakit Mulut dan Kuku, Bluetongue dan Rinderpest. Masa inkubasi 3-6 hari, gejala klinis berupa demam mendadak, depresi berat, kehilangan nafsu makan. Cairan hidung mucopurulen, diare berat dan busuk. Agen penyebab penyakit PPR adalah virus Peste des Petits Ruminants (PPRV) yang termasuk kedalam genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Mulai dari Tahun 2015 Balai Veteriner Bukittinggi melaksanakan pengambilan sampel serum kambing untuk diperiksa terhadap penyakit PPR. Hasil pengujian terdeteksi titer antibodi terhadap PPRV dari serum yang berasal dari Kota Jambi, Kota Pekanbaru, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam dan Kota Batam. Hal ini menunjukkan bahwa kambing-kambing seropositif tersebut pernah terpapar virus PPR. Untuk konfirmasi perlu dilakukan isolasi dan identifikasi virus PPR, sehingga laboratorium perlu mengembangkan kemampuan baik dalam hal fasilitas maupun SDM sehingga mampu melaksanakan pengujian tersebut.
- ItemKajian Epidemiologi Kasus Rabies di Propinsi Sumatera Barat dan Upaya Pemberantasannya Tahun 2004 s/d 2015(Balai Veteriner Bukittinggi, 2016) Hartini, Rina; Fitria, Yul; Martdeliza; Susanti, Tri; Faebrianto, Niko; Desmira VM; Rahmi EP; Nurwan, Rio; AzfirmanAnalisis kasus kejadian Rabies di Propinsi Sumatera Barat ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian dan kecenderungan kejadian Rabies di wilayah ini selama 12 tahun terakhir (2004 - 2015). Data yang diambil merupakan data hasil diagnosa Rabies dengan Metode FAT. Data di analisa dengan Analisa Deret Waktu (Time Series Analicys) dan kecenderungan kejadian ini dianalisadengan Metode Statistik Regresi Linier menggunakan Program Komputer Excell. Dari hasil analisis didapatkan bahwa kejadian Rabies cenderung menurun. Penurunan kejadian Rabies sesuai dengan persamaan Y = -8.5 x + 190.8 yang diperkirakan mencapai kejadian negatif diagnosa terjadi pada pertengahan tahun 2026, enam tahun lebih lama dibandingkan dengan target Pulau Sumatera Bebas Rabies pada tahun 2020. Sehingga diperlukan upaya yang lebih keras guna mencapai target dan upaya Pemberantasan dan Pemberantasan Rabies di Pulau SAumatera Khususnya di Propinsi Sumatera Barat, serta dijalankannya program-program yang telah dibuat serta penegakan kembali peraturan peraturan yang sudah ada.
- ItemKeracunan Nitrat-Nitrit pada Sapi di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong (BPTUSP) Padang Mengatas dan UPT PTU Disnak dan Keswan Riau(Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi, 2011) Katamtama; Helmi; Latief, Sofina; Wilyani, Sri; Herman; AzfirmanTelah terjadi kematian secara akut pada 2 ekor sapi dari 44 ekor yang baru datang dari Australia, yang sebelumnya sapi tersebut dalam keadaan sehat, segar-bugar. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, temperatur lebih 41⁰C, hipersalivasi, tremor, inkoordinasi kemudian roboh dan mati. Seekor sapi yang lain juga mengalami kematian yang didahului dengan keguguran terlebih dahulu, tampak gejala sampai mati tidak lebih dari 6 jam. Sebelum mati, sapi sempat ditreatmen dengan analgesik, anti spasmodik, dan antibiotik. Kematian secara akut yang serupa terjadi pada 3 ekor sapi Bali dari 26 ekor di UPT PTU Salo milik Disnak dan Keswan Provinsi Riau, sapi mati tidak lebih dari satu jam dari gejala. Paparan Nitrat-Nitrit dalam pakan hijauan diduga menjadi sebab kematian sapi dari BPTU Padang Mengatas, dan juga UPT PTU Disnak dan Keswan Riau. Pengujian yang dilakukan dengan menguji Hijauan dari areal penggembalaan BPTU Padang Mengatas dengan Diphenilamine (DPA), dibandingkan dengan hijauan yang berada di BPPV. Begitu pula sampel dari UPT PTU Riau diuji pada isi rumen dan isi saliva. Hasil pengujian pada hijauan BPTU Padang Mengatas, serta isi rumen dan saliva sapi dari UPT PTU Riau diperoleh hasil positif mengandung nitrat nitrit. Hasil uji DPA membentuk warna biru sedangkan hasil pemeriksaan hijauan dari BPPV membentuk warna kuning. Keracunan nitrat nitrit pada ternak ruminansia biasanya terjadi karena kesalahan dalam pemupukan hijauan.
- ItemMetode Pengembangan Diagnosa Penyakit Paratuberculosis di Wilayah BPPV Regional II Bukittinggi Kajian Pendahuluan dalam Melakukan Survaillans dan Monitoring(Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi, 2011) Inarsih, Dwi; Zaidra, Olin; Zulkifli; Susilowati; Budhiyadnya, I Gde Eka; AzfirmanPenyakit Paratuberculosis atau yang biasa dikenal dengan Johne's Disease merupakan penyakit pada sapi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium avian subspesies paratuberculosis atau kadang-kadang juga disebut sebagai Myco Johne. Penyakit ini telah banyak dilaporkan sebagai salah satu penyakit menular penting dan telah menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar di sektor industri peternakan pada beberapa negara. Pengujian terhadap penyakit Paratuberculosis merupakan metode pengembangan diagnosa di Laboratorium Bakteriologi dengan menggunakan metode ELISA. Hasil yang didapat dapat digunakan untuk kajian pendahuluan terhadap surveillans dan monitoring penyakit Paratuberculosis di wilayah kerja BPPV Regional II Bukittinggi. Jumlah sampel yang dilakukan dalam pengujian ini sebanyak 135 sampel yang diambil dari 4 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat, 3 kabupaten di Propinsi Riau dan 2 kabupaten di Propinsi Jambi. Dari 135 sampel yang diuji, 10 sampel menunjukkan hasil seropositif dan 125 sampel menunjukkan hasil seronegatif. Dan adanya hasil seropositif pada pengujian ini menunjukkan perlu dan pentingnya dilakukan surveillans dan monitoring yang lebih terarah dan terencana terhadap penyakit paratuberculosis dan untuk membantu program pemerintah dalam swasembada daging tahun 2014.
- ItemMonitoring ND - Newcastle Disease di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2015) Martdeliza; Febrianto, Niko; Wilna S; Rahmi EP; Nurwan, Rio; Desmira; Hartini, Rina; AzfirmanSalah satu sumber protein yang cara pemeliharaannya relatif mudah, hasilnya diperoleh dalam kurun waktu yang relatif singkat adalah beternak ayam.Tetapi beternak ayam sering terkendala beberapa penyakit unggas salah satunya ND. Penyakit ND disebabkan oleh Avian Paramyxovirus type-1 (APMV-1). Di Indonesia ND masih endemis, termasuk diwilayah kerja BVet Bukittinggi (Provinsi Sumbar, Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Kepulauan Riau). BVet Bukittinggi tidak punya anggaran khusus untuk melakukan surveillans ND. Untuk tetap memonitoring ND diwilayah kerja setiap sampel yang berasal dari kegiatan surveillans Avian Influenza diperiksa terhadap ND. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberi gambaran penyakit ND di wilayah kerja BVet Bukittinggi. Dengan harapan data tersebut dapat dipakai oleh pihak yang berwewenang untuk memberantas penyakit ND. Dan akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.Pada Tahun 2015 sebanyak 1174 serum dari Provinsi Sumbar, 660 serum dari Provinsi Riau, 47 serum dari Provinsi Jambi dan 114 serum dari Provinsi Kepulauan Riau diuji secara serologis terhadap ND Hasilnya seroprevalensi ND Provinsi Sumatera Barat sebesar 55 %, Provinsi Riau sebesar 42 %, Provinsi Jambi sebesar 47 % dan Provinsi Kepulauan Riau sebesar 49 %. Kebanyakan masyarakat ternak sektor 4 belum memahami pentingnya vaksinasi untuk mencegah penyakit ND atau jika ada yang sudah mengetahui tetapi mereka kesulitan mendapatkan vaksin, dan juga belum bisa melakukan vaksinasi sendiri. Demikian juga tentang manajemen beternak, umumnya masih perlu ditingkatkan. Sehingga masih dibutuhkan bimbingan dan kerja keras dari dinas peternakan setempat/bidang yang membawahinya
- ItemPengamatan Terjadinya Kasus Penyakit Septicemia Epizootika (SE) di Wilayah Kerja Balai Veteriner Bukittinggi dari Tinjauan Laboratorium Bakteriologi(Balai Veteriner Bukittinggi, 2015) Inarsih, Dwi; Zulkifli; Novriyenti, Adek; Oktavia, Erina; Anindita, Katamtama; AzfirmanSepticemia Epizootika (SE) merupakan bentuk khusus dari Pasteurelosis dan merupakan penyakit yang terdapat di seluruh wilayah tropis dan subtropics. Dengan sifat patogenisitasnya yang tinggi, ketepatan diagnosa dan kecepatan pengobatan terhadap penyakit SE sangatlah diperlukan. Sampel yang diperiksa adalah sampel yang menunjukkan indikasi penyakit SE. Hasil pengjian pada sampel yang masuk lab Bakteriologi secara umum yang diduga dan dicurigai disebabkan oleh bakteri Pasteurella sp diperlakukan sebagai berikut : pada pengujian biologis, mencit mati dalam waktu 24 jam. yang dilanjutkan isolasi pada organ mencit tersebut, dari kedua isolasi dan identifikasi yang dilakukan ditemukan kuman berbentuk bipolar dan gram negatif serta dari uji biokimia didapatkan kuman Pasteurella moltocida.Dari beberapa kasus yang diperoleh dan telah dilakukan pengujian serta dari hasil pengujian yang didapat maka perlunya diwaspadai dan dikendalikan terhadap penyakit Septicemia Epizootika di wilayah kerja Balai Veteriner Bukittinggi yang meliputi propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau. Septicaemia Epizootica (SE) adalah penyakit infeksius yang menyerang ruminansia oleh bakteri gram negatif Pasteurella multocida. Penyakit ini menyebar cepat dengan cara kontak langsung yang menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi yang tinggi. Pencegahan SE yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian vaksin.
- ItemPenyakit Bali-Ziekte pada Ternak Sapi Bali di Kabupaten Dharmasraya Propinsi Sumatera Barat(BPPV Regional II Bukittinggi, 2011) Budhiyadnya, I Gde Eka; AzfirmanSapi Bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bos Sondaicus) yan telah lama dilakukan oleh peternak di Pulau Bali dan hingga kini telah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satu penyakit kulit yang sering kita jumpai pada ternak sapi Bali adalah penyakit Bali-Ziekte. Lantana camara yang mengandung Lantadine, yang menyebabkan keracunan pada hati (hepatotoxic) tersebut akan mengeluarkan beberapa substansi yang meningkatkan sensitifitas kulit terhadap sinar matahari. Pada pengamatan lapangan terlihat sapi Bali yang ada di Kabupaten Dharmasraya yang baru didatangkan dari Lampung dan terinfeksi penyakit kulit dengan luka meradang, bersifat simetris, kulit yang meradang semakin berat setelah digembalakan di padang pengembalaan di bawah cahaya matahari. Dari gejala klinis disimpulkan sapi Bali tersebut terinfeksi penyakit Bali-Ziekte. Yang terpenting dari penanganan penyakit Bali-Ziekte ini adalah mengeliminasi toksin yang bersikulasi dalam darah melalui isolasi ternak dari kontak sinar matahari langsung, dikandangkan pada tempat yang teduh hingga ternak sapi benar-benar sembuh serta mendapatkan air minum yang bersih sebanyak mungkin.
- ItemSituasi Brucellosis Tahun 2009 dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas Brucellosis Wilayah Regional II Bukittinggi(BPPV Regional II Bukittinggi, 2009) Azfirman; Inarsih, Dwi; Zulkifli; Zedra, Olin; Sybli, MuhammadMenurut SK Mentan No.254/Kpts/PD.610/6/2009 tanggal 15 Juni 2009 tentang pernyataan Propinsi Sumbar, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau bebas Penyakit Kluron Menular (Brucellosis) pada sapi dan kerbau. BPPV Regional II telah melakukan surveilans dalam rangka mempertahankan status bebas brucellosis. Hasil pemeriksaan sampel dari Propinsi Sumbar sebanyak 4066 sampel, Propinsi Riau sebanyak 1648 sampel, Propinsi Jambi sebanyak 1538 sampel dan Propinsi Kepulauan Riau sebanyak 702 sampel diperoleh hasil 100% negatif terhadap reaktor Brucellosis.
- ItemSituasi Penyakit Parasit Darah (Anaplasmosis, Babesiosis, Trypanosomiasis dan Theileriosis) di Wilayah Kerja BVET Bukittinggi Tahun 2014(Balai Veteriner Bukittinggi, 2015) Hartini, Rina; Santosa, Budi; Winarti, Sri; Awardi; Rubama; Faizal, Daniel; AzfirmanTelah dilakukan pemeriksaan Penyakit Parasit Darah (Anaplasma sp., Babesia sp., Trypanosoma sp., dan Theileria sp., pada sapi/kerbau diwilayah Kerja Regional II Bukittinggi selama tahun 2014. Metode yang digunakan adalah identifikasi mikroskopis terhadap sampel preparat ulas darah yang diwarnai dengan pewarnaan giemsa. Dari total 12.457 sampel ulas darah yang diperiksa, 4.395 sampel (35%) menderita Anaplasmosis, 727 sampel (6%) menderita Baesiosis, 34 sampel menderita Trypanosomiasis dan 9.930 sampel (80%) menderita Theileriosis. Penyakit Parasit Darah yang paling banyak ditemukan secara berturut-turut adalah Theileriosis Anaplasmosis, Babesiosis dan Trypasomiasis. Secara klinis Penyakit Parasit Darah tidak terlalu berbahaya namun secara ekonomi menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar sehingga perlu adanya penanganan yang serius.
- ItemSurveillans Clasical Swine Fever di Propinsi Sumatera Barat dalam Rangka Mempertahankan Status Bebas(Balai Veteriner Bukittinggi, 2015) Hartini, Rina; Martdeliza; Febrianto, Niko; Oktavia, Rahmi; Sri, Wilna; Nurwan, Rio; Miswati, Yuli; AzfirmanSumatera Barat sudah dinyatakan bebas Hog Cholera atau Clasical Swine Fever (CSF) berdasarkan Keputusan Menteri No.:181/KPTS/PD.620/2/2014, perlu terus dilakukan surveilans untuk detect desease dalam rangka mempertahankan status bebas. Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan di Propinsi Sumatera Barat dengan menggunakan Detect Desease. Jumlah sampel (sample size) dihitung dengan menggunakan program win episcop 2.0 untuk detect Desease dengan populasi target sebanyak 500 ekor di propinsi Sumatera Barat, tingkat konfidensi 95%, perkiraan aras infeksi Hog Cholera 5% dan galat (random error sebesar 5% adalah sebanyak 179 sampel. Pemeriksaan antibodi CSF dilakukan secara Elisa Kompetitif. Reagen yang digunakan berupa Kit ELISA antibodi CSF VDPro ® CSFV Antibody C-ELISA Kit. Rev. 05, sedangkan Darah Antikoagulan dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode PCR. Tahun 2014 sampel surveillan dan diagnosa penyakit Hog Cholera di Propinsi Sumatera Barat yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, Kecamatan Batang Anai dan Kabupaten Pasaman, Kecamatan Panti yang ditargetkan sampel sebanyak 179 sampel, dari kegiatan diperoleh sampel sebanyak 105 sampel. Dari hasil pemeriksaan diperoleh 100 % seronegatif. Pengawasan check point perlu terus ditingkatkan dan diperketat penerbitan SKKH-nya dengan mengharuskan berdasarkan hasil uji laboratorium berwenang dengan hasil negatif hog cholera dan deteksi, lapor dan respon cepat jika dilapangan ditemukan gejala klinis mirip CSF.